Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Wednesday, March 25, 2009

Khotbah tentang dosa kebohongan


Pengkhotbah memberitahu pada umatnya, “Minggu depan saya merencanakan untuk berkhotbah tentang dosa kebohongan. Untuk membantu Anda memahami-nya, saya ingin Anda semua membaca Markus pasal 17.”

Pada Minggu berikutnya, ketika bersiap menyampaikan khotbahnya, ia berkata, “Saya ingin tahu berapa banyak di antara Anda telah membaca Markus 17.”

Semua orang mengacungkan jarinya. Pengkhotbah itu tersenyum dan berkata, ”Markus hanya memiliki 16 pasal. Sekarang saya akan memulai khotbah saya tentang dosa kebohongan.”

Pendeta gugup


Seorang pendeta muda yang gugup karena masih baru di gereja itu, dalam khotbahnya mengatakan, “Dan mereka pun memberi makan pada lima orang dengan lima ribu roti dan dua ribu ikan.”

Seorang anggota jemaat menggumam, “Tak ada yang aneh, saya pun bisa.”

Menyadari kesalahannya, pada Minggu berikutnya pendeta itu mengulangi lagi kata-katanya, kali ini dengan benar, “Dan mereka pun memberi makan pada lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan.”

Dengan tersenyum pendeta itu bertanya, “Pak Perkins, apakah Anda bisa melakukannya?”

“Tentu saja saya bisa.” jawab yang ditanya.

“Bagaimana Anda melakukannya? “

“Dari yang tersisa Minggu yang lalu.”

Anggota bala tentara Allah


Suatu hari seorang teman saya datang ke gereja. Seperti biasa pendeta berdiri didepan pintu menyalami umatnya. Ketika menyalami teman saya itu pendeta menariknya ke samping.

Pendeta itu berkata padanya, “Anda perlu bergabung pada Bala Tentara ALLAH.”

Teman saya menjawab, “Tetapi saya sudah bergabung.”

Pendeta itu bertanya, “Bagaimana bisa, saya melihat Anda di gereja hanya pada waktu Natal dan Paskah.”

Teman saya berbisik, “Saya bekerja di dinas rahasianya pak.”

Pendeta selalu menolong

Seorang guru muda yang masih baru berusaha membuka lemari yang berisi perlengkapan mengajar.

Ia sudah diberitahu nomor kombinasi untuk lemari itu, tetapi ia lupa.Akhirnya ia pergi ke kamar kerja pendeta untuk minta tolong.

Pendeta itu datang ke ruang perlengkapan dan mencoba memutar nomor kombinasi. Setelah memutar dua nomor pertama pastor tampak ragu-ragu.

Akhirnya ia menengadah ke atas dan dengan khidmat mulutnya mengucapkan sesuatu. Kemudian ia kembali melihat ke kunci kombinasi dan tanpa ragu-ragu ia memutar nomor kombinasi dan membuka kuncinya.

Guru muda itu sangat takjub, “Saya sangat mengagumi pendeta.”

“Sebenarnya bukan apa-apa,” jawab pendeta itu, “Nomor itu saya tempel di langit-langit.

Apakah anda kristen


Sikecil Johny sedang berjalan-jalan di tepi pantai dan ia melihat seorang wanita sedang duduk santai di pasir di bawah payung. Ia berjalan menuju ke wanita itu seraya bertanya, “Apakah Anda Kristen?”

“Ya.” Jawabnya. “Apakah Anda membaca Alkitab setiap hari?”

Wanita itu menganggukkan kepala, “Ya.”

“Apakah Anda sering berdoa?” tanya Johny, dan sekali lagi wanita itu menjawab, “Ya.”

“Kalau begitu bolehkah saya titip uang saya karena saya akan berenang.”

Kalau dia tidak disurga


Seorang wanita Kristen sering melakukan perjalanan untuk keperluan bisnisnya.Tetapi setiap kali terbang ia selalu gelisah hingga ia selalu membawa Alkitab untuk dibacanya agar dapat menenangkan diri.

Suatu ketika ia duduk disebelah seorang laki-laki. Laki-laki itu bertanya “Apakah Anda benar-benar percaya pada apa yang tertulis disitu?” Perempuan itu menjawab, “Tentu saja. Ini adalah Alkitab.”

Laki-laki itu berkata, “Lalu bagaimana dengan Yunus yang ditelan oleh ikan paus?” Perempuan itu menjawab, “Oh, Yunus. Ya saya percaya itu, bukan-kah itu diceritakan dalam Alkitab?”

Laki-laki itu bertanya, “Dapatkah Anda menjelaskan, bagaimana ia dapat selamat berada di perut ikan paus selama tiga hari?”

Perempuan itu berkata, “Oh itu saya tidak tahu. Saya kira bila kelak saya masuk Surga, saya akan menanyakannya.

“Bagaimana kalau ia tidak di sorga?”, tanya laki-laki itu dengan sinis.

“Kalau begitu Anda saja yang menanyakannya. “

Cinta tak harus berwujud bunga


Suatu hari saya dikunjungi oleh teman saya yang sudah berumah tangga, sebut saja Ika, dia bercerita :

loveTiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut.

“Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan”

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Akhirnya dia bertanya,:

“Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”.

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,:

“Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya : Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati, Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?”

Dia termenung dan akhirnya berkata,

“Saya akan memberikan jawabannya besok.”

Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang bertuliskan. …

“Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya… “

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

“Kamu bisa mengetik di komputer namun selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya.”

“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.”

“Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. “

“Kamu selalu pegal-2 pada waktu ‘teman baikmu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.”

“Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.”

“Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.”

“Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu”.

“Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.” “Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. “

“Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu. “

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat cintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

“Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.”

“Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.”.

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Hukum Truk Sampah


Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parikr tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan mulai menjerit ke arah kami. Supir taxi hanya tersenyum dan melambai pada orang orang tersebut. Saya benar-benar heran dengan sikapnya yang bersahabat. Maka saya bertanya, “Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!”

Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut “Hukum Truk Sampah”.

Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.

Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja di rumah atau dalam perjalanan. Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan “truk sampah” mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana
hati.

Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka:
Kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu menghadapinya Hidup bukan mengenai menunggu
badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan
Selamat menikmati hidup yang diberkati dan bebas dari “sampah”

Raja dengan 4 istri


Sekali peristiwa, terdapat seorang Raja yang memiliki empat istri.

Ia paling mengasihi istrinya yang keempat dan menghiasinya dengan jubah yang mewah dan menjamunya dengan makanan-makanan yang mahal dan enak. Ia memberikan hanya yang terbaik kepadanya.

Ia juga sangat mengasihi istrinya yang ketiga dan selalu mempamerkannya ke kerajaan-kerajaan tetangga. Tetapi sang Raja selalu merasa khawatir bahwa suatu hari nanti, istrinya ini akan meninggalkannya dan menjadi milik orang lain.

Ia juga mengasihi istrinya yang kedua. Istri ini merupakan tempatnya mengadu dan istrinya ini selalu baik, bertimbang rasa dan sabar. Setiap kali Sang Raja menghadapi masalah, ia selalu akan berbincang dengan istri kedua ini dan istrinya akan membantunya di saat-saat kesulitannya.

Istri pertama Sang Raja merupakan istri yang sangat setia dan telah banyak membantunya dalam pengurusan harta dan kerajaannya. Tetapi, sang Raja tidak mengasihi istri pertamanya. Walaupun istri pertamanya sangat mengasihinya, tetapi sang Raja nyaris tidak pernah memberinya perhatian!

Suatu hari, sang Raja jatuh sakit dan tahu bahwa tidak banyak waktu yang tersisa. Ia memikirkan hidupnya yang mewah dan berkata, “Saya sekarang mempunyai empat istri, tetapi saat saya mati, saya akan sendirian”.

Lalu, ia bertanya ke istrinya yang keempat, “Aku paling mengasihi kamu. Aku membelikan pakaian yang termahal dan melimpahi kamu dengan begitu banyak perhatian. Sekarang sudah tiba waktunya aku meninggalkan dunia ini, maukah kamu mengikuti aku untuk menemani aku?”

“Tidak mungkin!”, jawab istrinya yang keempat, dan tanpa sepatah kata pun istrinya meninggalkannya. Jawabannya begitu mengiris hati sang Raja.

Raja yang sedang kecewa itu kemudian bertanya ke istrinya yang ketiga, “Seumur hidupku, aku mengasihi-mu. Sekarang aku akan segera mati, maukah kamu mengikuti aku untuk menemani-ku? “

“Tidak!”, jawab istrinya yang ketiga. “Hidup ini terlalu bagus! Saat engkau mati, aku akan nikah lagi!” Hatinya remuk dan menjadi dingin.

Lalu, sang Raja bertanya kepada istrinya yang kedua, “Kamulah tempat aku mengadu dan kamu selalu siap membantu-ku. Saat aku mati, maukah kamu mengikuti aku dan menemani-ku? “

“Aku minta maaf, kali ini aku tidak dapat membantu-mu” , jawab istrinya yang kedua. “Paling, aku akan berjalan bersama-mu ke tempat penguburan.” Jawaban istrinya yang kedua seperti petir yang menyambar hatinya dan hati sang Raja menjadi sangat sedih dan hancur.

Lalu, suatu suara berseru, “Aku akan pergi bersama-mu. Aku akan mengikuti-mu tidak kira ke mana pun.” Raja itu mengangkat kepalanya dan melihat istrinya yang pertama. Ia melihat keadaan istrinya yang sangat kurus dan sangat tidak terawat karena menderita kekurangan gizi. Dengan hati yang sangat sedih, sang Raja berkata, “Seharusnya aku lebih memperhatikan kamu ketika aku masih sempat!”

Sebenarnya, kita semua memiliki empat istri di dalam hidup kita.

Istri keempat kita adalah tubuh kita. Tidak kira sebanyak mana waktu dan usaha kita investasikan untuk menjaga penampilan kita, tubuh ini akan meninggalkan kita saat kita mati.

Istri kita yang ketiga adalah harta milik, status dan kekayaan. Saat kita mati, harta kita akan menjadi milik orang lain.

Istri kedua kita adalah keluarga dan sahabat-sahabat kita. Walaupun mereka selalu membantu kita selama kita hidup tetapi mereka hanya dapat menemani kita sampai ke tempat penguburan dan tidak lebih dari itu.

Istri pertama kita adalah Jiwa kita. Jiwa kita yang sering kita abaikan dalam pengejaran kita akan kekayaan, kekuasaan dan kenikmatan dunia. Tetapi, Jiwa kita merupakan satu-satunya hal yang akan mengikuti kita ke mana pun kita pergi.

Pupuklah, kuatkanlah dan hargailah jiwa kita saat ini juga, karena jiwa kitalah satu-satunya bagian kita yang akan mengikuti kita ke takhta Allah dan terus menyertai kita di sepanjang kekekalan

Kisah Anne

Ada pasangan suami isteri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum
mepunyai keturunan. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif
dalam kegiatan untuk menentang ABORSI,karena menurut pandangannya, aborsi
berarti membunuh seorang bayi.

Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga
pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada
famili, teman2 dan sahabat2, dan lingkungan sekitarnya. Semua orang ikut
bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya,
seorang bayi laki2 dan perempuan.Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu
yang buruk terjadi. Tetapi bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia
mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga
dapat mempengaruhi kondisi bayi laki2. Jadi dokter menyarankan untuk
dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2 nya.

Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang
istri mengalami depressi. Pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan
bayi perempuannya (membunuh bayi tsb), tetapi juga kuatir terhadap
kesehatan bayi laki2nya. "Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang
tidur nyenyak", kata sang ibu di sela tangisannya. Lingkungan sekitarnya
memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut,dengan mengatakan bahwa
ini adalah kehendak Tuhan.

Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, tiba-tiba dia
tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini. Hal ini
membuatnya lebih tabah.Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta
ini. Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu
dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi
mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian.
Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana bayi
mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi
akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh donor organ dari
bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang mau mendonorkan
organ bayinya ke orang lain ? Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini
menamakan bayinya, Jeffrey dan Anne. Mereka terus bersujud kepada Tuhan.
Pada mulanya,mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian
mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon agar diberikan kekuatan untuk
menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin Tuhan punya rencanaNya
sendiri.

Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk
dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam. Sang
istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk
terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang
sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi.
Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam
posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan
Anne. Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan
terjadi.

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan
selamat. Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong
Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum dengan
manis. Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya.
Tidak ada kata2 di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan
tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan
pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne),mereka sangat bahagia
melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih
karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja.

Sungguh tidak ada kata2 yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut.
Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang
berasal dari jiwa mereka yang terluka..

Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk
melihat Anne. Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah
lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut
untuk saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah
enam jam.....

Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ.
Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tsb bahwa donor tsb
berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut
sekarang sadar akan kehendak Tuhan. Walaupun Anne hanya hidup selama 6 jam,
tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa. Bagi pasangan tersebut, Anne
adalah pahlawan mereka, dan sang Anne yang mungil akan hidup dalam hati
mereka selamanya...

dikutip dari buku "Gifts From The Heart for Women"
karangan Karen Kingsbury

Ada 3 point penting yang dapat kita renungkan dari kisah ini :

1. SESUNGGUHYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu hari ataupun
bahkan seratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah apa yang kita telah
kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain.

2. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita telah
berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang benar2 penting
adalah apa yang dilakukan perusahaan kita selama ini, yang bermanfaat bagi
orang lain.

3. Ibu Anne mengatakan "Hal terpenting bagi orang tua bukanlah mengenai
bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka tinggal, maupun
berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan. Tetapi hal terpenting bagi
kita sebagai orang tua adalah untuk memastikan bahwa anak2 kita melakukan
hal2 terpuji selama hidupnya, sehingga ketika kematian menjemput mereka,
mereka akan menuju surga".

Ada 4 kemungkinan respon dari pihak2 yang telah membaca kisah ini.

PERTAMA, cuek / tidak peduli / tidak mengerti kisah ini.
KEDUA, tersentuh dengan kisah ini, tetapi tidak melakukan apapun.
KETIGA,tersentuh dengan kisah ini, intropeksi diri, lalu mengubah cara
pandang tentang hidupnya.
KEEMPAT, tersentuh, intropeksi diri, mengubah cara pandang tentang
hidupnya, lalu bergerak aktif untuk memaknai hidupnya sendiri dengan cara
memberikan makna bagi kehidupan orang lain.

Bila di antara sekian banyak orang yang memperoleh kisah ini dari Anda, ada
satu saja yang termasuk kategori nomor EMPAT, ini berarti Anda telah berhasil mengubah hidup seseorang, dari sekedar "Hidup" menjadi "Hidup Yang Lebih Bermakna". Mereka sungguh beruntung dengan kehadiran Anda di dunia ini.

Berhentilah Untuk Selalu Memikirkan Kepentingan Diri Sendiri, Jadikanlah
Kehadiran Anda Di Dunia Ini Sebagai RAHMAT Bagi Orang Banyak dan Bagi Orang2
Yang Anda Cintai (Ayah, Ibu, Saudara/i,Suami/Istri, Anak2 Anda, dst)

Pohon Apel


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi.
Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya."Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel."Aku sedih," kata anak lelaki itu."Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel
itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah
bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon
apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi
untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel."Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu."Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama
meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau,
akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk
berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring
di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan
tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan
akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil
meneteskan air matanya.


Pohon apel itu adalah orang tua kita.Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita
mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup
yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Kisah Natal


Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah
takhayul belaka.
Dia bukanlah orang yang kikir.
Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan
bersih kelakuannya terhadap orang lain.
Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap
gereja di hari Natal.
Dia sunguh-sungguh tidak percaya.
"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria
itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
"Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia.
Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya "

Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian
tengah malam di gereja.
Pria itu menolak untuk menemani mereka.
"Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya.
"Saya lebih baik tinggal di rumah.
Saya akan menunggumu sampai pulang."

Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun.
Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu
berjatuhan.
Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat
kabar.
Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan.
Bunyi itu terulang tiga kali.
Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah
jendela rumahnya.
Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan
sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin.
Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela
ketika hendak mencari tempat berteduh.

Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir
pria itu.
Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka?
Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya.
Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat.
Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda
tersebut.
Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi
burung-burung itu tidak masuk ke dalam.
Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya.
Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan
menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang.
Tapi ia sungguh terkejut.
Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus
melompat-lompat kedinginan di atas salju.

Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi
justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi
kandang yang hangat itu.
"Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan," kata
pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan cara
lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya.
Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit,
mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi.
Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi
lonceng itu menyambut Natal yang indah.
Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya
mengerti,"
bisiknya dengan terisak.
"Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

Saudaraku, sering kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke gereja dan
merasa tak ada gunanya, semoga cerita2 di atas ini bisa lebih meneguhkan
kita akan pentingnya ke gereja.

Ke gereja

Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah.
Mereka adalah anak-anak muda - anak muda yang sangat cerdas dan sering
menggoda nenek mereka.
Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek
masih pergi ke gereja pada hari minggu?"
"Tentu!"
"Apa yang nenek peroleh dari gereja?
Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa.
Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya."
"Lalu apa khotbah dari pastor?"
"Nenek tidak ingat.
Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah.
Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi
kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."
Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak
mendapatkan sesuatu dariNya?"
Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung.
Dan anak-anak lain tampak menjadi malu.
Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua
duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."

Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya
kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan
air, lalu bawa kemari!"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu?
Air didalam tas rajutan....!
"Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan.
Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."

Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas
yang bertetes-teskan ..
"Lihat,nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."
"Benar," katanya.
"Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang.
Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang
baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya."

Apa gunanya


Seorang Kristen menulis surat kepada Editor sebuah surat kabar dan
mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia pergi ke gereja
setiap minggu.
Tulisnya, "saya sudah pergi ke gereja selama 30 tahun dan selama itu
saya telah mendengar 3000 khotbah. Tapi selama hidup, saya tidak bisa
mengingat satu khotbah pun. Jadi saya rasa saya telah memboroskan
begitu banyak waktu - demikian pun para pastor itu telah memboroskan
waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu."

Surat itu menimbulkan perdebatan yang hebat dalam kolom pembaca.
Perdebatan itu berlangsung berminggu-minggu sampai akhirnya ada
seseorang yang menulis
demikian: "Saya sudah menikah selama 30 tahun. Selama ini istri saya
telah memasak 32.000 jenis masakan. Selama hidup saya tidak bisa
mengingat satu pun jenis masakan itu yang dilakukan istri saya. Tapi
saya tahu bahwa masakan-masakan itu telah memberi saya kekuatan yang
saya perlukan untuk bekerja. Seandainya istri saya tidak memberikan
makanan itu kepada saya,maka saya sudah lama meninggal."

Sejak itu tak ada lagi komentar tentang khotbah.

Anak cacat

"Huuu....uuura!" Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima telegram dari anaknya yang telah ber-tahun2 menghilang. Apalagi ia adalah anak satu2nya. Maklumlah anak tsb pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 th yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tsb. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tsb. Dalam telegram tsb tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.

Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan2 bisnis dari suaminya diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.

Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: "Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?"
Ibu: "Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan2 bawalah!"
Si Anak: "Tetapi kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?"
Ibu: "......oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad? " - nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: "Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!"
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: "Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?"
Si Anak: "...tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!"
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: "Na...ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!"
Si Anak: "...tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!"

Si Ibu: "Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang2 penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan2 nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti."
Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
Orang tua dari kedua anak tsb maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tsb tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.

Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tsb adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya!
Kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tsb kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka? Apakah Anda masih tetap mau berkawan
....... dengan orang cacad?
........yang bukan karena cacad tubuh saja?
....... tetapi cacad mental atau
........cacad status atau cacad nama atau
........cacad latar belakang kehidupannya?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan dengan orang
.......yang jatuh miskin?
...... yang kena penyakit AIDS?
.......yang bekas pelacur?
.......yang tidak punya rumah lagi?
.......yang pemabuk?
.......yang pencandu?
.......yang berlainan agama?

Istri yang bijak

Diceritakan bahwa Putri Qara adalah istri saudagar kaya Amenhotep, berasal dari keluarga sederhana, tapi pintar, bijaksana dan berbudi pekerti yang baik. Karena ia berasal dari keluarga yang lebih miskin dibanding dg suaminya, ia sering diperlakukan dengan tidak selayaknya.

Suatu hari ia dan suaminya pergi ke desa nelayan dan melihat ada seorang nelayan yang miskin dan istrinya. Nelayan tersebut sangat miskin dan bahkan untuk membeli jala yang baru untuk mengganti jalanya yg robek pun ia tidak mampu.

Istri nelayan tersebut adalah orang yang pemboros, malas dan suka berjudi, seluruh penghasilan suaminya digunakannya untuk berfoya-foya.
Melihat kenyataan seperti itu, Putri Qara berkata kepada suaminya, bahwa seharusnya istri nelayan tersebut membantu memperbaiki jala suaminya.
Amenhotep, menentang pendapat istrinya, mereka berdebat, sehingga Amenhotep marah dan kemudian memanggil nelayan miskin tersebut. Amenhotep menukarkan Putri Qara dengan istri nelayan tersebut. Putri Qara sedih karena terhina, suaminya memperlakukan seolah-olah dia adalah barang yang bisa dipertukarkan semaunya. Sang nelayan tertegun dan tidak berani membantah, karena Amenhotep terkenal kejam dan sadis karena kekayaannya.

Putri Qara rajin membantu suaminya yang baru dalam bekerja. Karena kepandaian dan kebijaksanaan Putri Qara, lambat laun sang nelayan menjadi kaya.

Suatu ketika ada seorang tua dengan baju compang-camping dan tidak terurus datang ke rumah Putri Qara, pelayan dirumah tersebut mengenalinya sebagai Amenhotep. Amenhotep kemudian melepas terompahnya dan meletakkan di meja kecil di sudut rumah Putri Qara. Oleh pelayan, terompah tersebut diberikan pada Putri Qara dan menceritakan kondisi pemiliknya, sang putri mengenali terompah tersebut dan memerintahkan pelayannya untuk memberikan pada Amenhotep baju baru, terompah baru dan 3 keping uang emas ditambah pesan : aku tidak diwarisi kekayaan tetapi budi pekerti, kebijaksanaan dan kemauan untuk bekerja.

Amenhotep menerima pemberian itu dengan penyesalan akan tindakannya di masa lalu, karena egonya dia menukar istrinya yang baik dan bijaksana dengan seorang wanita yang hanya bisa menghamburkan harta suaminya.


Cerita tersebut sederhana, tapi menyentuh karena ternyata begitu besar pengaruh seorang istri untuk suaminya.
Oleh karenanya, hai wanita dampingi dan dukunglah pria dengan bijaksana, dan hai pria perlakukanlah wanita dengan penuh kasih, karena pada setiap pria yang sukses pasti terdapat seorang wanita yang mendukungnya dengan bijaksana.



Kata-kata emas Salomo:
Isteri yang bijak dan cakap siapakah yang punya ?
Dia lebih daripada emas permata.
Hai suami kasihilah isterimu, karena dia teman pewaris tahta kasih karunia.
Supaya doamu tidak terhalang.
Suami adalah kepala atau imam dari isteri.
Yesus adalah kepala atau imam dari suami
.

Jangan kirimi aku bunga


Aku mendapat bunga hari ini.
Meski hari ini bukan hari istimewa dan bukan hari ulangtahunku.
Semalam untuk pertama kalinya kami bertengkar
Dan ia melontarkan kata-kata menyakitkan.
Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena hari ini ia mengirimi aku bunga.

Aku mendapat bunga hari ini.
Ini bukan ulangtahun perkawinan kami atau hari istimewa kami.
Semalam ia menghempaskan aku ke dinding dan mulai mencekikku.
Aku bangun dengan memar dan rasa sakit sekujur tubuhku.
Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena ia mengirim bunga padaku hari ini.

Aku mendapat bunga hari ini,
Padahal hari ini bukanlah hari Ibu atau hari istimewa lain.
Semalam ia memukul aku lagi, lebih keras dibanding waktu-waktu yang lalu.
Aku takut padanya tetapi aku takut meningggalkannya.
Aku tidak punya uang. Lalu bagaimana aku bisa menghidupi anak-anakku?
Namun, aku tahu ia menyesali perbuatannya semalam, karena hari ini ia kembali mengirimi aku bunga.

Ada bunga untukku hari ini.
Hari ini adalah hari istimewa... inilah hari pemakamanku.
Ia menganiayaku sampai mati tadi malam.
Kalau saja aku punya cukup keberanian dan kekuatan untuk meninggalkannya, aku tidak akan mendapat bunga lagi hari ini...

Hadiah buat mama

Empat orang pria bersaudara meninggalkan rumah mereka untuk kuliah, dan mereka menjadi dokter dan pengacara yang sukses dan kaya raya.

Beberapa tahun kemudian mereka ngobrol setelah makan malam bersama. Mereka membicarakan hadiah-hadiah yang mereka mampu berikan kepada ibunda mereka yang sudah tua dan tinggal di kota lain yang jauh.

Anak sulung berkata, “Saya telah membangun rumah besar buat Mama.”

Anak kedua berkata, “Saya sudah membangun home theatre seharga $ 100 ribu di dalam rumah itu.”

Anak ketiga berkata, “Saya sudah membelikan sebuah sedan Mercedes SL 600 untuk Mama.”

Anak keempat berkata, “Kalian tahu betapa mama suka membaca Alkitab dan kalian tahu bahwa dia tidak dapat membaca lagi karena pandangannya yang sudah kabur. Saya bertemu dengan seorang pengkhotbah yang menceritakan kepada saya tentang seekor burung beo yang dapat mengutip seluruh isi Alkitab. Hal ini memerlukan dua puluh pendeta untuk melatih burung itu selama 12 tahun. Saya sudah berkomitmen untuk menyumbang $ 100 ribu ke gereja itu selama dua puluh tahun, dan saya rasa hal itu merupakan harga yang pantas. Mama hanya perlu menyebutkan pasal dan ayatnya saja, maka burung itu akan mengucapkan firman Tuhan yang dimaksud.”

Saudara-saudara yang lain begitu terkesan.

Setelah hari liburan Mama mengirimkan surat ucapan terima kasih kepada mereka semua.

Ia menulis: “Milton, rumah yang kamu bangun itu demikian besar. Mama hanya perlu satu kamar, tetapi Mama harus membersihkan seluruh rumah. Meskipun demikian, terima kasih.”

“Marvin, Mama terlalu tua untuk bepergian dengan sedan itu. Mama lebih suka tinggal di rumah. Mama biasa menyuruh petugas supermarket mengirimkan bahan-bahan makanan yang diperlukan ke rumah, sehingga Mama tidak pernah menggunakan sedan mahal itu. Kepedulianmu bagus, terima kasih.”

“Michael, kamu memberi Mama sebuah teater yang mahal dengan Suara Dolby, yang dapat menampung lima puluh orang, tetapi semua sahabat Mama sudah pada mati. Mama sudah kehilangan pendengaran dan Mama hampir buta. Mama tidak pernah memakai teater itu. Terima kasih atas perhatianmu.”

“Melvin tersayang, kamu adalah satu-satunya anak yang sangat penuh pertimbangan dalam memberikan hadiah. Ayam itu lezat sekali, sudah Mama makan. Terima kasih ya.”

Luv Ya, Mama

Shamila

Dulu ada penglima pasukan di Rusia namanya Shamila. Karena pemerintahan kaisar waktu itu sangat otoriter maka dia bersama pasukannya lari ke padang gurun untuk melakukan konsolidasi melawan kaisar. Karena ada di padang gurun maka semua makanan harus dihemat supaya seluruh pasukan bisa bertahan hidup.

Suatu ketika ada laporan bahwa sekarung beras telah hilang. Shamila marah, ia memberi peringatan kepada seluruh pasukannya, "Siapa yang mencuri beras akan dihukum cambuk 50 kali"

Hari berikutnya ada sekarung beras lagi yang hilang. Shamila sangat marah kemudian dia memerintahkan pasukannya, "Siapapun yang mencurinya, tidak peduli pria atau wanita, muda atau tua harus dihukum cambuk 50 kali."

Shamila kemudian memerintahkan pasukan untuk mencari pencurinya.

Beberapa saat kemudian anak buahnya datang: "Panglima ada kabar baik, pencurinya sudah ketemu".

Shamila menjawab: "Bagus"

Anak buahnya menjawab lagi: "Tetapi ada berita buruknya, Panglima ".

Shamilla menjawab lagi: "Apa itu ?"

Anak buahnya menjawab lagi: "Yang mencuri adalah ibu Panglima".

Shamila terdiam, dia bingung, ibunya sudah lanjut usia, kalau diberi hukuman, jangankan 50 kali cambukan, 2 kali cambukan saja ibunya pasti meninggal. Tapi kalau tidak dihukum, ia tidak adil.

Akhirnya Shamilla berkata: "Keputusan ditunda besok pagi"

Semalaman ia berpikir keras bagaimana mengambil keputusan. Seluruh pasukan juga bingung, ada yg tidak tega kalau ibunya dihukum, ada yang bersikeras yang bersalah harus dihukum.

Akhirnya pagi hari tiba. Seluruh anggota pasukan berkumpul. Semua mata menatap kepada Shamilla menanti keputusan yang akan diambil.

Shamila maju dan berkata: "Seperti yang sudah ditetapkan yang mencuri beras harus dihukum cambuk 50 kali. Pasukan, bawa pencurinya ke depan".

Kemudian pencurinya yang juga ibunya dibawa ke depan.

Shamilla berkata, "Segera laksanakan hukum cambuk 50 kali".

Sesaat sebelum algojo menjalankan cambukan yang pertama, Shamilla berkata: "Stop".

Kemudian dia berkata kepada ibunya: "Ibu, aku menyayangi ibu, tapi keadilan harus ditegakkan.Harus ada hukuman untuk suatu pelanggaran."

Tiba tiba ia memeluk ibunya dan berkata: "Ibu, aku menyayangi ibu, aku yang akan menggantikan ibu menerima hukuman ini.Ibu jangan mencuri lagi ya".

Kemudian dia membawa ibunya ke pinggir.

Shamilla berkata kepada algojo: "Algojo cambuk aku 50 kali".

Kemudian Shamilla dihukum cambuk 50 kali.

Dengan demikian Shamilla sebagai pemimpin mempunyai kasih dan sekaligus menjalankan keadilan.

Si Murung dan si Ceria


Ada dua anak bernama Si Ceria dan Si Murung. Seperti namanya Ceria mempunyai sifat periang, selalu gembira dan tersenyum. Sebaliknya Murung mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum.
Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk membuat Si Murung tersenyum gembira dan membuat Si Ceria menjadi sedih cemberut dan sedih. Mereka lalu berpikir untuk memberikan sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing anak.

Si Murung menginginkan telepon genggam. Selama ini jika pergi dengan teman- temannya sering kali ia meminjam telepon genggam milik temannya. Orang tuanya membelikan sebuah telepon genggam terbaru supaya dia menjadi senang dan gembira.

Sewaktu Murung pergi sekolah, telepon genggam itu dibungkus oleh orang tuanya dengan kertas kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya. Sepulang sekolah, Murung segera masuk ke kamar dan melihat ada kado di sana. Cepat-cepat ia membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika mendapatkan di dalamnya berisi telepon genggam. Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama. Kemudian ia murung lagi karena ia takut kalau-kalau teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya lalu menjadi rusak. Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif, sehingga kado itu menjadi beban baginya. Yang keluar dari mulutnya adalah omelan dan keluhan, bukannya ucapan terima kasih kepada orang tuanya.

Di pihak lain, si Ceria senang sekali dengan kuda. Orang tuanya membungkus kotoran kuda dan diletakkan dalam kamar agar ia menjadi sedih dan murung. Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut melihat ada kado di kamarnya. Dengan sergap ia membuka pula kado itu. Betapa terkejutnya ia, ternyata yang didapatkan adalah kotoran kuda berbau busuk.

Mukanya kebingungan sejenak.Tetapi ia segera berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada sesuatu di balik hadiah ini."

Kemudian ia lari kepada orang tuanya dan mencium mereka. Orang tuanya sangat bingung dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu diberi kotoran kuda kok senang sih?". Lalu Ceria menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian sangat mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi kotoran kuda kepada saya, pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya"

Renungan :
Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai akan selalu berpikir bahwa ia selalu akan menerima yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dalam penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis merasa hidup ini menjadi beban penderitaan yang sangat panjang, sehingga ia selalu gelisah, takut, dan khawatir.

Wanita sempurna

Ini kisah perjumpaan dua orang sahabat yang sudah puluhan tahun terpisahkan hidupnya. Mereka kangen-kangenan, ngobrol ramai sambil minum kopi di sebuah kafe. Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal-soal nostalgia zaman sekolah dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini.

"Ngomong-ngomong, mengapa sampai sekarang kamu belum juga menikah?" ujar seorang kepada temannya yang sampai sekarang membujang.
"Sejujurnya sampai saat ini saya terus mencari wanita yang sempurna. Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu di Bandung, saya berjumpa dengan seorang gadis cantik yang amat pintar. Saya pikir inilah wanita ideal yang cocok untuk menjadi istriku. Namun ternyata di masa pacaran ketahuan bahwa ia sangat sombong. Hubungan kami putus sampai di situ.

"Di Jakarta, saya ketemu seorang wanita rupawan yang ramah dan dermawan. Pada perjumpaan pertama, aku kasmaran. Hatiku berdesir kencang, inilah wanita idealku. Namun ternyata belakangan saya ketahui, ia banyak tingkah dan tidak bertanggung jawab.

"Saya terus berupaya mencari. Namun selalu saya temukan kelemahan dan kekurangan pada wanita yang saya taksir. Sampai pada suatu hari, saya bersua wanita ideal yang selama ini saya dambakan. Ia demikian cantik, pintar, baik hati, dermawan, dan suka humor. Saya pikir, inilah pendamping hidup yang dikirim Tuhan."

"Lantas," sergah temannya yang dari tadi tekun mendengarkan, "Apa yang terjadi? Mengapa kau tidak segera meminangnya?" Yang ditanya diam sejenak. Suasana hening.

Akhirnya dengan suara lirih, sang bujangan menjawab, "Baru belakangan aku ketahui bahwa ia juga sedang mencari pria yang sempurna."

Untuk direnungkan:
Get the point?? Nobody's perfect, dear... even yourself.

Segelas susu


Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan
dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa
sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah
berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang
wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia
hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan
berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia
membawakan segelas besar susu.

Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "Berapa
saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?"

Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami
mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu
menambahkan.

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata:"Dari dalam
hatiku aku berterima kasih pada anda."

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat
kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka
akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis
yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Horward Kelly dipanggil
untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si
wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly.

Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju
kamar si wanita tersebut. Dan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si
wanita itu. Ia langsung mengenali itu pada sekali pandang. Ia kemudian
kembali keruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik
untuk menyelamatkan nyawa wanita itu.

Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita
itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh
kemenangan....Wanita itu sembuh!!

Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh
tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly
melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan
kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa
Ia tak akan mampu menbayar tagihan tesebut walaupun harus dicicil seumur
hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada
sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan
tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.."Telah dibayar lunas dengan
segelas besar susu!!" tertanda, Dr Horward Kelly.

Air mata kebahagian kehilangan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan,
terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan
tangan manusia.

Teman-teman jangan pernah kamu menahan diri untuk memberi lebih atas orang yang butuh pertolongan darimu karena kamu tidak akan pernah tahu kapan kamu membutuhkan pertolongan darinya.

Janganlah kamu berdiam diri melihat orang lain kesusahan karena tentu kamu tidak ingin melihat orang lain berdiam melihat kamu yang sedang kesusahan. karena apa yang kamu lakukan ke orang lain suatu saat nanti akan kamu alami.

Monday, March 16, 2009

Ceritakan pada dunia untukku


Sekitar 14 tahun yang lalu, aku berdiri menyaksikan para mahasiswaku berbaris memasuki kelas untuk mengikuti kuliah pertama tentang teologi iman. Pada hari itulah untuk pertama kalinya aku melihat Tommy. Dia sedang menyisir rambutnya yang terurai sampai sekitar 20 cm di bawah bahunya.
Penilaian singkatku: dia seorang yang aneh - sangat aneh.

Tommy ternyata menjadi tantanganku yang terberat. Dia terus-menerus mengajukan keberatan. Dia juga melecehkan tentang kemungkinan Tuhan mencintai secara tanpa pamrih. Ketika dia muncul untuk mengikuti ujian di akhir kuliah, dia bertanya dengan agak sinis,
"Menurut Pastor apakah saya akan pernah menemukan Tuhan?"

"Tidak," jawabku dengan sungguh-sungguh.

"Oh," sahutnya. "Rasanya Anda memang tidak pernah mengajarkan bagaimana menemukan Tuhan."

Kubiarkan dia berjalan sampai lima langkah lagi dari pintu, lalu kupanggil. "Saya rasa kamu tak akan pernah menemukan-Nya. Tapi, saya yakin Dialah yang akan menemukanmu." Tommy mengangkat bahu, lalu pergi.

Aku merasa agak kecewa karena dia tidak bisa menangkap maksud kata-kataku.

Kemudian kudengar Tommy sudah lulus, dan saya bersyukur. Namun kemudian tiba berita yang menyedihkan: Tommy mengidap kanker yang sudah parah.
Sebelum saya sempat mengunjunginya, dia yang lebih dulu menemui saya.
Saat dia melangkah masuk ke kantor saya, tubuhnya sudah menyusut, dan rambutnya yang panjang sudah rontok karena pengobatan dengan kemoterapi. Namun, matanya tetap bercahaya dan suaranya, untuk pertama kalinya, terdengar tegas.

"Tommy! Saya sering memikirkanmu. Katanya kamu sakit keras?" tanyaku langsung.

"Oh ya, saya memang sakit keras. Saya menderita kanker. Waktu saya hanya tinggal beberapa minggu lagi."

"Kamu mau membicarakan itu?"

"Boleh saja. Apa yang ingin Pastor ketahui?"

"Bagaimana rasanya baru berumur 24 tahun, tapi kematian sudah menjelang?"

Jawabnya, "Ini lebih baik ketimbang jadi lelaki berumur 50 tahun namun mengira bahwa minum minuman keras, bermain perempuan, dan memburu harta adalah hal-hal yang 'utama' dalam hidup ini."

Lalu dia mengatakan mengapa dia menemuiku. "Sesuatu yang Pastor pernah katakan pada saya pada hari terakhir kuliah Pastor. Saya bertanya waktu itu apakah saya akan pernah menemukan Tuhan, dan Pastor mengatakan tidak.
Jawaban yang sungguh mengejutkan saya. Lalu, Pastor mengatakan bahwa Tuhanlah yang akan menemukan saya. Saya sering memikirkan kata-kata Bapak itu, meskipun
pencarian Tuhan yang saya lakukan pada masa itu tidaklah sungguh-sungguh.

"Tetapi, ketika dokter mengeluarkan segumpal daging dari pangkal paha saya," Tommy melanjutkan "dan mengatakan bahwa gumpalan itu ganas, saya pun mulai
serius melacak Tuhan. Dan ketika tumor ganas itu menyebar sampai ke organ-organ vital, saya benar-benar menggedor-gedor pintu surga. Tapi tak terjadi apa pun. Lalu, saya terbangun di suatu hari, dan saya tidak lagi berusaha keras mencari-cari pesan itu. Saya menghentikan segala usaha itu. Saya memutuskan untuk tidak peduli sama sekali
pada Tuhan, kehidupan setelah kematian, atau hal-hal sejenis itu."

"Saya memutuskan untuk melewatkan waktu yang tersisa melakukan hal-hal penting," lanjut Tommy. "Saya teringat tentang Pastor dan kata-kata Pastor yang lain: Kesedihan yang paling utama adalah menjalani hidup tanpa mencintai. Tapi hampir sama sedihnya,
meninggalkan dunia ini tanpa mengatakan pada orang yang kaucintai bahwa kau mencintai mereka. Jadi saya memulai dengan orang yang tersulit: ayah saya."

Ayah Tommy waktu itu sedang membaca koran saat anaknya menghampirinya.

"Pa, aku ingin bicara."

"Bicara saja."

"Pa, ini penting sekali."

Korannya turun perlahan 8 cm. "Ada apa?"

"Pa, aku cinta Papa. Aku hanya ingin Papa tahu itu."

Tommy tersenyum padaku saat mengenang saat itu.
"Korannya jatuh ke lantai.
Lalu ayah saya melakukan dua hal yang seingatku belum pernah dilakukannya.
Ia menangis dan memelukku. Dan kami mengobrol semalaman, meskipun dia harus bekerja besok paginya."

"Dengan ibu saya dan adik saya lebih mudah," sambung Tommy.
"Mereka menangis bersama saya, dan kami berpelukan, dan berbagi hal yang kami rahasiakan bertahun-tahun. Saya hanya menyesalkan mengapa saya harus menunggu sekian lama. Saya berada dalam bayang-bayang kematian, dan saya baru memulai terbuka pada semua orang yang sebenarnya dekat dengan saya.

"Lalu suatu hari saya berbalik dan Tuhan ada di situ.
Ia tidak datang saat saya memohon pada-Nya. Rupanya Dia bertindak menurut kehendak-Nya dan pada waktu-Nya. Yang penting adalah Pastor benar. Dia menemukan saya bahkan setelah saya berhenti mencari-Nya."

"Tommy," aku tersedak, "Menurut saya, kata-katamu lebih universal daripada yang kamu sadari. Kamu menunjukkan bahwa cara terpasti untuk menemukan Tuhan adalah bukan dengan membuatnya menjadi milik pribadi atau penghiburan instan saat membutuhkan, melainkan dengan membuka diri pada cinta kasih."

"Tommy," saya menambahkan, "boleh saya minta tolong?
Maukah kamu datang ke kuliah teologi iman dan mengatakan kepada para mahasiswa saya apa yang baru kamu ceritakan?"

Meskipun kami menjadwalkannya, ia tak berhasil hadir hari itu.
Tentu saja, karena ia harus berpulang.

Ia melangkah jauh dari iman ke visi.
Ia menemukan kehidupan yang jauh lebih indah daripada yang pernah dilihat mata kemanusiaan atau yang pernah dibayangkan.
Sebelum ia meninggal, kami mengobrol terakhir kali.

"Saya tak akan mampu hadir di kuliah Bapak," katanya.

"Saya tahu, Tommy."

"Maukah Bapak menceritakannya untuk saya? Maukah Bapak menceritakannya pada dunia untuk saya?"

"Ya, Tommy. Saya akan melakukannya."

Oleh : John Powell, S.J.

Berpikir positif

Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan. Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, "Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar!"

Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain. Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry adalah karena sikapnya.

Jerry adalah seorang motivator alami. jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana, memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialamai.

Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku temui Jerry dan

bertanya padanya, "Aku tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu. Bagaimana kamu dapat melakukannya?"

Jerry menjawab, "Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada sesorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya. Aku selalu memilih sisi positifnya."

"Tetapi tidak selalu semudah itu," protesku.

"Ya, memang begitu," kata Jerry, "Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan. Kamu memilih bagaimana orang-orang disekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup."

Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak pernah terpikirkan
terjadi dalam bisnis restoran:
membiarkan pintu belakang tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang
bersenjata. Saat mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah memutar nomor kombinasi. Para perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit.

Setelah menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif, Jerry dapat
meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih berada di dalam tubuhnya. Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah tersebut. Saat aku tanya
Jerry bagaimana keadaannya,

dia menjawab, "Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku?"

Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia
pikirkan saat terjadinya perampokan.

"Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu belakang," jawab Jerry. "Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup."

"Apakah kamu tidak takut?" tanyaku.

Jerry melanjutkan, "Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata 'Orang ini akan mati'. Aku tahu aku harus mengambil tindakan."

"Apa yang kamu lakukan?" tanya saya.

"Disana ada suster gemuk yang bertanya padaku," kata Jerry. "Dia bertanya apakah aku punya alergi. 'Ya' jawabku. Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, 'Peluru!' Ditengah tertawa mereka aku katakan,

'Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati'."

Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikapnya hidupnya yang mengagumkan. Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya. Satu hal yang benar-benar milikmu yang tidak bisa dikontrol oleh orang lain adalah sikap hidupmu, sehingga jika kamu bisa mengendalikannya dan segala hal dalam hidup akan jadi lebih mudah.

Garam dan telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah
seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai
dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak
bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua
yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil
segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba,
minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.

"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk
berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua
orang
itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga
yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu.
Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak
air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan
minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi,
"Bagaimana rasanya?".

"Segar.", sahut tamunya.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.
"Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih
dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan
tetap sama.

"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang
kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat
kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal
yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah
hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung
segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana
telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi
kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak
Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak
muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Lolipop


Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati
lembah permen lolipop.


Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal.


Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.


Uniknya, dikiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang
berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti
berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
mengambil dan menikmati kelezatan mereka.


Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil.


Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut.


Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang
terlihat sangat banyak didepannya.


Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas
karungnya.


Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen
tersebut tidak pernah habis,


maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang
dilihatnya.


Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.


Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".


Itulah batas akhir lembah permen lolipop.


Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.


Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen
lolipop?


Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk?


Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu
juga sangat lezat."


Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi.


Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.


Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop
yang terasa berat di dalam tas karungnya.


Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab
pertanyaan lelaki itu, "Saya lupa makan permennya!"


Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.


"Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali.


Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya."


"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob.


"Sayaingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.


Rasanya lezat sekali.


Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita
panjang lebar kepada Bob.


"Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan.


Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas
saya.


Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu.


Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.


Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia
lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.


Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu.


Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati
kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam
tas karungnya.


Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal
dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang
berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan.


Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."


Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."


Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan
kembali perjalanannya.





Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja.


Kita lupauntuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.


Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.


Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?


Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya
mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti...


nanti pada waktu saya sudah menikah...


nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri...


nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya...


nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya...


nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "





Pemikiran 'nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat sekarang'.


Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa
'nanti' bahagia.


Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah
mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa ‘nanti' bahagia.


Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai
di masa 'nanti' bahagia itu.


Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita
capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu...


tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.





Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita;


pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan,


pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita,


pada saat makan malam bersama keluarga,


pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam
acara bakti sosial tanggap banjir;


terasa hidup menjadi lebih indah.





Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;


memelankan ritme makan kita,


memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita,


berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari
setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil
kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.


Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh
lebih damai dan tenang.


Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur
seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

Kekuatan sebuah doa


Louise Redden, seorang ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah supermarket. Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon agar diperbolehkan mengutang.
Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang sakit dan sudah seminggu tidak bekerja. Ia memiliki tujuh anak yang sangat membutuhkan makan.
John Longhouse, si pemilik supermarket, mengusir dia keluar.
Sambil terus menggambarkan situasi keluarganya, si ibu terus menceritakan tentang keluarganya. " Tolonglah,Pak, Saya janji akan segera membayar setelah saya punya uang."
John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut.
"Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi,"
alasannya. Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal mendengarkan percakapan tadi. Dia mendekati keduanya dan berkata: " Saya akan bayar semua yang diperlukan Ibu ini." Karena
malu, sipemilik toko akhirnya mengatakan, " Tidak perlu, Pak. Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis."
"Baiklah, apakah ibu membawa daftar belanja?"
" Ya, Pak. Ini," katanya sambil menunjukkan sesobek kertas kumal.
" Letakkanlah daftar xbelanja anda di dalam timbangan, dan saya akan mberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat timbangan
tersebut."
Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Louise menundukkan
kepala sebentar, menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut,
lalu dengan kepala tetap tertunduk, meletakkannya ke dalam timbangan.
Mata Si pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke bawah. Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si ibu
tadi sambil berucap kecil,"Aku tidak percaya pada yang aku lihat."
Si pelanggan baik hati itu hanya tersenyum. Lalu, si ibu kumal tadi
mengambil barang-barang yang diperlukan, dan disaksikan oleh pelanggan
baik hati tadi, si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi
timbangan yang lain. Jarum timbangan tidak kunjung berimbang,
sehingga si ibu terus mengambil barang-barang keperluannya dan sipemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat lagi.
Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat
berbuat apa-apa. Karena tidak tahan, Si pemilik toko diam-diam
mengambil sobekan kertas daftar belanja si ibu kumal tadi. Dan ia-pun
terbelalak. Di atas kertas kumal itu tertulis sebuah doa pendek: " Tuhan, Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam tanganMu."

Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Louise, berterimakasih kepadanya, dan
meninggalkan toko dengan belanjaan gratisnya. Si pelanggan baik hati
bahkan memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya.
Si Pemilik Toko kemudian mencek dan menemukan bahwa timbangan
yang dipakai tersebut ternyata rusak. Ternyata memang hanya Tuhan yang
tahu bobot sebuah doa.

KEKUATAN SEBUAH DOA
Segera setelah anda membaca cerita ini, ucapkanlah sebuah doa.
Hanya itu saja, karena
DOA ADALAH HADIAH TERBESAR DAN TERINDAH YANG KITA TERIMA.
Tanpa biaya, tetapi penuh daya guna.

Mama

Alkisah di suatu desa ada seorang ibu yang sudah tua
hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah
lama meninggal karena sakit.

Sang ibu sering sekali merasa sedih memikirkan anak
satu-satunya. Karena anaknya mempunyai tabiat yang
sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi,
mengadu ayam dan banyak lagi yang membuat si ibu
sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun
begitu ibu tua itu selalu berdoa kepada Tuhan
"Tuhan tolong Kau sadarkan anakku yang kusayangi,
supaya ia tidak berbuat dosa lebih banyak lagi. Aku
sudah tua dan aku ingin menyaksikan dia
bertobat, sebelum aku mati".

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan
perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar
masuk bui karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di sebuah rumah
penduduk desa. Namun malang nasibnya akhirnya ia
tertangkap oleh penduduk yang kebetulan lewat.
Kemudian dia dibawa ke hadapan Raja untuk diadili
sesuai dengan kebiasaan di Kerajaan tersebut. Setelah
ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia
mencuri, maka tanpa ampun lagi si anak tersebut
dijatuhi hukuman pancung.

Pengumuman hukuman itu disebarkan ke seluruh desa.
Hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya di
depan rakyat desa dan kerajaan tepat pada
saat lonceng gereja berdentang menandakan pukul enam
pagi.

Berita hukuman itu sampai juga ke telinga si Ibu. Dia
menangis, meratapi anak yang sangat dikasihinya.
Sembari berlutut dia berdoa kepada Tuhan.
"Tuhan, ampunilah anak hamba, biarlah hambaMu yang
sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan
kesalahannya". Dengan tertatih-tatih dia
mendatangi Raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan,
tapi keputusan sudah bulat, si anak tetap harus
menjalani hukuman.

Dengan hati hancur si ibu kembali kerumah. Tidak
berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni. Karena
kelelahan dia tertidur dan bermimpi bertemu dengan
Tuhan.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan,
rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman
pancung tersebut. Sang algojo sudah siap dengan
pancungnya, dan si anak tadi sudah pasrah menantikan
saat ajal menjemputnya. terbayang di matanya wajah
ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis
menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai
waktu yang ditentukan, lonceng gereja belum juga
berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lima
menit lewat dari waktunya. Akhirnya didatanginyalah
petugas yang membunyikan lonceng di gereja. Dia juga
mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik
lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Ketika
mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali
yang dipegangnya mengalir darah...., darah tersebut
datangnya dari atas, berasal dari tempat di
mana lonceng diikat. Dengan jantung berdebat-debar
seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke
atas menyelidiki sumber darah itu.
Tahukah anda apa yang terjadi ?

Ternyata di dalam lonceng besar itu ditemui tubuh si
ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia
memeluk bandul di dalam lonceng yang mengakibatkan
lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya
yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk
dan meneteskan air mata. Sementara si anak
meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah
diturunkan. Dia menyesali dirinya yang selalu
menyusahkan ibunya.

Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah
memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng
tersebut serta memeluk besi di dalam lonceng,
untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah, sangat jelas kasih seorang ibu untuk
anaknya, betapapun
jahatnya si anak. Marilah kita mengasihi orang tua
kita
masing-masing,
selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber
kasih Tuhan bagi
kita di dunia ini. Amien.