Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Wednesday, May 23, 2012

Nilai Sebuah KEJUJURAN


Saat George Washington masih kecil, ia tinggal di Virginia bersama orang tuanya. Ayahnya adalah seorang penggemar tanaman. Ayahnya menanam berbagai pohon, diantara seluruh pohon, ayahnya sangat menyayangi sebuah pohon ceri unggul dari seberang lautan yang sebentar lagi akan berbuah.
Pada suatu hari, George kecil bermain dengan kapak barunya. George dengan gembira bermain dan membelah potongan-potongan kayu dengan mengayunkan kapaknya. Beberapa saat kemudian, tanpa sadar ia mengayunkan kapaknya dan mengenai pohon ceri kecil kesayangan ayahnya. Pohon ceri tersebut terbelah dari atas ke bawah. George kecil sangat terkejut. Sore hari saat ayahnya kembali, ia terkejut dan sangat marah. “George!!!” teriak ayahnya,”siapa yang menebang pohon ceriku?” George terdiam sesaat, kemudian menjawab, “Aku tidak dapat berbohong ayah, pohon itu terkena kapakku.”
Ayahnya menatap tajam, wajah George pucat pasi. Ayahnya berkata dengan tegas, “Kenapa kau menebang pohon itu?” “Aku sedang bermain dan aku tidak sengaja,” jawab George terbata-bata. “Dan sekarang pohon itu akan mati. Kita tidak akan pernah mendapat buah ceri dari pohon itu. Tetapi yang lebih buruk lagi, kau gagal mengurus pohon itu seperti yang kuharapkan.” Kepala George kecil tertunduk menyesal dan berkata, “Maafkan aku ayah.”
Tuan Washington lalu meletakkan tangannya di bahu anaknya, “Pandang aku,” katanya,”aku menyesal kehilangan pohon ceriku, tetapi aku senang bahwa kau cukup berani untuk berkata jujur. Aku lebih suka kau berkata jujur dan berani daripada memiliki seluruh kebun ceri yang paling unggul. Jangan lupa akan hal itu anakku.” George Washington tidak pernah lupa, dan sampai akhir hayatnya ia tetap berani dan terhormat.
Sumber: 50 Hari renungan yang membawa berkat, Metanoia Publishing

JERAPAH


Butuh waktu yang panjang untuk menyiapkan seekor jerapah untuk siap hidup mandiri di alamnya. Saat lahir, seekor bayi jerapah harus jatuh dari kandungan induknya yang setinggi 3 meter dan biasanya mendarat pada bagian belakangnya. Dalam bebebrapa detik, ia akan berputar dan kakinya terlipat dibawah tubuhnya. Dengan posisi seperti ini, ia pertama kali melihat dunia. Kemudian, ia harus mengibaskan tubuhnya untuk membersihkan mata dan telinganya dari sisa air ketuban. Dan induk jerapah itu dengan kasar memperkenalkan anaknya kepada kehidupan hutan yang keras.
Dalam bukunya yang berisi suatu gambaran tentang kehidupan di rimba, Garu Richmond bercerita tentang saat pertama kali seekor bayi jerapah belajar untuk hidup di dalam rimba yang keras. Induk jerapah akan menundukkan lehernya untuk melihat bayinya. Kemudian, si induk jerapah melakukan suatu hal yang tidak dapat diterima akal sehat. Induk jerapah mengayunkan kakinya dan menendang bayinya berada di atas tumit. Tetapi, bila si bayi belum juga berdiri, proses kekerasan ini akan terus diulangi. Selama tumit bayi jerapah masih lemah, induk jerapah akan menendangnya kembali untuk mendorong si bayi agar mencoba untuk berdiri. Akhirnya, si bayi pun dapat berdiri untuk pertama kalinya dengan kakinya yang lemah.
Kemudian, induk jerapah melakukan suatu hal yang luar biasa, yakni menendang bayinya hingga terjatuh kembali. Mengapa? Induk jerapah ingin mengajar bayinya, bagaimana ia harus bangkit kembali setelah terjatuh. Didalam rimba yang keras yang menjadi tempat tinggalnya, bayi jerapah harus dapat segera bangkit kembali setelah terjatuh sehingga tidak terpisah dari kelompoknya agar aman dari singa, harimau, dan serigala yang sering memburu bayi jerapah. Bila induk jerapah tidak mengajar bayinya untuk cepat bangun setelah ia terjatuh, bayinya akan menjadi mangsa binatang buas.
Sama halnya dengan pendidikan Kristus akan berlangsung terus menerus sampai kita diubah menjadi serupa denganNya.
Sumber: 50 Renungan yang membawa berkat, Metanoia Publishing

KAKI GAJAH


Ada 2 orang Si Andi dan Si Budi menderita penyakit yang sama yaitu salah satu kaki mereka menderita penyakit kaki gajah, Walaupun tidak terasa sakit, tetapi membuat gerakan mereka terganggu. 

Pada suatu hari karena ada urusan si Andi pergi ke luar kota dan dia tersesat di tengah jalan, disekeliling daerah itu tidak ada tempat tinggal penduduk, hanya terdiri dari hutan, apa boleh buat hari sudah malam dia terpaksa menginap di hutan ini, dia melihat ada sebuah pohon yang besar dan berpikir pohon ini dapat melindunginya jika hujan, maka dia tidur dibawah pohon besar ini.

Ketika dia tertidur dia merasa ada beberapa orang yang berjalan kearahnya memperhatikannya dan berkata, “Orang ini hanya sebelah kakinya yang memakai sepatu, sehingga gerakannya tidak bebas, coba kita bantu dia untuk melepaskan sepatu tersebut.” Si Andi merasa ada orang yang menarik sebelah kakinya yang berpenyakit kaki gajah dengan sekuat tenaga. 

Keesokan harinya ketika dia bangun dan melihat, kakinya yang berpenyakit kaki gajah telah sembuh. Pada saat ini dia mengerti semalam ketika dia tertidur ada Tuhan yang sedang menolongnya sehingga penyakit kaki gajahnya sembuh. Dengan gembira si Andi pulang ke rumahnya.

Keesokan harinya, si Budi yang menderita penyakit yang sama dengan si Andi mendengar penyakit si Andi telah sembuh, lalu dia datang ke rumah si Andi bertanya, lalu si Andi menceritakan kejadian yang menimpanya. 

Si Budi setelah mendengar cerita dari Si Andi lalu datang kehutan tersebut dan bermalam dibawah pohon besar yang sama. Dia berharap supaya dapat sama dengan si Andi penyakitnya bisa sembuh.

Pada malam hari ketika tidur, si Budi mendengar ada sekelompok orang yang lewat dan berhenti didepannya sambil berkata, “Kenapa hari ini kita bertemu lagi dengan seseorang yang hanya sebelah kakinya memakai sepatu, bukankah semalam kita telah membantunya melepaskan sepatunya? Mari kita pakaikan lagi sepatu ini, supaya kakinya bisa seimbang tidak sebelah kaki ringan dan sebelah kakinya berat lagi. “ 

Si Budi didalam tidurnya merasa ada orang yang memakaikan sepatu di sebelah kakinya yang tidak sakit tersebut. 

Keesokan harinya si Budi bangun dan melihat, celaka kakinya yang tidak sakit sekarang menjadi bengkak, akhirnya dengan kedua kakinya menjadi kaki yang berpenyakit kaki gajah sambil dengan sedih menundukkan kepalanya dia pulang kerumahnya. 
____________________________

Niat pikiran yang berbeda, yang seorang meminta sedangkan yang seorang yang tidak meminta dapat menyebabkan hasil yang sangat berbeda.

BUTA


Ada sebuah cerita orang yang selalu berbuat kebajikan, mereka turun temurun selalu melakukan kebajikan. 

Pada suatu hari sapi hitam di rumah mereka tiba-tiba melahirkan anak sapi yang berwarna putih, dia sangat heran, lalu bertanya kepada seorang bijak, dan dikatakan kepadanya bahwa semua ini adalah keberuntungan.

Tetapi tidak sampai setahun kemudian, mata orang itu tiba-tiba menjadi buta.  Pada saat ini, lembu hitam mereka kembali melahirkan anak lembu berwarna putih, dia lalu menyuruh anaknya pergi bertanya lagi kepada orang bijak kenapa bisa begitu?

Anaknya lalu berkata, "kenapa harus bertanya lagi, toh tahun lalu  bertanya ternyata bapak malah menjadi buta, ngak usah bertanya lagi lah". 

Tetapi bapaknya berkata, “Perkataan orang bijak pasti ada artinya, kita tidak tahu akibatnya, harus bertanya sekali lagi.” 

Akhirnya anaknya pergi bertanya kepada orang bijak itu, dan beliau tetap berkata: “keberuntungan”. 
Orang bijak itu juga menganjurkan anak tersebut pergi bersembahyang kepada Tuhan. 

Anak ini menyampaikan pesan orang bijak itu kepada ayahnya, danAyahnya berkata, “Lakukan seperti yang dikatakan orang bijak itu .” Setahun kemudian, anak ini matanya menjadi buta.

Tidak berapa lama kemudian kerajaan tempat mereka tinggal diserang musuh, tidak ada yang boleh keluar masuk dari pintu gerbang, oleh sebab itu pasokan bahan makanan terputus, terjadi bencana kelaparan. 

Seluruh lelaki dari kerajaan itu diwajibkan masuk militer, karena tidak berpengalaman dan jumlah musuh lebih banyak, lebih dari setengah dari mereka yang maju perang, tewas di pertempuran. Sedangkan lelaki buta beserta anaknya karena mereka berdua buta tidak diwajibkan masuk militer.

Setelah perang selesai, mata ayah dan anak tersebut setelah diobati ternyata bisa melihat lagi.

Walaupun di mata masyarakat mereka berdua ayah dan anak sama-sama menjadi buta adalah sebuah kejadian yang tragis, tetapi karena kebutaan, mereka dapat terhindar dari terbunuh akibat peperangan, orang yang selalu berbuat kebajikan akhirnya mendapat balasan yang baik.