Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Monday, September 30, 2013

Gadis Penjual APEL

Beberapa tahun lalu sebuah grup salesman menghadiri sebuah konfrensi di Chicago. Mereka telah berjanji kepada istri masing-masing akan tiba di rumah pada hari Jumat malam untuk makan malam bersama. Hal ini membuat mereka terburu-buru mengejar pesawat mereka sambil membawa koper-kopernya. Namun saat menuju tempat boarding pass tanpa sengaja salah seorang salesman itu menyenggol sekotak apel yang dijajakan. Apel-apel itu berhamburan kemana-mana. Namun para salesman itu tetap bergegas mengejar pesawat mereka, karena jika tidak maka mereka akan terlambat.

Tapi satu orang diantara mereka berhenti. Dia berhenti sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam, dia mencoba mendengarkan suara hatinya, dan ia merasakan belas kasihan pada gadis yang menjual apel-apel itu. Dia segera memberitahu teman-temannya untuk berangkat tanpa dirinya, dia meminta salah satu dari mereka untuk menghubungi istrinya bahwa ia akan terlambat pulang. Pria itu kemudian kembali ke terminal dimana apel-apel tadi berhamburan ke lantai.

Pria itu bersyukur telah membuat keputusan yang benar. Gadis penjual apel itu ternyata buta! Gadis itu menangis, dan rasa frustasi terlihat jelas diwajahnya. Dia mencoba meraba-raba mencari apel-apelnya. Ia berseru meminta pertolongan untuk mengumpulkan barang dagangannya, namun tidak seorang pun yang peduli.

Salesman itu berlutut memunguti apel itu bersama gadis itu, setelah mengumpulkannya, ia membantu menatanya kembali di meja. Saat ia melihat banyak diantara apel itu yang rusak, ia memisahkannya. Saat telah selesai, ia berkata kepada gadis itu, “Ini uang 40 dolar, tolong ambil ini untuk mengganti kerusakan yang terjadi. Apakah kamu baik-baik saja?”
Gadis itu menghapus air matanya.

Pria itu kemudian berkata, “Aku harap apa yang kami lakukan tidak merusak harimu sedemikian buruk.”
Ketika pria itu hendak pergi meninggalkan gadis buta itu, gadis itu memanggilnya kembali.
”Tuan..” Pria itu berbalik menatap gadis itu.
”Apakah engkau Yesus?” tanya gadis itu.

Pria itu hanya tertegun dan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Perlahan dia pergi ke arah penjual tiket untuk pulang kerumahnya dengan pesawat selanjutnya. Namun pertanyaan gadis itu terus terdengar di telinganya, “Apakah engkau Yesus?”

Banyak orang di dunia ini seperti gadis itu, mereka dalam keadaan buta dan membutuhkan pertolongan. Namun kita yang telah dicelikkan oleh Yesus Kristus jarang yang mau berhenti sejenak dan menolong mereka. Jika kita menyatakan mengenal Yesus, seharusnya kita berjalan dan hidup sebagaimana Yesus hidup. Sehingga ketika kehidupan seseorang bersentuhan dengan hidup kita, dia dapat merasakan kasih Yesus itu. Sudahkah hidup kita mencerminkan kehidupan Yesus?

Monday, August 26, 2013

Young At Heart

Usia yang sudah lanjut membuat sebagian besar orang mengundurkan diri dari panggung dunia. Tetapi bagi “Young at Heart” tidaklah demikian.

Mereka adalah kelompok vokal yang beranggotakan lanjut usia, di panti jompo Massachusetts dengan rentang usia 73-90an tahun. Didirikan pada tahun 1982, choir ini dipimpin oleh Bob Cilman yang mempunyai kesabaran luar biasa dalam mendampingi kelompok ini berlatih menyanyi.

Usia tua membuat mereka harus belajar lirik teks lagu dengan menggunakan kaca pembesar, karena mata yang sudah plus. Mereka juga berusaha keras dan menghafal lirik, karena daya ingat yang sudah menurun. Dan, kerja keras mereka tidaklah sia-sia. Mereka mulai diundang tampil di depan publik pada tahun 1983. Tiket mereka selalu sold out terjual.

Walau sudah lanjut usia, bukan berarti mereka menyanyikan lagu-lagu jadul (lama, tempo dulu), tetapi juga lagu-lagu yang sedang digandrungi anak-anak muda saat itu. Sehingga, pendengar dari usia muda dapat menikmati penampilan penyanyi yang seusia opa dan oma mereka. Dan dalam kurun waktu 1997-2004, mereka sudah melakukan lebih dari 12 tur di luar Amerika, yaitu di Eropa, Australia, dan Canada.

Sutradara Stephen Walker, tergerak mendokumentasikan perjalanan choir ini dengan membuat sebuah film dokumenter. Dalam sebuah adegan film, diperlihatkan saat mereka menyanyi di dalam penjara. Sebelum tampil, seperti biasanya mereka selalu diremehkan. Setelah mulai bernyanyi, atmosfir mencemooh segera berganti dengan tetesan air mata dari para penghuni penjara. Salah seorang penghuni penjara berkata, ”Ini adalah penampilan terbaik yang pernah saya lihat dalam hidup saya.”

Kitab Suci mengatakan ”Manusia sama seperti angin,
hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat.”

Umur itu seperti batu es, dipakai atau tidak, akan tetap mencair. Begitu juga dengan umur kita. Digunakan atau tidak, umur kita akan terus bertambah. Oleh karena itu, siapapun diri kita jadilah seseorang yang memiliki kepribadian yang berkualitas, selalu mengucap syukur dan berusaha melakukan yang terbaik.
Selamat menikmati berkat-berkatNya,
dan teruslah menjadi berkat bagi sesama..
Tuhan Yesus memberkati..

Sunday, July 21, 2013

Ikan Dan Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu. Si ikan kecil itu semakin kebingungan. Lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sesepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sesepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, Dimanakah air?
Ikan sesepuh itu menjawab dengan bijak, Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.

'Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya.

Terkadang kita tidak sadar bahwa apa yang kita miliki saat ini sudah cukup membuat kita bahagia.
Apa sih yang kita cari di kehidupan ini? Hidup adalah pilihan.

Jangan juga pernah mengira bahwa orang lain lebih bahagia dari kita. Karena apa yang kita lihat dari orang lain itu hanya luarnya saja. Dalamnya? Tidak ada yg tahu. Tapi kita seharusnya lebih tahu apa yang ada pada kita dan yang disekitar kita. semoga menambah keteguhan Iman kita semua,( 1 Tes. 5:16-18).

Saturday, May 25, 2013

Patung Tuhan YESUS

Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya.

Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya., maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk berdoa, berlutut dan menyembah, hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh sesak seperti pasar.

Di dalam gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari berada di atas kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan orang, ia pun merasa iba dan di dalam hati ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus.

Pada suatu hari, sang penjaga pintu berdoa menyatakan harapannya itu kepada Yesus. Di luar dugaan, ia mendengar sebuah suara yang mengatakan, "Baiklah! Aku akan turun menggantikan kamu sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik di atas salib itu, namun apapun yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah kata pun." Si penjaga pintu merasa permintaan itu sangat mudah.

Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti Yesus yang dipaku diatas kayu salib. Karena itu orang-orang yang datang bersujud, tidak menaruh curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian sebelumnya, yaitu diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan isi hati orang-orang yang datang.

Orang yang datang tiada habisnya, permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga yang tidak rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun, demikian, si penjaga pintu itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus menepati janji sebelumnya.

Pada suatu hari datanglah seorang saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata kantung uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar itu kembali, namun terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara. Selanjutnya datanglah seorang miskin yang sudah 3 hari tidak makan, ia berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan kantung uang yang ditinggalkan oleh saudagar tadi, dan begitu dibuka, ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan bukan main, "Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!" dengan amat bersyukur ia lalu pergi.

Diatas kayu salib, "Yesus" ingin sekali memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun karena sudah ada perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara. Berikutnya, datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yang jauh. Ia datang memohon agar Yesus memberkati keselamatannya. Saat hendak meninggalkan gereja, saudagar kaya itu menerjang masuk dan langsung mencengkram kerah baju si pemuda, dan memaksa si pemuda itu mengembalikan uangnya. Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya, lalu keduanya saling bertengkar.

Di saat demikian, tiba-tiba dari atas kayu salib "Yesus" akhirnya angkat bicara. Setelah semua masalahnya jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu, dan si pemuda yang akan berlayar pun bergegas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal.

Yesus yang asli kemudian muncul, menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata, "TURUNLAH KAMU! Kamu tidak layak berada disana." Penjaga itu berkata, "Aku telah mengatakan yang sebenarnya, dan menjernihkan persoalan serta memberikan keadilan, apakah salahku?"
"Kamu itu tahu apa?", kata Yesus. "Saudagar kaya itu sama sekali tidak kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan adalah pemuda itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda sampai ia ketinggalan kapal, maka si pemuda itu mungkin tidak akan kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya sedang tenggelam di tengah laut."

Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang menggelikan, namun dibalik itu terkandung sebuah rahasia kehidupan... Kita seringkali menganggap apa yang kita lakukan adalah yang paling baik, namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu terjadi karena kita tidak mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan ini.
Kita harus percaya bahwa semua yang kita alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun kemalangan, semuanya merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita, dengan begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan kemalangan dan tetap bersuka cita.

Sebab kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan buat kita. ( Roma 8:28)

Wednesday, April 10, 2013

Garis Tangan

Paul Liao adalah salah satu 10 orang terkaya di Taiwan,
taipan ini memiliki sejumlah hotel, real estate dan sederet bisnis yang besar.

Yang menuai banyak pujian orang adalah taipan ini memperoleh semua harta
kekayaannya benar-benar dari nol.

Sehingga ini membuat banyak orang antusias untuk mengetahui kunci kesuksesannya
Paul.

Suatu ketika Paul Liao diundang dalam suatu seminar di sebuah fakultas,
seorang mahasiswa mendekatinya dan menanyakan apa rahasia kesuksesannya itu.  

“Terimakasih Bapak mau menerima saya.

Terus terang saya sangat ingin menimba pengalaman dari Bapak, apa yang bisa
membuat Bapak sedemikian suksesnya” ujar mahasiswa itu.

Mendengar permintaan itu,
Paul Liao tersenyum sejenak,
lalu ia pun meminta mahasiswa itu menengadahkan tangannya.

Mahasiswa itu tertegun sejenak,
dan ia memperlihatkan telapak tangannya.

“Mari saya lihat garis tanganmu. Simaklah baik-baik apa pendapatku,” ujar sang
taipan.

Taipan Paul pun menunjuk garis garis di tangannya sambil berkata ”Lihatlah
telapak tanganmu ini,
di sini ada beberapa garis utama yang menentukan nasib.

Ada garis Kehidupan,
ada garis Rezeki dan
 ada pula garis Jodoh.

Sekarang coba kamu menggenggamnya”.

Sang mahasiswa kemudian melanjuti “Sekarang dimana garis tanganmu?” Tanya si
Taipan.

“Di dalam telapak tangan yang saya genggam”,
jawab mahasiswa itu penasaran.

“Nah, apa artinya itu?

Hal itu mengandung arti,
bahwa apapun takdir dan keadaanmu kelak,
semua itu ada dalam genggamanmu sendiri.

Anda lihat bukan?

Bahwa semua garis tadi ada di tanganmu.

Begitulah rahasia suksesku selama ini.
Aku Berjuang dan Berusaha dengan BERBAGAI CARA untuk menentukan
Nasibku sendiri,
bukan melalui ketergantungan pada garis tangan” jawab si taipan.

“Tapi coba lihat pula genggamanmu. Bukankah masih ada garis yang tak ikut
tergenggam?

Sisa garis itulah yang berada di luar kendalimu,
karena di sanalah letak kekuatan dari TUHAN.


Kita tak akan mampu melakukan
dan itulah bagian TUHAN”,

lanjut si taipan “Kesuksesanmu
tidak bakal terjadi
tanpa campur tangan TUHAN.”

Belajar Dari Ashley

Dapat dibayangkan betapa berat dan memprihatikan hidupnya seorang anak yang
lahir dalam keluarga yang hidupnya tergantung dalam narkoba.

Ini terjadi pada Ashley Dawn Loogins, gadis kecil berkacamata yang mempunyai
orang tuanya pecandu narkoba.

Semasa kecilnya, gadis kecil ini sudah tidak mendapatkan hidup yang layak, orang
tuanya tidak pernah mempeduli sekolah, makannya, apalagi masa depannya. Bukan
kasih sayang didapatnya, tetapi malah sebaliknya, ia selalu diperlakukan kasar
dan kejam. Juga lingkungan hidupnya tidak sehat yang dipenuhi pengguna narkoba.

Ketika usianya baru 7 tahun, kedua orang tuanya membawa ke rumah neneknya, dan
pergi meninggalkannya begitu saja. Walaupun neneknya sangat miskin tapi sangat
menyayanginya.

Disini Ashley juga belum mendapati hidup yang layak. Karena kemiskinan neneknya,
air minum sudah diputus hubungan ke rumahnya, sehingga Ashley jarang sekali
mandi.  Untuk mendapatkan air yang gratis, ia harus berjalan ke taman kota yang
jaraknya jauh.

Gadis kecil yang malang ini, hanya memakai baju yang sama selama berbulan-bulan.
Tiada teman sekolah yang ingin bergaul dengannya, ia selalu diejek dengan
panggilan gelandangan jelek, bodoh dan bau. Tiada hari yang tanpa air mata saat
ia pulang dari sekolah.

Ketika duduk di bangku SMA. Terjadi sedikit perubahan dalam kehidupan Ashley,
penasehat sekolah,  Robyn Putman menyarankan Ashley mengejar ketinggalan
sekolahnya secara online, dan banyak baca di perpustakaan.

Agar bisa membiaya biaya hidupnya sehari-hari, Mr Putman memberinya pekerjaan
sebagai petugas kebersihan sekolah dan ia diijinkan tinggal di sekolah.

Pada awalnya ia merasa berat dan malu akan pekerjaannya, yang harus membersihkan
semua kelas, wc dan taman, namun secara perlahan ia bisa mengadaptasi dengan itu
semua.

Ejekan siswa sekolah tidak pernah usai, namun itu malah dijadikan pemompa
semangat belajarnya.

Benar saja, di saat siswa siswa lain sibuk bermain, Ashley selalu terlihat
berada di perpustakaan sekolah, malam harinya ia belajar secara online. Ini
membuat prestasi sekolahnya selalu mendapat nilai A.

Ketika menjelang tamat SMA, ia mencoba mendaftar di beberapa universitas, salah
satunya adalah Universitas Harvard. Dan tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini
dengan mendapat nilai tinggi. Awal tahun 2006, Universitas terbaik di dunia itu,
Harvard,  yang terkenal sangat bergensi dan paling mahal itu, siap menerimanya
dengan memberi beasiswa pada Ashley.

Ashley pantas dipuji, prestasinya di Harvard juga luar biasa, dan menjelang
tamat dari Harvard, beberapa posisi penting pekerjaan telah menunggunya.

Seorang gadis yang tadinya miskin, tunawisma, yang kerja keras bisa berhasil
mengubah hidupnya menuju sukses.

Ketika Ashley diwawancara bersama CNN, ia tidak henti-hentinya menyeka air
matanya, mengingat kembali masa lalunya yang demikian pahit, tetapi dengan
 rendah hati ia berkata Rasanya luar biasa karena saya telah menyelesaikan
semua ini dengan kerja keras dan bisa mencapainya. Terima kasih pada semua orang
yang telah membantu saya.

Ashley juga mengungkapkan pada CNN bahwa ia mempunyai cita cita ingin mendirikan
sebuah yayasan untuk membantu anak anak lain yang senasib atau lebih buruk
darinya untuk mendapatkan pendidikan, ia berkata :  Satu satunya cara untuk
keluar dari kemiskinan adalah dengan Pendidikan.

Selama setiap orang memiliki impian, mereka pasti bisa mewujudkannya.

Tidak alasan untuk tidak mewujudkan impian.

SEMUA INI TERGANTUNG PADA ANDA, BUKAN PADA ORANG LAIN” , demikian pesan Ashley
menutup wawancaranya.

Kisah Seorang Pemulung

Lou Xiaoying adalah seorang wanita miskin yang hidup di China. Ketika suaminya
meninggal tahun 1972, Lou Xiaoying yang telah berusia 71 tahun, terpaksa
menopang sisa hidupnya sebagai pemulung sampah.

Setiap pagi dia telah berada di tempat pembuang sampah yang menggunung, mencari
benda apa saja yang dapat dijual. Namun di tempat inilah ia kemudian menemukan
sampah yang sangat bernilai.

Pada suatu pagi, ketika sedang mencari sampah, ia menemukan sebuah kardus yang
berisikan seorang bayi perempuan. Bayi itu telah sedemikian lemahnya, hanya
dibungkus sebuah handuk. 

Buru buru Xiaoying mengendong, membawa pulang  ke rumahnya yang sangat kecil.
Ia tidak mengerti mengapa begitu teganya ibunya membuang bayinya, tetapi ia
yakin ini pasti adalah bayi diluar nikah, atau tiada biaya untuk menghidupnya.

Tidak lama setelah bayi pertama ia temukan, kembali ia menemukan bayi buangan
lainnya, nenek ini tetap saja membawanya pulang untuk dipelihara. Ia rela
bekerja lebih berat dan lebih lama demi untuk menghidupi bayi bayi itu. Ia
peduli dimana orang lain tidak peduli.

Ternyata pembuang bayi dalam kardus telah menjadi trend di China, dalam 17
tahun, Xiaoying berhasil memungut 30 orang bayi, ia membawa pulang semua bayi
itu untuk dipelihara.

Dapat dibayangkan betapa berat beban yang dipikulnya sendiri. Masih beruntung,
beberapa anak yang telah tumbuh sehat dan besar, diadopsi oleh keluarga lebih
mampu.

Akhirnya perjuangan nenek Lou untuk menghidup bayi bayi buangan tercium
wartawan. Kisah itu kemudian menyebar ke seluruh China, bahkan dunia.

Wartawan yang datang mewawancarai Lou yang telah terbaring lemah di rumah sakit,
di usianya yang ke 88, sebelum menghempus napas terakhirnya, ia masih sempat
berkata :

"Saya tidak mengerti mengapa orang-orang tega meninggalkan bayi selemah itu
terbaring di antara sampah di jalan.  

Bayi-bayi tersebut adalah makhluk hidup yang berharga, mereka seharusnya
mendapat kasih sayang dan cinta. 

‹Saya sangat bersyukur semua bayi bayi dapat dibesarkan dengan sehat dan
bahagia. Saya yakin mereka akan menjadi orang yang berguna.

Kisah ini sungguh menyadarkan banyak orang bahawa untuk kebaikan hati seseorang
tidak dapat dinilai dengan materi.

Seorang pumulung sampah yang kehidupannya sulit bisa memiliki hati semulia emas.
Inilah kebesaran hati Tuhan yang kadang tak mampu dirasakan semua orang.

Jadilah manusia yang BERGUNA untuk orang lain.

Jangan MENUNGGU MATERI atau KESEMPATAN.

HATI mulia yang akan menuntun Anda.

Tuesday, April 09, 2013

Jawaban DOA 3

Seorang wanita sedang bekerja ketika mendadak menerima telepon bahwa anak perempuannya sakit karena demam. Ia segera meninggalkan pekerjaannya dan mampir di apotek untuk membeli obat untuk anaknya.

Ketika kembali ke mobilnya, ia menyadari bahwa kunci mobilnya ternyata tertinggal dalam mobil. Padahal ia terburu-buru pulang untuk melihat keadaan anaknya yang sakit. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan, jadi ia menelepon rumah dan mengatakan apa yang terjadi kepada pengasuh anaknya, bahkan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Si pengasuh anak berkata bahwa keadaan anaknya bertambah buruk.

Ia berkata, "Carilah sepotong besi dan pakailah untuk membuka pintu mobil."

Wanita itu mencari-cari dan menemukan besi tua berkarat yang telah dibuang, mungkin oleh orang yang kunci mobilnya juga tertinggal di dalam mobil. Kemudian ia mengamati besi itu dan berkata, "Aku tidak tahu bagaimana menggunakannya."

Jadi ia menunduk dan mohon agar Tuhan memberikan pertolongan. Dalam lima menit, sebuah mobil tua rongsok yang dikendarai oleh pria dekil, kotor, dan berjanggut yang mengenakan ikat kepala lusuh bergambar tengkorak, menepi.

"Apakah ia yang Kau kirim untuk membantuku?" pikir wanita itu. Tapi, ia putus asa, jadi ia sangat bersyukur atas siapapun yang dikirim Tuhan.

Pria itu keluar dari mobilnya dan menawarkan bantuan. Wanita itu berkata, "Ya, anakku sakit. Aku mampir ke apotek untuk membeli obat dan kunci mobilku ketinggalan di dalam mobil. Aku harus segera pulang.Tolong, bisakah kamu menggunakan besi ini untuk membuka pintu mobilku?"

Pria itu berkata, "Tentu saja." Ia menghampiri mobil itu dan kurang dari semenit, pintu mobil itu terbuka dengan mudah.

Wanita itu memeluk si pria dan sambil menangis ia berkata, "Terima kasih banyak! Kamu orang yang sangat baik."

Si pria menjawab, "Nyonya, saya ini bukan orang baik, saya baru saja keluar dari penjara hari ini. Saya di penjara karena pencurian mobil dan baru saja menghirup udara segar selama sekitar satu jam."

Si wanita itu memeluk pria itu lagi dan dengan air mata yang mencucur, ia berteriak keras, "Oh, terima kasih, terima kasih, Tuhan! Engkau bahkan mengirimkan seorang yang profesional dalam hal ini." (TDmail)

Belajar Dari Joanna Rowsell

Joanna Rowsell adalah seorang gadis yang lahir di Inggeris pada Desember 1988.

Jo lahir tanpa cacat fisik, dan bertumbuh menjadi gadis sehat, hingga ketika
usianya 11 tahun, semua rambut yang lebat di kepalanya, rontok, bagaikan daun
kering di musim gugur.

Dalam sekejap hanya beberapa helai rambut  yang tersisa di kepalanya, bahkan
alis matanya juga ikutan rontok semua.

Ibunya sibuk membawanya ke berbagai dokter specialist,
namun mereka gagal mencegah atau mengembalikan rambut lebatnya.

Dokter mengatakan bahwa ia terkena penyakit alopecia areata,
suatu penyakit yang jarang terjadi, yaitu penuan, kurangnya nutrisi atau
kelainan pada metabolisme tubuh.

Dapat dimengerti,
tentu Jo sangat terpuruk dengan kehilangan rambut panjang yang biasa dikepang.

Jo kehilangan rasa kepercayaan diri, dan ia memilih lebih banyak belajar di
rumah dan membaca buku.

Dan hobbynya bersepedapun terpaksa ia pendam dalam dalam.

Orang tuanya terus menerus mendorongnya,
sering memperlihatan foto dari berbagai orang yang sengaja tampil botak, dan itu
justru kelihatan lebih cantik dan menarik.  

Ini sedikit banyak membantu untuk menemukan kepercayaan dirinya untuk keluar
rumah.

Dan kecintaan untuk bersepeda ikut memacunya semangatnya untuk keluar rumah.  

Jo mulai berani keluar rumah dengan memakai wig yang mirip dengan rambut
aslinya, baik ke sekolah maupun ketika berlatih bersepeda. Kecintaan dan
ketekunnya dalam bersepeda kemudian membawa dirinya dapat bergabung dengan
pembalap pembalap kawakan di kotanya.

Juara demi juara ia dapatkan dalam berbagai perlombaan antar sekolah bahkan
antar wilayah.

Tidak sia-sia kerja keras Jo, terbukti dengan kekuarangan fisik yang dimilik,
di usianya yang ke 23,

Jo berhasil mengharumkan negaranya,
bersama kedua rekannya Dani King dan Laura Trott menyabet medali emas di
Olimpiade London 2012, mengalahkan tim Amerika yang selalu mendominasikan bidang
sport ini.

Ketika Jo naik ke podium dan setelah menerima medali emasnya, di saat momen yang
sedemikian penting itu, Jo melepaskan wig yang dipakai,  tanpa canggung atau
malu.

Jo tampil botak di hadapan puluhan kamera televisi, yang disaksikan oleh puluhan
jutaan pemirsa dunia. Dengan senyuman ceriah Jo berkata,

“ Jangan Pernah Membuat Penampilanmu untuk Membunuh Impianmu dan Kebahagaianmu.”

Banyak yang kagum atas keberhasilan Jo menjadi juara,
tetapi orang lebih kagum akan sikapnya yang berani tampil seadanya.

Mereka memuji bahwa Jo sama cantiknya baik dengan rambut maupun tanpa rambut.

Kalau seorang Joanna Rowsell bisa melakukannya,

Anda TENTU JUGA BISA melakukannya.

Pendiam Dan Suka Menyendiri

John Wayne Gacy adalah seorang pemain badut yang tinggal di Chicago, Amerika.

Ia terkenal sangat ramah, lucu, dan pintar menghibur anak-anak.
John juga dikenal sangat dermawan yang suka membantu orang lain. Sifat positip
ini, membawa John Gacy selalu kebanjiran panggilan dimana ada pesta yang ada
hubungan dengan anak-anak.
Tentu anak anak sangat menyukainya.

Namun warga Chicago dan seluruh Amerika sangat terperanjat,
ketika foto John Gacy terpampang di halapan depan Newsweek terbitan 8 January
1979.

Tertulis dengan tulisan tebal

 Badut Penjagal, John Wayne Gacy.

Berita itu menulis, pada tahun 1972, sejumlah anak remaja yang dilaporkan
hilang,
kemudian tahun tahun berikutnya, jumlah anak yang hilang terus bertambah.

Hingga tahun akhir 1978, total kehilangan telah mencapai 33 orang. Para orang
tua di Chicago sangat cemas dengan berita kehilangan sejumlah anak ini,
mereka mendesak polisi segera mengungkap mysteri itu.

Polisi setempat tidak berhasil melacak kemana perginya semua anak remaja itu,
anak anak itu bagaikan ditelan bumi saja, tanpa ada sedikitpun meninggalkan
jejak.

Akhirnya polisi meminta bantuan FBI untuk mengungkap kasus ini.

FBI mulai menyimpulkan,
bahwa anak anak ini bukan melarikan diri dari rumah,
untuk mencari kehidupan sendiri.

Karena di Amerika sangat populer anak anak remaja telah dipaksa mandiri untuk
mencari kehidupan sendiri, apalagi tingginya perceraian yang sering
menelantarkan anak-anak.

Keyakinan FBI ini, karena sebagian anak yang hilang itu berasal dari keluarga
baik baik dan anak-anak yang mempunyai prestasi baik di sekolah.

FBI mulai bekerja siang malam, mencari siapa saja yang pernah berhubungan dengan
anak anak ini. Baik itu guru, tetangga, family bahkan teman teman mereka.

Dan mereka menyimpulkan bahwa semua anak anak itu pernah hadir dalam pesta yang
dimeriahkan oleh si badut John Gacy.  

Namun, ketika berkali-kali FBI memeriksa rumahnya, tiada terdapat satupun
petunjuk mengarah ke dirinya.


Untuk menghilangkan kecurigaan polisi, Gacy malah sengaja mengajak polisi untuk
makan malam di rumahnya.
Ia begitu yakin, bahwa makan malam itu akan menghilangkan kecurigaan pada
dirinya selanjutnya.

Kepiawaian menutup semua kejahatian itu berjalan mulus.

Namun ketika sedang makan malam itu, angin yang berhembus dari ventilasi terasa
berbau aneh,
amis bagaikan bau bangkai.

Angin itu berembus dari pekarangan belakangnya.

Keesok harinya FBI membongkar paksa pekarangannya,
terjejer rapi puluhan mayat, yang sebagaian telah tinggal tengkorak.

John Gary dinyatakan sebagai pembunuh tunggal.
Ia mengaku mengidap kelainan homoseksual.

Ia menyetubuhi semua anak anak remaja itu, sebelum membunuh untuk menutup
kelainan sexualitasnya .
Gacy dihukum mati pada 1994.

Di Indonesia, kejadian  serupa juga pernah terjadi.

Very Idham Henyaksyah yang sering dipanggil Ryan,

juga dikenal sebagai guru ..... ,
kalem dan modis.

Ryan dari Jombang itu, kemudian terungkap telah membunuh dan menguburkan
sejumlah korban dalam rumahnya.

Ryan juga didakwa mati dengan membunuh 11 korban.

Baik John dan Ryan, mempunyai kesamaan,
mereka sama sama pendiam dan suka menyendiri.

Tampang mereka jauh dari pembunuh darah dingin lainnya, mereka selalu mudah
senyum, pintar berbicara dan ramah.

Itu tentu adalah topeng dari manusia yang berwajah setan yang sangar.

Seorang pengajar terkemuka,
Ki Dong Kim menulis

......mereka yang suka menyendiri , memendam rasa dan pikirannya,
mudah kerasukan pikiran jahat, karena selalu terpaku pada pikiran sendiri.

Dan bila itu adalah pikiran negatip, lama kelamaan akan menjadi Kelainan
Jiwa.

Belajar dari kisah John dan Ryan,

kita harus selalu MENGISI pikiran
kita dengan hal HAL BAIK.

Berhati-hatilah untuk tidak memendam pemikiran kita,
dengan selalu menyendiri.
Itu bisa berbahaya.

Bunga DANDOLIN

Peter Farrely adalah seorang pria yang sangat suka dengan bunga.
Ia mempunyai rumah yang besar dengan halaman yang luas. Halamannya ditanami
dengan berbagai bunga yang warna-warni.

Perpaduan warna bunganya juga sangat serasi, sehingga membuat halamanannya
menjadi sangat indah.

Ini membuat setiap orang yang melewati rumahnya yang tanpa pagar, akan berhenti
sejenak untuk melihat bunganya, bahkan tidak jarang yang berfoto dengan latar
belakang halamannya.

Mereka selalu memuji indahnya halaman Peter, ini tentu sangat menyenangkan
Peter.

Namun kebanggaan Peter akan tamannya tidak berlangsung lama. Tanpa diundang,
tanpa ditanam, bunga Dandelion tiba-tiba tumbuh di antara halamannya.

Pada awalnya Peter berusaha mencabuti semua bunga Dandelion itu, namun bunga
bandel itu tetap datang dan tumbuh kembali. Sehingga membuatnya sangat jengkel.

Dandelion adalah sejenis tanaman liar yang sangat mudah tumbuh dan berkembang.

Bunga ini menghasilkan biji-biji berbentuk kapas, yang dengan tiupan angin akan
membawanya tumbuh dimana ia mendarat.

Karena rasa kebencian pada Dandelion itu sudah memuncak.
Ia pergi mencari pakar tanaman bagaimana mencari tahu bagaimana membasmi bibit
Dandelion secara effektip.

Ia bahkan menulis surat kepada walikotanya, meminta kebijakan walikota untuk
membasmi tuntas semua bibit bunga Dandolin, agar tidak tumbuh liar kemana-mana.

Sang pakar juga tidak mampu memberi advis yang memuaskan. Namun akhirnya ia
menerima balasan surat dari walikota, yang bertuliskan

Cara terbaik untuk mengatasi masalahmu, adalah belajar untuk mencintai
Dandelion itu.

Persis seperti apa yang dikatakan Mahatma Gandhi :

KEBENCIAN hanya bisa diatasi dengan CINTA .

Nasehat dari walikota itu mulai mengubah cara pandangnya pada Dandolin, Peter
secara perlahan mulai belajar akan sifat bunga itu, ternyata mempunyai keindahan
tersendiri.
Dan ia mulai menyukainya.  


Saat Dandelion mulai berbunga, warna kuning sangat menawan dan membuat perpaduan
warna dengan bunga lain menjadi lebih ceria.
Juga saat Dandelion berubah menjadi kapas-kapas, halamannya bagai awan halus dan
lembut.

Sejak saat itu, Peter mulai mencintai Dandelion dan ia membiarkan halamannya
ditumbuhi Dandelion yang awalnya dibencinya.

Kebencian melumpuhkan hidup, CINTA melepaskannya.

Kebencian membingungkan hidup, CINTA mengharmoniskannya.

Kebencian menggelapkan hidup, CINTA menerangi.