Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Friday, July 29, 2011

IRONIS


Konon, di Jepang ada cara unik utk menangkap ikan. Dimalam hari, mereka menggantung lentera disisi kiri kanan perahu & mengikat beberapa bebek utk berenang disekitar perahu. Cahaya lentera akan menarik ikan2 utk naik ke permukaan. Ketika ikan2 naik ke permukaan, dgn semangat bebek2 akan segera menangkapnya. Selanjutnya, dgn sigap bebek itu ditarik ke atas perahu & mereka memaksa bebek itu mengeluarkan ikan sebelum sempat ditelan. Setelah itu, bebek dilepaskan kembali ke air utk menangkap ikan lagi. Begitu seterusnya.

Nasib bebek2 itu bisa dibilang seperti nasib bangsa Israel. Kitab Hagai mencatat bagaimana bangsa Israel menabur banyak, tapi menuai sedikit. Mereka makan tapi tdk sampai kenyang. Minum tapi tdk sampai puas. Berpakaian tapi tdk merasa hangat. Bahkan bekerja tapi seperti tdk pernah menikmati hasil jerih payahnya. Bukankah ini juga sering terjadi pada org2 di zaman ini? Ada yg sdh bekerja dgn susah payah, lembur tiap hari, bahkan melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, tapi bukannya keberhasilan yg didapat, melainkan justru sakit, hubungan keluarga berantakan, dll.

Ada satu kunci yg Tuhan tunjukkan bagi mereka yg mengalami kondisi itu. Bukan bekerja lebih keras, tapi Tuhan justru mengingatkan agar bangsa Israel mengutamakan pembangunan rumah Tuhan. Rumah Tuhan bicara tentang persekutuan yg intim denganNYA. Ya, hal ini berarti tinggal di dalam FirmanNYA & melakukan KehendakNYA. Hidup saat ini mungkin makin berat. Tapi, akan semakin berat saat kita tdk lagi memprioritaskan Tuhan.

Mari utamakan Tuhan lebih dulu diatas segala kesibukan hidup kita hari ini, sebab kita belum benar2 sukses jika Tuhan tdk terlibat didalamnya...

Memikul Salib Yang Lebih Berat


Penolakan negara-negara tertentu terhadap usaha penyebaran Kabar Baik tidak membuat hamba-hamba Tuhan mengurungkan niat dan berhenti memberitakan kebenaran Kristus. Banyak hal berbahaya yang akan membuat hamba Tuhan terancam dalam melakukan pelayanan mereka. Seperti yang dialami oleh H, seorang hamba Tuhan yang mengalami tembakan di pundaknya, tetapi ia terus memberitakan Kristus dengan duduk di kursi roda. Kesaksian ini akan menjadi perenungan untuk kita, terlebih lagi supaya kerinduan dan semangat dalam memberitakan Kristus semakin berkobar setiap hari, mengingat bahwa masih banyak orang yang belum mengenal Kristus.

Mudah dimengerti mengapa H tidak pernah mau lagi pulang ke tempat kelahirannya. Mosul, kota kelahirannya di Irak, telah menjadi suatu tempat yang berbahaya bagi orang-orang Kristen. Pemerintah memperkirakan sekitar 10.000 orang Kristen telah meninggalkan kota terbesar kedua di Irak tersebut setelah militan "agama lain" mulai membunuh pemimpin gereja dan meneror orang-orang Kristen pada bulan Oktober 2008. Tindakan ekstremis "agama lain" meneror orang-orang Kristen bukanlah hal yang baru di Timur Tengah. Tetapi Irak memunyai arti alkitabiah yang spesial.

Irak yang disebut sebagai tanah "asal mula peradaban" adalah tanah Adam dan Hawa dan tanah kelahiran orang-orang besar Perjanjian Lama seperti Abraham dan Daniel. Orang-orang Kristen telah tinggal di tanah itu lebih dari 2.000 tahun, dan sekarang militan "agama lain" sedang berusaha mengusir mereka.

H meninggalkan kota kelahirannya, Mosul, untuk tinggal di Lebanon. Tetapi gerejanya di Lebanon memintanya untuk kembali ke Mosul sebagai seorang hamba Tuhan dan merintis gereja-gereja di Irak. Masuk ke dalam zona perang untuk memberitakan Injil di tengah-tengah pertempuran antarkelompok "agama lain" kelihatannya bukanlah tindakan yang ideal, namun H mengatakan bahwa perang membuka suatu kesempatan yang besar untuk pembagian. Banyak orang Irak yang menghadapi kematian setiap harinya sedang mencari kebenaran tentang Tuhan. Mereka merindukan kedamaian dan sukacita, sesuatu yang mereka tidak dapatkan dalam agama mereka.

Tidak lama setelah ia kembali ke tanah kelahirannya di Irak, H dan sekelompok orang percaya mendirikan sebuah gereja rumah di Mosul. Hanya dalam waktu lima bulan, gereja tersebut telah menerima 60 orang percaya baru.

Pelayanannya bukannya tidak diketahui oleh kelompok lain. Seorang imam dari tempat ibadah setempat yang takut jikalau orang-orang akan berpindah keyakinan dan masuk ke gereja H menekan pemilik rumah untuk mengusir H. Para tetangga H, yang ramah dan bersahabat ketika ia pertama kali tiba di lingkungan itu, kini siap membunuhnya jika sang imam meminta.

Suatu hari, saat H sedang mengemudi sepanjang jalan Mosul bersama ibunya, ia memerhatikan sebuah mobil mengikuti mereka. Mobil itu menyusul mobil H dan ketika sudah sejajar, seorang bersenjata menembak dari dalam mobil itu.

H terkena tembakan pada pundaknya. Peluru itu menembus keluar dari tubuh H dan mengenai lengan ibunya. Ibunya selamat dalam penyerangan tersebut dan hanya mengalami luka-luka ringan, tetapi H mengalami kelumpuhan mulai dari pinggang hingga ke bawah. Dokter mengatakan ia mengalami luka tulang belakang dan ia tidak akan dapat berjalan lagi.

H terus membagikan Kabar Baik tentang Kristus kepada yang lain, tetapi hari ini ia melakukannya dari kursi roda di Lebanon. Ia berkata bahwa para hamba Tuhan yang melayani di Irak dihadapkan dengan bahaya yang terus-menerus. "Mereka sedang memikul sebuah salib yang lebih besar dan berat dibandingkan yang dipikul oleh hampir semua orang Kristen. Meskipun situasi sulit, keselamatan jiwa-jiwa sedang terjadi dalam jumlah yang besar di antara orang-orang Irak. Mereka akan pergi dan bersembunyi di bawah sayap Tuhan dan mengenal Dia sebagai Juru Selamat, lalu mereka akan lebih bersemangat dan sungguh-sungguh untuk bersaksi mengenai Kristus pada orang lain seperti mereka."

H memohon doa bagi para hamba Tuhan yang sedang mempertaruhkan nyawa mereka di garis depan setiap harinya. "Berdoalah agar Tuhan turut campur secara langsung serta memberi kekuatan, semangat, dan kuasa pada kita untuk melakukan pekerjaan-Nya, sehingga kami dapat memberitakan Kabar Kebenaran ke Irak."

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Juli -- Agustus 2009
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman: 6 -- 7

Tenggelam Dalam Lautan BerkatNya


Cobaan hidup yang berat yang datang secara bertubi-tubi sering kali melemahkan iman seseorang untuk berserah penuh pada Yesus. Sebagai orang Kristen, sudah seharusnya kita percaya penuh pada penyertaan-Nya. Di saat kehidupan kita mengalami guncangan, dari situlah iman kita harus semakin kuat di dalam Tuhan. Tuhan sanggup melakukan perkara-perkara yang besar dalam hidup kita. "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita." (Efesus 3:20) Melalui kesaksian berikut ini, semoga dapat membangun iman kita untuk lebih lagi berserah pada Tuhan. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!

Saya (CG) lemas saat mendengar dokter menjelaskan bahwa hidup saya tidak lama lagi -- mungkin hanya sekitar tiga bulan --, kecuali kalau saya melakukan kemoterapi seminggu tiga kali sebagai upaya penyembuhan. Ketakutan untuk menghadapinya menyesakkan hati saya. Kekecewaan juga ikut menyusup karena menurut saya hubungan saya dengan Tuhan berjalan dengan baik. Teringat saat pertama kali saya mengenal Tuhan Yesus, yaitu melalui persekutuan doa kampus di Yogyakarta. Saat itu saya adalah seorang mahasiswa yang berjuang untuk tetap kuliah, karena tidak dapat mengharapkan kiriman uang dari ibu saya yang sangat terbatas dan ayah saya sudah meninggal saat saya masih kecil. Saya bekerja di sana-sini, mulai usaha kecil-kecilan hingga bekerja di sebuah pabrik, untuk membiayai kuliah saya. Tuhan menyertai dan memberi semangat sehingga saya dapat lulus dan meraih gelar sarjana.

Dua tahun setelah melangsungkan pernikahan dengan adik kelas semasa kuliah dahulu, tepatnya pada tahun 1993, saya divonis terkena kanker ganas. Peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi saya. Kemoterapi pun saya jalani tanpa saya tahu kalau efeknya akan sangat menyiksa hari-hari saya. Setelah kemoterapi tersebut, saya menjadi mual sepanjang hari, sehingga harus meminum "primperan" agar tidak muntah. Selera makan saya juga hilang sehingga badan saya menjadi lemas sepanjang hari. Saya juga tidak bisa buang air kecil sampai berhari-hari, sehingga keringat terus bercucuran, pikiran menjadi sangat tegang, dan saya tidak bisa tidur sepanjang malam.

Saya harus menelan obat penenang agar saya bisa tidur selama satu jam, selebihnya saya terjaga sepanjang malam dengan penderitaan yang sangat berat. Setiap kali saya terbangun, di atas bantal saya penuh dengan rambut yang rontok -- efek dari kemoterapi. Akhirnya saya mencukur rambut hingga botak. Hati saya semakin tersiksa bila saya memikirkan keadaan ini akan berlangsung sangat lama. Saya sangat sedih namun Tuhan memberikan kekuatan. Ia menuntun saya untuk membaca Alkitab. Melalui firman-Nya, saya mengerti bahwa di balik semua ini ada rencana Tuhan yang indah dalam kehidupan saya, sehingga di hari-hari kemudian saya bahkan dapat menghibur dan menguatkan orang lain. Keajaiban dan kekuatan Tuhan menyertai saya setiap kali saya menjalani paket kemoterapi yang menyiksa itu, sehingga saya dapat menyelesaikan seluruh paket kemoterapi tersebut selama 6 bulan lebih.

Setelah saya menerima kesembuhan dari Tuhan, saya dan istri sangat merindukan kehadiran anak dalam hidup kami. Selain berdoa, kami juga berkonsultasi ke dokter. Istri saya menjalani pengobatan dari dokter kandungan namun tidak membawa perubahan. Maka dokter memberi surat pengantar ke seorang androlog, yaitu dokter yang khusus menangani kesuburan laki-laki. Namun dari hasil pemeriksaan androlog tersebut, ternyata harapan kami untuk memiliki keturunan sangat kecil -- hanya di bawah 5 persen. Ia memberikan obat-obatan yang sangat mahal harganya, namun setelah sekian lama tetap tidak membawa dampak apa-apa, sehingga saya memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan itu dan sungguh-sungguh berserah kepada Tuhan.

Beberapa waktu kemudian, saat bertugas ke Surabaya selama beberapa hari, saya bertemu dengan seorang teman yang memiliki pergumulan yang sama yaitu ingin memiliki keturunan. Teman itu menceritakan bahwa istrinya mengalami endometriosis. Ia sudah membawa istrinya berobat ke Singapura dengan biaya yang sangat besar untuk inseminasi buatan, bahkan teknik bayi tabung sudah mereka lakukan namun tidak berhasil. Saat itu saya mencoba menguatkan dia dengan menceritakan bahwa Yesus sanggup melakukan perkara yang tersulit sekalipun dan tidak ada yang mustahil bagi Dia. Teman saya memberikan sebuah jawaban yang memukul hati saya. Dia berkata bahwa perkataan saya hanya omong kosong saja karena buktinya saya juga belum memiliki anak. Saat itu saya hanya diam walau hati saya bergejolak. Saya tidak mau berdebat dengannya. Saya hanya berdoa agar Tuhan menenteramkan hati saya saat itu.

Saat kembali ke Bandung, istri saya ternyata sudah tidak sabar menunggu kehadiran saya. Ia mengatakan bahwa ia terlambat beberapa hari. Ia sudah membeli tes kehamilan dan hasilnya positif. Tanggal 21 Oktober 1995, anak kami lahir. Sungguh sebuah mukjizat Tuhan. Pada suatu hari di bulan Desember 1998, saat saya melakukan pemeriksaan rutin, dokter mendeteksi bahwa kanker yang sudah mati selama 5 tahun itu ternyata hidup lagi. Saya diharuskan untuk menjalani kemoterapi lagi sebanyak enam kali. Setelah mendengar saya harus dikemoterapi lagi, saya segera membayangkan kengerian pengobatan tersebut, tetapi puji Tuhan saya dikuatkan oleh teman-teman di gereja. Ketika saya belajar mengucap syukur dalam segala hal, ternyata tidak terasa saya sudah menjalani seluruh paket kemoterapi dan melewatinya dengan baik.

Pada Juni tahun 2000, kami melakukan perjalanan liburan ke Jawa Timur. Ketika hari mulai gelap, kami memasuki kota Kediri dan mampir di sebuah rumah makan untuk makan malam. Tiba-tiba anak kami, Y, turun dari mobil dan berlari dengan cepat karena ingin ke kamar kecil. Saya khawatir dan mengejarnya namun saya terpeleset, dan saat terjatuh saya mendengar bunyi "krak" di kaki saya. Setelah dilakukan rontgen, kaki kiri saya patah tepat di atas pergelangan kaki -- tulang kering patah dan menusuk hingga keluar, dan tulang besar kaki saya remuk berbentuk serpihan-serpihan kecil. Setelah saya dirawat di Kediri, saya memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan dan kembali ke Bandung untuk segera dioperasi. Tiba di Bandung, saya langsung menuju ke salah satu rumah sakit yang khusus menangani masalah tulang. Di sana saya segera dioperasi selama 5 jam. Tulang kering yang sudah putus diikat dengan kawat, tulang besar yang remuk disatukan kembali, lalu dipasang plat dan dibaut sekitar 7 sentimeter sebanyak 4 buah.

Biasanya saya selalu aktif dalam berbagai kegiatan, namun sejak hari itu ke mana pun saya berjalan saya harus dipapah, bahkan untuk membersihkan tubuh saja saya harus dibantu. Dalam keadaan seperti itu, terkadang iman saya lemah tetapi Tuhan Yesus datang menghibur dan memberikan kekuatan, sehingga saya dapat melaluinya dengan penuh pengharapan kepada-Nya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: SUARA
Penulis: KM
Penerbit: Yayasan Persekutuan Usahawan Injili Sepenuh Internasional (PUISI), Jakarta
Halaman: 21 -- 25

Pelajaran Dari Seekor GAJAH


Gajah adalah hewan mamalia yang lembut juga sangat kuat tenaganya. Seekor gajah jantan memiliki kekuatan dan mampu untuk menumbangkan sebuah pohon dan mengangkat batang kayu gelondongan hanya dengan menggunakan belalainya.

Satu hal yang mengejutkan adalah tidak adanya kandang untuk gajah. Mungkin kita dapat mengurung singa, beruang dan harimau tapi tidak pernah ada kandang untuk gajah. Mengapa bisa begini? Bagaimana cara menahan mahluk yang sangat kuat ini dari niatan melarikan diri. Yang mereka lakukan hanya mengikatkan seutas tali (atau rantai tipis) ke kaki gajah dan mengikatnya ke sebuah batang yang ditancapkan ke tanah.

Sekali kakinya sudah terikat, maka ia tidak akan mencoba melarikan diri lagi. Sekarang, apakah Anda pikir gajah tersebut tidak mampu menghancurkan rantai atau tali tersebut bila dia mau? Tentu saja bisa dan mampu, bahkan bisa menumbangkan sebuah pohon.
Tapi mengapa dia tidak memutuskan tali tipis yang melingkar di kakinya?
Jawaban yang saya dapatkan dari para pawang gajah adalah dengan membiarkan gajah-gajah tersebut percaya bahwa dia tak bisa memutuskan tali tersebut.

Keadaan ini berlangsung sejak kecil… Ketika seekor bayi gajah lahir dan masih terlalu lemah untuk berjalan bahkan berdiri, mereka (para pawang) mengikat kaki gajah kecil itu ke sebuah batang yang ditancapkan ke tanah. Dan dapat dipastikan ketika bayi gajah tersebut mencoba berlari menuju induknya, ia tidak dapat memutuskan tali tersebut.
Ketika ingin melarikan diri, tali itu akan menggenggam kaki gajah dan dia akan jatuh di atas tanah. Tidak jera, sang gajah akan berdiri dan mencoba kembali. Dia akan berlari menuju induknya hanya untuk mendapatkan kaki yang terikat dan badan yang terentak ke tanah. Setelah mengalami kesakitan yang berulang-ulang, suatu ketika, sang gajah tidak akan berusaha menarik rantai lagi. Pada saat itu terjadi, para pawang tahu bahwa gajah tersebut telah terkondisi untuk terperangkap sepanjang hidupnya.

Saya benar-benar tertarik sekali dengan cerita sang pawang gajah, dan ketika saya menyaksikan bagaimana mahluk kuat ini diamankan hanya dengan rantai tipis yang seharusnya dengan mudahnya dapat diputuskan oleh sang gajah.

Analogi cerita di atas adalah saya menyaksikan, bagaimana orang-orang yang saya temui tiap hari mengalami keterperangkapan yang sama dengan keterbatasan keyakinan mereka dan kebiasaan yang dengan mudah dapat diubah namun tidak mereka lakukan . Sebagai manusia, kita sama seperti gajah dengan berbagai macam potensi untuk mendapatkan mimpi apapun yang kita inginkan, dari menjadi seorang jutawan sampai menjadi orang yang dapat membuat perbedaan di dunia. Namun, cukup banyak orang yang dengan kemampuannya tidak berani mengambil tindakan karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat melakukannya. Mereka kuatir bahwa yang mereka lakukan akan gagal total.

Bisa jadi sewaktu muda, mereka gagal dan jatuh berkali-kali sama seperti bayi gajah tersebut. Mungkin sewaktu mereka muda, orang tua mereka mengatakan mereka malas dan bodoh. Mungkin teman-teman mereka menjuluki mereka si kuper. Mungkin guru mereka pernah mengatakan mereka tidak dapat melakukan apa-apa. Sebagai hasil dari keadaan masa lalu, orang-orang akan berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apapun.
Sama seperti gajah tersebut, mereka berpikir bila aku tidak bisa melakukannya di masa lalu bagaimana bisa aku melakukannya sekarang? Di masa lalu aku seorang yang pemalas, jadi bagaimana bisa aku menjadi orang pekerja keras. Di masa lalu aku tidak percaya diri, bagaimana aku bisa percaya diri sekarang. Di masa lalu aku seorang yang menangkap pelajaran dengan lambat, sekarang bagaimana aku bisa menangkap pelajaran dengan cepat. Di masa lalu aku tidak bisa berbicara dengan baik, bagaimana aku bisa sekarang?
Apa yang tidak dilihat oleh orang-orang ini adalah bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan. Mereka tidak menyadari sama seperti yang dialami gajah tersebut, bahwa sebenarnya mereka bukan orang yang sama lagi. Sang gajah tidak menyadari di masa lalu dia tidak memiliki kekuatan seperti yang ia miliki sekarang. Saya ingin Anda tahu bahwa tiap hari Anda akan bangun menjadi orang yang berbeda. Orang yang semakin bertambah ilmu, pengalaman dan orang yang bijaksana. Tahukah Anda bahwa jutaan sel di tubuh kita mati setiap hari dan digantikan dengan yang baru.

Bila Anda telah membiarkan keyakinan dan kebiasaan yang lama merantai diri Anda, bukankah sudah saatnya menggunakan tenaga dan kemauan Anda sekarang untuk melepaskan diri dari penjara ketidakmampuan dan melangkah menuju kebebasan, sukses dan kemapanan yang memang berhak kita dapatkan.

"CARI! dan Anda akan mendapatkannya. Hidup adalah untuk mencari. Jika Anda tidak mencari, Anda akan stagnan. Diam di tempat adalah langkah mundur, waktu ataupun dunia tidak akan menunggu Anda. Jadi cari, atau mati secara perlahan lahan" - Dato Vijay Eswaran -

"Jika Anda membatasi pilihan hanya pada apa yang tampaknya mungkin atau masuk akal, Anda telah melepaskan diri dari apa yang sungguh-sungguh Anda inginkan, dan yang tertinggal hanyalah kompromi dan keterpaksaan" - Robert Fritz -


Wednesday, July 27, 2011

Mengapa Menangis


"Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya, "Mengapa engkau menangis?""Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya."Aku tidak mengerti", kata anak itu.

Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti".

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?""Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa,tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya,"Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"

Tuhan berkata:"Ketika Aku menciptakan seorang wanita,ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa.Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia;namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan".

"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anakdan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya".

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh".

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan,ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya".

"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya".

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu".

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan.Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan".

"Kau tahu:Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya,sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya"."Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu berada".

Kenapa Harus Berteriak


Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya,

“Mengapa ketika seseorang sedang marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab,

“Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”

”Tapi...” sang guru balik bertanya, ”lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tidak dapat berbicara secara halus?”

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang guru lalu berkata,

”Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara dua hati mereka menjadi amat jauh walaupun secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu, mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”

Sang guru masih melanjutkan,

”Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara, suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkan dengan begitu jelas. Mengapa demikian?” sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.

”Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya, sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”

Sang guru masih melanjutkan,

”Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin disaat itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda.”

Sunday, July 24, 2011

Pertapa Dan Petani


Seorang pertapa saleh tinggal di dalam gua, di belahan hutan yang paling dalam di sebuah gunung tinggi. Begitu suci hidupnya hingga ia beranggapan bahwa dialah manusia yang paling saleh dan yang paling mencintai Tuhannya.

Tuhan membaca semua pikirannya. Datanglah ia dalam angin badai, menjumpai pertapa ini. Berkatalah Ia: "Hai pertapa, pergilah kau ke sebuah sungai yang mengalir di tepi sebuah desa di kaki gunung ini. Temuilah seorang petani yang sedang membajak sawahnya. Ia adalah orang yang berbakti kepada-Ku, belajarlah dari dia."

Lalu pergilah ia ke tempat yang dimaksud Tuhannya dan bertemu dengan petani yang dimaksud. Ia perhatikan, sebelum membajak ia menundukkan kepala. Saat makan siang tiba, petani ini menundukkan kepala lagi. Diamatinya terus, pada malam hari ia menundukkan kepala lagi. Pertapa ini berpikir: "Sehari hanya 3 kali berdoa singkat, bagaimana ia disebut berbakti kepada Tuhan?"
Lalu Tuhan berkata kepada pertapa ini: "Pergilah mengelilingi desa itu dengan membawa gelas berisi air penuh. Jangan menumpahkan setetespun!"
Pertapa ini melakukannya.

Bertanyalah Tuhan: "Berapa kali kamu ingat Aku sepanjang perjalanan?"
"Tidak sekalipun ya Tuhan. Bagaimana aku ingat Engkau kalau Engkau menyuruhku memperhatikan air dalam gelas ini supaya tidak tumpah?"
Kata Tuhan: "Gelas ini menguasai pikiranmu, sehingga tak sekalipun engkau berpikir tentang Aku. Tapi lihatlah petani ini. Di saat-saat sibuk, membajak sawahnya, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia masih ingat kepada-Ku."

Apakah kita seperti pertapa ini dimana kita berkonsentrasi hanya pada kegiatan dan pekerjaan kita, tidakkah kita mengingat beberapa detik saja untuk bersyukur atas penghidupan kita?

Membaca Hati


"Membaca itu tidak sekedar melihat. Sahabat yang baik akan lebih banyak 'membaca' hati kita dari pada sekedar 'melihat' keadaan kita."

Seorang anak kecil yang sedang belajar membaca, bertanya kepada ayahnya yang sedang mengemudikan mobilnya, "Kenapa sih mobil di depan ada tulisan BELAJAR?"
"Oh, itu berarti mobil khusus untuk belajar stir, sayang. Om yang nyopir mobil itu sedang belajar setir mobil."
"Lalu kenapa truk yang di sebelahnya ada tulisan AWAS REM MENDADAK?"
"Maksudnya, itu untuk peringatan mobil di belakangnya, bahwa sewaktu-waktu sopirnya bisa menginjak rem dan berhenti mendadak. Supaya tidak tabrakan!"
"Oh, maksudnya supaya kendaraan yang lain hati-hati?"
"Iya nak, benar sekali."
"Kan udah ada lampu rem yang menyala, atau lampu kedip-kedip kalau mau belok?"
"Benar, tetapi pemilik mobil di depan mungkin merasa belum cukup untuk hanya sekedar memberitahu kendaraan dibelakangnya dengan lampu rem atau lampu sein! Mereka memasang tulisan di belakang agar kendaraan lain waspada. Orang perlu membaca dari pada sekedar melihat tanda."

Benar, seperti kata si Ayah di atas. Seperti komunikasi di jalan raya, semua orang sebenarnya dikaruniai kemampuan untuk "melihat" tanda-tanda tetapi jarang yang mampu untuk "membaca" tanda-tanda itu. Ketika orang terdiam, kita hanya melihat dia sedang bad-mood, dan tidak berusaha "membaca" apa yang terjadi dengan dirinya. Ketika orang marah-marah, kita hanya melihat kemarahannya saja, dan tidak pernah "membaca" dengan sungguh-sungguh ada apa di balik kemarahannya. Kita cenderung melihat hanya "lampu rem" dan "lampu sein", tanpa pernah tahu maksud sesungguhnya kenapa mereka menginjak rem atau menyalakan lampu sein.

Menjadi sahabat yang baik tidak hanya "melihat" mereka sebagai teman dalam segala keadaannya, tetapi juga bisa "membaca" apa yang sedang terjadi di dalam hati sesungguhnya, memahaminya serta ikut merasakannya.

Kita semua adalah anak kecil di atas yang sesungguhnya sedang belajar "membaca", sedang belajar untuk bisa “ber-empathy”

Belajar Dari Ikan BANDENG


Ikan bandeng memiliki daging yg lezat.
Namun, sayangnya memiliki tulang & duri yang susah dipisahkan dari dagingnya.

Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan mengolah bandeng menjadi bandeng presto.

Bandeng diolah dengan pressure cooker,
alat masak yang bekerja dengan memberikan tekanan tinggi.

Tekanan ini telah diatur sedemikian rupa, sehingga tulang & duri bandeng tsb bisa menjadi lunak, tapi dagingnya sendiri tak rusak.

Kita pun dapat menikmati daging bandeng yg lezat tanpa harus terganggu dengan tulang & durinya lagi.

Mirip dengan ikan bandeng, ada juga banyak “Tulang & Duri” dalam diri kita yang membuat hidup kita tak menyenangkan bagi TUHAN.

Mungkin “Tulang & Duri” itu berupa kesombongan, kekurangpercayaan, kekerasan hati, pola pikir yang salah, dsb.

Maka, kerap kali TUHAN harus mengatasinya dengan “Memasukkan” kita untuk sementara waktu ke dalam “Pressure Cooker”, yakni situasi hidup yang sering kita anggap membuat kita stres.

Tentu dengan “Takaran Tekanan” yg sudah DIA atur, sehingga tak akan melebihi kemampuan kita untuk menanggungnya.

Cukup kuat untuk “Melunakkan Duri” alias membentuk kita, tapi tidak sampai membuat kita hancur.

Apabila saat ini kita sedang berada dalam situasi yg tertekan, yang membuat kita stres, jangan menyerah !!
Tetaplah beriman kepada-Nya.

Bahkan, pakai kesempatan ini untuk merenung & mencari apa yg DIA ingin kita ubah dalam diri kita.

Lalu jalani dengan kesabaran & ketekunan, Agar melalui proses ini, kita menjadi pribadi yg lebih baik.

4 LILIN


Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

CUKUP..


Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.

Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya.

Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya, seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti, bila si petani mengucapkan kata "cukup".

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya.

Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya.

Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana.

Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.

Masih kurang ......,
Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.

Belum cukup ......,
Dia membiarkan mata air itu terus mengalir,
hingga akhirnya ......,
Petani itu mati tertimbun.

Ya, dia mati tertimbun bersama ketamakannya,
karena ..... dia tak pernah bisa berkata "CUKUP".

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia, adalah "cukup".

Kapankah kita bisa berkata cukup ?

Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target.

Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.

Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.

Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.

Semua merasa kurang ......, kurang ......, dan kurang .......

Kapankah kita bisa berkata "cukup" ?

Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya.

Cukup, adalah persoalan kepuasan hati.

Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.

Tak perlu takut berkata cukup !

Mengucapkan kata cukup, "bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya."

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini,
maka kita akan menjadi manusia yg berbahagia....

Friday, July 15, 2011

Gundul Pacul


Tentunya kita tidak asing lagi dengan lagu "Gundul-gundul Pacul".

Gundul gundul pacul-cul,gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar…


Lagu jawa ini sudah ada semenjak tahun 1400, merupakan pesan dan warisan berharga dari leluhur kita dan mempunyai arti filosofi yang sangat dalam.

Namun 600 tahun kemudian, di era milenium ini, arti dan pesan tersebut serasa angin lalu, hanya didengarkan sebagai lagu.

Oleh sebab itu, mari kita simak lagi, apa arti dan pesan keramat yang ada di balik lagu tersebut.

Gundul Pacul

Gundul adalah, kepala plontos tanpa rambut.

Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala.

Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.

Pacul adalah, cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat.

Dalam lagu ini dilambangkan sebagai kawula rendah yang pada waktu itu kebanyakan adalah petani.

Apabila kata Gundul dan pacul digabung jadi "Gundul Pacul", artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Bagi orang Jawa, pacul adalah "Papat kang ucul" (empat yang lepas).

Yang artinya bahwa, kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.
_______________________________________________________

Nyunggi wakul

Nyunggi artinya adalah, membawa sesuatu di kepala.

Wakul artinya adalah, simbol kesejahteraan rakyat. Yang isinya adalah Kekayaan negara, sumberdaya, Pajak dll.

Artinya bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.

Kedudukannya di bawah bakul rakyat. Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul?

Tentu saja pemilik bakul. Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya.
______________________________________________________

Gembelengan:

Gembelengan adalah, melenggak lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main.

Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat, besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya..

Banyak pemimpin yang:
1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.
2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia.
3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.

Saat ini banyak pemimpin yang masih gembelengan, lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul dikepalanya.

Akibatnya, "Wakul ngglimpang segane dadi sak latar"

Bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.

Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana.

Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan ada dimana-mana.

Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat..