Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Friday, September 30, 2011

Ayam , Anjing , Rubah

Seekor anjing dan seekor ayam jantan yang berteman akrab, berharap bahwa satu saat mereka akan dapat berkeliling dunia dan menemukan petualangan baru. Sehingga mereka kemudian memutuskan untuk meninggalkan tanah pertanian dan melakukan perjalanan keliling dunia melalului sebuah jalan yang menuju ke hutan. 

Kedua sahabat itu berjalan bersama dengan semangat dan tidak bertemu dengan petualangan yang mereka sering bicarakan.

Pada malam hari, ayam jantan, mencari tempat untuk bertengger seperti kebiasaannya, dia melihat sebuah pohon yang berlubang dan dipikirnya pohon tersebut sangat baik untuk dijadikan tempat menginap. 

Sang anjing dapat menyelinap ke dalam lubang pohon tersebut dan sang ayam dapat terbang ke atas salah satu dahan pohon tersebut. Keduanya lalu tertidur dengan nyenyak di pohon tersebut.

Disaat fajar mulai menyingsing, ayam jantan tersebut terbangun dan sejenak dia lupa dimana dia berada. Dia mengira dirinya masih di tanah pertanian dimana tugasnya adalah membangunkan seisi rumah pada pagi hari. 

Sekarang dengan berdiri diatas jari kakinya, dia mengepakkan sayapnya dan berkokok dengan semangat.

Tetapi bukannya petani yang terbangun mendengar dia berkokok melainkan dia membangunkan seekor rubah yang tidur tidak jauh dari pohon tersebut. 

Rubah tersebut dengan cepat melihat ke arah ayam tersebut dan berpikir bahwa dia mendapatkan sarapan pagi yang sangat lezat. 

Dengan cepat dia mendekati pohon dimana ayam jantan bertengger, dan berkata dengan sopan:

"Selamat datang di hutan kami, tuanku yang agung. Saya tidak dapat berbicara bagaimana senangnya saya bertemu dengan anda di tempat ini. Saya merasa yakin bahwa kita akan menjadi teman baik."

"Saya merasa tersanjung, tuan yang baik." kata ayam jantan tersebut dengan malu-malu. "Jika kamu memang mau, pergilah ke pintu rumahku di bawah pohon ini, pelayanku akan membiarkan kamu masuk."

Rubah yang sedang lapar itu tidak mencurigai apapun, berjalan ke arah lubang dibawah pohon tersebut seperti yang disuruhkan, dan dalam sekejap mata anjing yang tadinya tidur di dalam lubang pohon itu menyergapnya.

Pesan Moral: Siapa yang akan menipu, akan menerima akibatnya sendiri.

Jadilah SINGA

Ada seseorang melihat ada seekor serigala yang tidak punya kaki. 

Walaupun serigala ini tidak mempunyai kaki, tetapi kelihatan serigala ini sangat gemuk dan sehat, kelihatannya dia tidak kekurangan makanan. 

Dia merasa sangat heran :”seekor srigala tanpa kaki bagaimana dapat hidup dihutan belantara dan memburu mangsa untuk makanannya? 

Kemudian, dia melihat seekor singa menggigit seekor rusa. Dengan sangat rakus dan tergesa-gesa singa ini mengerogoti mangsanya, lalu setelah perutnya kenyang, berlalu dari tempat itu: lalu baru kemudian serigala ini memakan remah-remah daging rusa yang ditinggalkan singa itu, dengan demikian dia mengisi perutnya sampai kenyang.

Keesokan harinya, kejadian ini berulang kembali. 

Rupanya setiap hari srigala ini mempertahankan hidupnya dari bekas sisa-sisa makanan singa. 

Ketika orang ini melihat kejadian ini, merasa Tuhan sangat adil dan berbelas kasih, terhadap seekor srigala tanpa kaki saja sudah diatur santapan yang dapat mengenyangkan perut setiap hari. 

Oleh sebab itu, mulai saat ini orang tersebut tidak mengerjakan pekerjaan apapun lagi, menunggu Tuhan memberi dia makan.

Sesudah beberapa hari berlalu, Tuhan tidak memberi dia sebutir beras, teman dan saudaranya juga tidak datang menanyakan keadaannya, akhirnya dia menjadi kurus kering, pada saat dia merasa sangat lapar. 

Suatu saat dia mendengar sebuah suara yang berkata :
”Manusia! Engkau seharusnya seperti seekor singa itu menyisakan makanan untuk orang lain, kenapa harus sama dengan srigala yang tergantung kepada orang lain, menunggu belas kasihan orang lain memakan sisa makanan dari orang lain?

Selagi muda mempunyai tenaga harus bekerja dengan giat mencari makan dan membagi kepada orang lain, jangan hanya bermalas-malas menunggu belas kasihan dari orang lain, orang bijak harus giat bekerja untuk menghidupkan diri sendiri dengan begitu kehidupan yang dijalani akan berarti.

Hanya orang bodoh yang menunggu belas kasihan dan pemberian orang lain untuk kelangsungan hidupnya membuat dia menjadi orang yang tidak berguna dan diremehkan orang lain."

Thursday, September 15, 2011

Ujian Yang Sepele

Seorang wanita memenuhi undangan wawancara utk bsebuah pekerjaan yg diinginkannya. Sesuai dgn undangan yg di terimanya, wanita itu datang tepat jam 5 pagi di musim hujan yg dingin. Setelah sampai, dia dipersilakan masuk & menunggu selama 3jam sebelum diwawancarai. Apa yg ditanya penguji terhadap wanita ini saat wawancara? Wanita tsb hanya disuruh mengeja abjad & disuruh menjawab pertanyaan sepele, 2+2 jadinya brapa?" Setelah itu, wanita tsb disuruh pulang.


Jika kita menjadi wanita ini, bagaimana reaksi kita? Tentunya kita akan marah sebab kita merasa di permainkan. Mengapa disuruh datang jam 5, bukankah seharusnya lebih manusiawi jika disuruh berangkat lebih siang? Saat kita sudah datang jam 5, ternyat masih hrs menunggu 3 jam lamanya, bukankah kita punya alasan utk marah ? Sebab kita membayangkan nyamanya 3 jam dipagi hari itu jika digunakan utk melanjutkan tidur. Terlebih lagi pertanyaan yg diberikan kpd kita adl pertanyaan anak TK, bukankah kita bisa marah? Datang jam 5pagi & menunggu 3 jam hanya utk pertanyaan bodoh seperti itu?


Namun dari byk pelamar, wanita inilah yg akhirnya di terima bekerja. Mengapa bisa demikian? Si penguji menjelaskan alasannya, "pertama2, saya menyuruhnya dtg jam 5 pagi sementara hujan sdg turun. Saat ia datang berarti dia punya KOMlTMEN. Saat saya menyuruhnya menunggu selama 3 jam & dia melakukannya, berarti dia punya KESABARAN. Saat saya memberikan pertanyaan sepele, dia tdk jengkel & marah, berarti dia punya PENGENDALlAN DlRl yg bagus".


Sahabat, sesungguhnya setiap hari kita dihadapkan dgn UJlAN2 KEHlDUPAN semacam itu. Melalui hal2 kecil & sepele sesungguhnya kesabaran, komitmen, integritas & karakter kita sedang di uji. Jika kita berhasil lulus melalui ujian2 seperti itu, percayalah bahwa berkat & keberhasilan sdh menanti di depan kita.

JADlLAH PEMENANG ATAS SETlAP UJlAN KEHlDUPAN YG DATANG DLM HlDUP KlTA.

Saturday, September 10, 2011

Di Balik Kisah Foto Tangan Berdoa


Di sebuah desa kecil dekat Nuremberg, Jerman, di abad 15, hiduplah sebuah keluarga dgn anak-anaknya yg berjumlah 18. Ya, delapan belas! Sang ayah, seorang pedagang emas, bekerja hampir delapan belas jam sehari di tokonya utk menghidupi keluarganya. Apa saja yg berguna dan menghasilkan uang ia kerjakan.


Walaupun kondisi keluarga itu senin-kemis, nyaris tanpa harapan, dua anak sulungnya mempunyai cita-cita tinggi. Albrecht Durer dan adiknya Albert Durer bercita-cita suatu saat kelak mereka akan menjadi seniman terkenal, kuliah di akademi tinggi di Nuremberg, walau pun mereka tahu ayah mereka secara finansial tidak akan mampu membiayai kuliah di sana.


Setelah diskusi yg panjang di suatu malam di tempat tidur mereka yg penuh sesak, kedua anak laki-laki tertua ini akhirnya membuat kesepakatan. Mereka akan melemparkan sebuah koin. Yg menang, dialah yg melanjutkan studi ke akademi utk mengejar impian menjadi seniman terkenal. Yg kalah akan tetap tinggal di kampung halaman, bekerja di pertambangan di dekat rumah mereka, dan dgn penghasilannya dari bekerja itu, membiayai kuliah saudaranya yg akan menjadi seniman hebat. Diharapkan, setelah kuliah empat tahun, sang seniman besar itu sudah bisa kembali dan membiayai adik-adiknya yg lain.


Mereka melemparkan koin. Hasilnya? Albrecht Durer memenangkan undian dan kuliah ke akademi di Nuremberg. Albert tinggal di kampung dan bekerja sebagai buruh tambang, sebuah pekerjaan yg cukup berbahaya kala itu. Selama empat tahun ke depan, ia membiayai saudaranya yg menempuh pendidikan di akademi.


Di akademi, Albrecht ternyata menjadi bintang. Lukisan-lukisannya, ukiran kayunya dan lukisan minyaknya jauh lebih baik daripada karya para profesornya. Dan pada saat ia lulus, ia mendapat cukup banyak uang atas karya-karyanya.


Ketika seniman muda itu kemudian kembali ke desanya, keluarga Durer mengadakan pesta makan malam di halaman rumah mereka utk merayakan kepulangan Albrecht. Setelah makan malam yg panjang dan berkesan, diselingi dgn musik dan tawa, Albrecht bangkit dari posisi terhormat di ujung meja utk minum bersulang bagi adik tercintanya, atas tahun-tahun pengorbanan yg memungkinkan Albrecht memenuhi ambisinya. Di akhir pidatonya, Albrecht berkata, "Sekarang, Albert, saudaraku yg sangat disayangi Tuhan, giliranmu lah. Sekarang engkau sudah punya kesempatan berangkat ke akademi di Nuremberg utk mengejar impianmu, dan saya akan mengurus semua yg kau perlukan."

Semua kepala berpaling ke ujung meja tempat Albert duduk. Air mata mengalir di wajahnya yg pucat, menggelengkan kepalanya sementara ia menangis dan berulang berkata, "Tidak ... tidak .. tidak .... tidak. " Albert bangkit dan menyeka air mata dari pipinya. Dia melirik ke meja panjang di wajah-wajah yg dicintainya, dan kemudian, memegang tangannya dekat dgn pipi kanan, ia berkata pelan, "Tidak, saudaraku, saya tidak bisa pergi ke Nuremberg. Sudah terlambat utk saya. Lihatlah ... lihat apa yg saya dapatkan selama empat tahun bekerja di tambang. Tulang di setiap jari saya telah pernah hancur setidaknya sekali!. Dan akhir-akhir ini saya telah menderita rheumatoid begitu parah di tangan kanan saya, sehingga utk memegang gelas dan bersulang kembali utk mu pun aku tak bisa. Apalagi utk memegang kuas dan melukis garis-garis halus di kanvas. Bagi saya itu sudah terlambat."


Kini, hampir lima abad sudah berlalu. Ribuan lukisan potret dan karya lainnya dari Albrecht Durer telah beredar dan menghiasi banyak dinding dan ruang di seluruh dunia. Dan hampir dapat dipastikan, sebagian besar orang pernah melihat, bahkan mungkin memiliki reproduksi dari salah satu lukisannya yg sangat terkenal, yakni gambar yg diberi judul: The Praying Hands. Tangan yg berdoa.

Ada sejarah di balik gambar itu.



Suatu hari, utk memberi penghormatan kpd Albert atas semua yg telah dikorbankannya, Albrecht Durer dgn susah payah menghela tangan adiknya itu, meluruskan jari-jarinya dan kemudian melukisnya. Ia memberi judul lukisan itu "Hands," tetapi seluruh dunia melihat lukisan itu jauh dari sekadar 'Hands' melainkan suatu persembahan cinta yg tulus, tangan yg berkorban dan memohon. Itu lah sebabnya ia lebih terkenal dengan judul "The Praying Hands." Tangan yg bekerja, berkorban demi mewujudkan sebuah cita-cita dan doa. Itu lah Tangan yg Berdoa.