Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Sunday, November 28, 2010

Siapa Yang Bodoh


Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tidak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka. Tukang cukur berkata, “Itu Bejo, dia anak paling terbodoh di dunia”. Pengusaha itu kemudian bertanya “Apa iya?”.

Tukang cukur dengan bersemangat “Mari… saya buktikan!” Lalu, dia memanggil si Bejo, tukang cukur itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu ia memanggil bejo dan berkata, “Bejo, kamu boleh pilih dan ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!”. Bejo pun melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada dua lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil lembaran uang Rp 500.
Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata, “Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil”.
Setelah sang pengusaha sudah selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya “Bejo, tadi sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp 1000 dan Rp 500-an, saya lihat kok yang kamu ambil, uang yang Rp 500, kenapa tidak ambil yang Rp 1000, nilainya kan lebih besar dan dua kali lipat dari yang Rp 500.
Si bejo kemudian melihat dan memandang wajah sang pengusaha, ia agak ragu-ragu untuk mengatakannya. “Ayo beritahu saya, kenapa kamu ambil yang Rp 500,” desak sang pengusaha. Akhirnya si Bejo pun berkata, “Kalau saya ambil yang Rp 1000, berarti permainannya akan selesai…………”
Nah, siapa yang bodoh??

Saturday, November 27, 2010

Hadiah dari Tuhan : SAHABAT


Hari itu adalah hari pertama saya masuk SMA, saya melihat seorang anak dari
kelas saya pulang sekolah dengan membawa semua bukunya. Namanya Kyle. Saya
berpikir, “Mengapa dia membawa pulang semua bukunya di hari Jumat? Pasti dia
orang yang aneh.”

Saya sendiri sudah memiliki rencana untuk akhir minggu ini, pesta dan nonton
pertandangan sepakbola. Jadi saya mengangkat bahu saya dan kembali berjalan
pulang.

Dalam perjalanan, saya melihat beberapa anak lain berlari melewati Kyle dan
menyenggolnya. Kyle terjatuh, buku-bukunya berhamburan, kacamatanya terlempar
dan saya berdiri sekitar sepuluh kaki di belakangannya. Saya melihat matanya
terlihat sangat sedih. Hati saya merasa kasihan, jadi saya mendekatinya dan
membantunya bangun.

Saat saya menemukan kaca matanya dan memberikan kepadanya, saya berkata,
“Anak-anak itu pecundang. Mereka harusnya agak menjauh tadi.”

Dia menatap saya dan berkata, “Terima kasih!” Terlihat sebuah senyum yang besar
di wajahnya.

Senyum itu benar-benar tulus yang mengungkapkan rasa terima kasih. Saya
membantunya memunguti bukunya yang berhamburan, dan bertanya dimana dia tinggal.
Ternyata dia tinggal tidak jauh dari saya. Tapi saya belum pernah melihat dia di
lingkungan saya sebelumnya, jadi saya bertanya. Kyle mengatakan dia sebelumnya
mengikuti sekolah khusus.

Sepanjang perjalanan pulang, kami banyak berbincang dan saya membawakan beberapa
bukunya. Ternyata dia anak yang cukup asik. Saya mengajaknya untuk bermain bola
Sabtu besok dengan teman-teman saya, dan dia menjawab, “ya.”

Semakin saya mengenal Kyle, semakin saya suka dengannya. Selama empat tahun
kemudian, kami menjadi teman baik. Hingga hari kelulusan menjelang, Kyle yang
lulus dengan nilai terbaik diminta untuk menyampaikan pidato perpisahan. Saya
sangat bersyukur, bukan saya yang diminta untuk menyampaikan pidato itu.

Pada hari kelulusan saya bertemu dengan Kyle. Dia terlihat sangat hebat. Dia
adalah salah satu dari pria-pria yang favorit semasa SMA. Sangat bersemangat dan
terlihat gagah dengan kacamatanya. Lebih banyak gadis yang menyukai dia dari
pada saya. Terkadang saya iri juga kepadanya.

Saya lihat dia sangat gugup menjelang pidatonya, jadi saya pukul dia dari
belakang, “Hei bung, kamu pasti hebat!” Dia melihat saya dan tersenyum. “Terima
kasih,” ungkapnya.

Ketika dia mulai berpidato, dia menarik nafas panjang dan mulai berkata,
“Kelulusan adalah waktu untuk berterima kasih kepada mereka yang menolong kita
menjalani tahun-tahun yang berat. Orang tua Anda, guru Anda, saudara Anda,
mungkin pelatih.., tetapi yang terutamama adalah teman-teman. Saya disini untuk
memberi tahu Anda bahwa menjadi teman seseorang adalah hadiah terindah yang bisa
Anda berikan. Saya akan menceritakan sebuah cerita kepada Anda.”

Saya hanya memandang sahabat saya itu dengan rasa tidak percaya, ketika ia
menceritakan perjumpaan pertama kali kami saat ia jatuh dengan buku-bukunya itu.
Saat itu dia sedang merencanakan untuk bunuh diri di akhir minggu itu. Dia
mengatakan sengaja membawa semua benda miliknya pulang, sehingga ibunya tidak
perlu lagi melakukannya nanti. Dia memandang lurus pada saya dan tersenyum,
“Untunglah saya diselamatkan. Sahabat saya telah melakukan sesuatu yang tidak
terkatakan.”

Saya mendengar tepuk tangan dari kerumunan bagi pria gagah yang menceritakan
masa terlemah dalam hidupnya itu. Saya melihat ayah dan ibunya memandang saya
dengan senyuman penuh terima kasih. Hingga saat ini, saya tidak pernah tahu
bahwa apa yang saya lakukan ternyata berdampak begitu besar.

Jangan pernah menganggap remeh tindakan-tindakan kecil Anda yang Anda lakukan,
karena tanpa Anda sadari hal tersebut mengubah kehidupan orang lain.

Tuhan menaruh dalam hidup setiap orang untuk memberi dampak bagi kehidupan orang
lain dengan berbagai cara yang unik. Jadi setiap kali Anda melihat kesempatan
untuk berbuat baik, lakukanlah dengan sebuah ketulusan dan sukacita. Anda tidak
akan pernah tahu bahwa senyuman Anda atau uluran tangan Anda telah menyelamatkan
jiwa seseorang.

Friday, November 26, 2010

Kupu Kupu


Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul dari kepompong. Orang itu duduk dan mengamati selama beberapa jam bagaimana si kupu-kupu berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang lippo cikarang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Ternyata, Kupu-kupu itu mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, dan sayapnya mengkerut.
Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yg mungkin akan berkembang dalam waktu. Ternyata Semuanya tak pernah terjadi. kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.

Kebaikan dan ketergesaan orang tersebut merupakan akibat dari ketidak mengertiannya bahwa kepompong yg menghambat, dan perjuangan yg dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu berpindah ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga sayapnya menjadi kuat, dan siap terbang begitu memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup ini. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu akan melumpuhkan kita. Kita menjadi tidak sekuat yang semestinya. Kita tidak akan pernah dapat terbang.

Saya memohon Kekuatan .....
Dan Tuhan memberi saya Kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat

Saya memohon Kebijakan…..
Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan

Saya memohon Kemakmuran....
Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja

Saya memohon Keteguhan hati...
Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi

Saya memohon Cinta dan Kasih sayang....
Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong

Saya memohon Kemurahan/kebaikan hati....
Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan dan tantangan untuk diatasi

Saya tidak memperoleh yang saya inginkan.......
Tetapi, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan

Tiga Ekor Anak Burug


Suatu hari, seorang petani tua berniat untuk mencari tanaman langka, perjalanan itu harus ditempuhnya dengan melewati hutan dan jalan setapak yang penuh dengan semak belukar. Di tengah-tengah perjalanan, petani tua ini mendengar suara orang tertawa dan benar saja ketika didekati dia melihat salah seorang anak sedang menggoncang-goncangkan sebuah sangkar yang berisi 3 orang anak burung. Burung-burung itu kelihatan sangat lemas dan hampir mati. Tak tega melihat keadaan anak burung itu, petani tua itu berkata :

PETANI TUA : “Nak, apa yang kau perbuat terhadap anak burung itu ?

ANAK : “Ha…ha…ha…aku akan mengoncang-goncangkan mereka sehingga mereka mati lemas, bila belum mati juga, aku akan mencabuti semua bulu ditubuh mereka sampai mati kesakitan.”


Bergidik hati petani tua ini, mendengar perkataan anak-anak ini. Dalam hatinya berfikir, “Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan anak-anak burung ini ?” Tiba-tiba petani tua ini berkata :

PETANI TUA : “Nak, bagaimana bila kamu jual saja anak burung ini kepada bapak ?”


ANAK : “Wah, pak, jangan bercanda. Untuk apa, bapak membeli anak burung yang jelek dan tidak berguna ini ?” (menatap seraya tidak percaya)


PETANI TUA : “Bapak serius nak, berapa hendak kamu jual ?”


Anak itu menyebutkan sejumlah uang. Petani tua segera merongoh koceknya dan menyerahkan kepada anak itu serta menerima sangkar beserta 3 ekor anak burung di dalamnya. Anak itu segera berlari meninggalkan petani tua ini seorang diri. Sambil berjalan, petani tua ini berkata anak burung itu :


PETANI TUA : “Hari ini aku telah membebaskan kalian dari kematian, nikmatilah kehidupan kalian yang baru. (tangannya membuka sangkar burung itu dan menerbangkannya satu per satu ke angkasa)


Kita adalah orang yang seharusnya mati karena dosa dan tidak memliki pengharapan. namun ALLAH datang untuk membebaskan kita dan memberikan hidup yang baru kepada kita. Nikmati kemerdekaan yang telah kita dapatkan dengan penuh tanggungjawab dan ucapan syukur.

YOHANES 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

JOHN WESLEY


Ayah John Wesley adalah seorang pendeta dan ia menghidupi keluarganya dari gajinya yang kecil sebagai pendeta. John Wesley melihat betapa miskin dan menderitanya keluarganya saat itu. Oleh karena hal inilah, maka ketika ia memutuskan untuk terjun di dalam pelayanan, ia tidak pernah mengharapkan akan mendapatkan uang yang banyak dan menjalani kehidupan yang berkecukupan.
Ternyata, ia mengalami kehidupan yang lebih baik daripada ayahnya. Ia mendapatkan kesempatan untuk mengajar Universitas Oxford dan mulai dari situ keadaan keuangannya mulai membaik. Kedudukannya yang begitu penting membuatnya mendapatkan bayaran yang lumayan banyak, yaitu 30 poundsterling per tahunnya, gaji yang lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya sebagai bunjangan pada saat itu. Uang yang banyak, membuat John memuaskan dirinya dengan berbagai kesenangan.
Suatu hari di musim dingin setelah John selesai memasang beberapa lukisan mahal yang dibelinya, seorang pembantu datang untuk membersihkan kamarnya. Ia melihat bahwa pembantu itu tidak memiliki pakaian tebal untuk menghangatkan tubuhnya, selain sehelai pakaian tipis yang membungkus tubuhnya di musim dingin itu. John bermaksud memberinya uang untuk membeli baju hangat, tetapi uangnya sudah dibelanjakan untuk lukisan-lukisan mahal. Saat itulah John menyadari bahwa Tuhan pasti tidak berkenan dengan caranya mengunakan uang. Peristiwa di musim dingin itu, akhirnya mengubah pandangan hidup John.
Maka mulailah ia membatasi penggunaan uangnya, agar bisa memberi kepada mereka yang berkekurangan. Setelah mencatat semua kebutuhan hidupnya , ternyata ia hanya membutuhkan 28 Poundsterling dan ini berarti ia mempuanyai 2 Poundsterling untuk disumbangkan kepada orang miskin.
Tahun berikutnya, gajinya bertambah menjadi 60 Poundsterling atau dua kali lipat dari gajinya semual, tetapi ia masih menekan kebutuhan hidupnya dengan jumlah semula, yaitu 28 Poundserling dan ia memiliki 32 poundsterling untuk diberikan kepada sesama yang benar-benar membutuhkan. Tahun berikutnya, gajinya naik lagi menjadi 90 Poundsterling, namun biaya hidupnya tetap 28 Poundsterling dan sisanya 62 Poundsterling ia berikan untuk orang-orang miskin. Selanjutnya gajinya terus naik, sehingga ia mendapatkan jumlah yang semakin banyak untuk diberikan.

John Wesley mengajarkan sesuatu yang sudah semakin sulit kita temukan sekarang, yaitu, “SEMAKIN BESAR PENDAPATAN, SEMAKIN BESAR PULA PEMBERIAN KITA”. Kita sudah terbiasa dengan pola “SEMAKIN BESAR PENDAPATAN, SEMAKIN TINGGI TARAF HIDUP, SEMAKIN BESAR PENGELUARAN”.

John Wesley berkata : “Bagaimana mungkin saya mengoleksi barang-barang mahal yang tidak terlalu penting sementara banyak orang yang membutuhkan roti untuk tetap bertahan hidup.”

Monday, November 22, 2010

Kerang Rebus Atau Kerang Mutiara


Waktu kerang mencari makan, ia akan membuka cangkang penutup badannya.
Buka,tutup, buka,tutup.
Suatu hari disaat cangkang seekor kerang muda terbuka, sebutir pasir masuk
ke dalam cangkang kerang itu. Sang kerang muda menangis sambil
memanggil-manggil ibunya.
"Bu sakit bu..ada pasir masuk ke dalam tubuhku".
Sang ibu menjawab: "Sabar ya nak, jangan pedulikan sakit itu, bila perlu
berikanlah kebaikan pada sang pasir yg menyakitimu itu".
Kerang muda pun menuruti nasihat ibunya. Ia menangis, tapi air matanya ia
gunakan untuk membungkus pasir yg masuk ke dalam tubuhnya.
Hal itu terus menerus dia lakukan. Dengan baluran air mata itu, rasa
sakitnya pun berangsur berkurang bahkan hilang sama sekali.
Beberapa saat kemudian, kerang2 itu dipanen. Kerang yg ada pasirnya
dipisahkan dari kerang yg tdk ada pasirnya. Kerang tak berpasir dijual
secara obral di pinggir jalan menjadi 'kerang rebus'. Sedangkan kerang yang
berpasir dijual ratusan bahkan ribuan kali lipat lebih mahal.
Mengapa begitu?
Karena butiran pasir berbalut air mata yang ada di dalam kerang itu telah
berubah menjadi inti mutiara.
Sama dg kita, bila dalam hidup ini kita tak pernah ditempa oleh kesulitan
maka kita tidak akan punya nilai tinggi dan akan bernasib seperti kerang
rebus yang dijual secara obral di pinggir jalan. Sebaliknya kalau kita mampu
menghadapi tiap kesulitan bahkan mampu memberi manfaat pada org lain ketika
kita mendapat kesulitan, kita akan menjadi kerang mutiara yg sangat
dibutuhkan orang dan yg kita hasilkan juga dipakai oleh orang2 terhormat.
Hidup adalah pilihan.
Anda boleh memilih menjadi kerang rebus atau mutiara....
atau hanya sebutir pasir yg bikin air mata mengalir?

Life is a choice, be the best on your side.

PIANO


Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah, yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.

Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.

Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan anaknya, ia menyelinap pergi.

Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.

Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle2 little star.

Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengirabahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata, "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.

Sang pianis lalu duduk, di samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.

Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala, pikirnya, "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.

Demikian juga di dalam kehidupan kita, kita sering merasa bahwa keberhasilan yang kita raih , semua itu hanya karena usaha dan kerja keras kita. Kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan yang menolong kita dan tanpa Dia apapun yang kita kerjakan tidak akan berhasil. Tapi bila Tuhan ada disamping kita, kita akan mampu melakukan hal ? hal yang sederhana menjadi luar biasa.

Saturday, November 20, 2010

Kasih Ibu


Pada malam itu, ada seorang anak gadis yang bertengkar dengan ibunya.
Karena sangat marah, gadis itu segera meninggalkan rumah tanpa membawa
apapun. Saat berjalan di suatu jalan, dia baru menyadari bahwa dirinya
sama sekali tidak membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, dia melewati sebuah kedai bakmi dan
mencium harumnya aroma masakan. Gadis itu ingin sekali memesan
semangkuk bakmi, tetapi dirinya segera sadar kalau dia tidak mempunyai
uang sama sekali.

Pemilik kedai melihat gadis itu berdiri cukup lama di depan kedainya,
lalu berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" "
Ya, tetapi, saya tidak membawa uang" jawab gadis itu dengan malu-malu
"Tidak apa-apa, saya akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai.
"Silahkan duduk, saya akan memasakkan bakmi untukmu".
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Gadis itu segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai
berlinang.

"Ada apa nona?" Tanya si pemilik kedai.

"tidak apa-apa" saya hanya terharu jawab gadis itu sambil mengeringkan
air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi saya semangkuk bakmi !,
tetapi, ibu saya sendiri, setelah bertengkar dengan saya, mengusir
saya dari rumah dan mengatakan kepada saya agar jangan kembali lagi ke
rumah"

"Kamu, seorang yang baru saya kenal, tetapi begitu peduli dengan saya
dibandingkan dengan ibu kandung saya sendiri" katanya kepada pemilik
kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan gadis itu, menarik nafas
panjang dan berkata "Nona mengapa kamu berpikir seperti itu?
Renungkanlah hal ini, saya hanya memberimu semangkuk bakmi dan kamu
begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kamu
kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya?
Dan kamu malah bertengkar dengannya"

Gadis itu terhenyak mendengar hal tersebut. "Mengapa saya tidak
berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang
baru saya kenal, saya begitu berterima kasih, tetapi kepada ibu saya
sendiri yang memasak untuk saya selama bertahun-tahun, saya bahkan
tidak memperlihatkan kepedulian saya kepadanya. Dan hanya karena
persoalan sepele, saya bertengkar dengannya.
Gadis itu, segera menghabiskan bakminya, lalu dia menguatkan dirinya
untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, dia
memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai
di ambang pintu rumah, dia melihat ibunya dengan wajah letih dan
cemas. Ketika ibunya bertemu dengan dia, kalimat pertama yang keluar
dari mulutnya adalah "Anakku kamu sudah pulang, cepat masuklah, ibu
telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kamu tidur,
makanan akan menjadi dingin jika kamu tidak memakannya sekarang". Pada
saat itu dia tidak dapat menahan tangisnya dan dia menangis dihadapan
ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang
lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan
kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita
(keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita
berterima kasih kepada mereka seumur hidup Kita.

RENUNGAN:

BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES
ALAMI YANG BIASA SAJA; TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA
ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA
LAHIR.
PIKIRKANLAH HAL ITU??
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?

HAI ANAK-ANAK, TAATILAH ORANG TUAMU DALAM SEGALA HAL, KARENA ITULAH
YANG INDAH DIDALAM TUHAN.

Thursday, November 18, 2010

Siapa Yang Akan Menjemput Kita


Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine SUr, Filipina. Sehari2nya,bocah ini menempuh suatu rute perjalanan yang melewati
jalan berbatu dan melewati sebuah jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan,yang dia anggap
sebagai 'sahabatnya'. Tindakannya selama ini diamati oleh sorang Pastur yang merasa terharu menjumpai sikap bocah lugu yang beriman tersebut.
"Bagaimana kabarmu Andy?Apakah kamu akan ke sekolah?" "Iya Bapa Pastor" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati. Dia begitu memperhatikan
keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut "jangan menyebrang jalan raya sendirian Andy, setiap kali pulang sekolah, kau
boleh mampir ke gerja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat." "Terima kasih bapa pastor" "Kenapa kau tidak pulang
sekarang?Apakah kau tinggal di gereja setelah pulang sekolah?" "Aku hanya ingin menyapa Tuhan...sahabatku." dan kemudian Pastor itu meninggalkan
Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar untuk berbicara sendiri, tetapi Pastur tsb tenyata tidak benar2 meninggalkan Andy, dia bersembunyi di
suatu tempat untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy dengan Tuhannya.

"Tuhan,tahukah Kau,hari ini ujian matematikaku nilainya jelek, tetapi aku tidak mencontek,walaupun teman2ku melakukannya. Aku makan satu kue dan
minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini Tuhan. Terima kasih atas kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak
kucing yang malang dan aku memberikan separuh dari kue ku untuk dimakannya, lucunya aku jadi tidak merasakan lapar lagi. Lihat ini Tuhan, selopku
yang terakhir,mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa alas kaki sama sekali karena mungkin yang ini pun akan segera rusak. Tapi tak apalah,
setidaknya aku berterima kasih karena aku masih bisa bersekolah. Orang2 di kampung berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang sangat buruk
tahun ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti dari sekolah karena hal ini, tolong bantu mereka yan Tuhan supaya mereka bisa kembali bersekolah
lagi.Oh iya Tuhan, tahukah Kau, ibuku memukulku lagi, dan itu sangat sakit rasanya, paling tidak aku masih mendapatkan perhatian dari seorang ibu.
Maukah Kau melihat lukaku Tuhan? Aku sangat yakin Engkau akan segera menyembuhkan luka2ku ini. Tolong jangan marahi ibuku ya Tuhan, dia hanya sedang
banyak pikiran, memikirkan biaya hidup keluarga kami dan memikirkan biaya sekolahku,itulah mungkin yang membuat ibu agak kesal.Oh iay Tuhan, aku
baru ingat, dua hari lagi kan engkau ulang tahun,apakah Engkau bergembira? Tunggu saja dua hari lagi Tuhan, aku punya sebuah hadiah kejutan untukmu.
Aku harap kau akan menyukainya..Oooops..sudah sore Tuhan,aku pulang dulu yah" " Bapa Pastor, aku sudah selesai berbicara dengan shabatku, skrg kau
bisa mengantarkanku pulang" Kegiatan ini berlangsung setiap hari, dan ia tak pernah absen sekalipun.

Pastor Agathon berbagi cerita ini kepada jemaat di gerejanya setiap hari minggu, karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang
begitu murninya kepada Tuhan. Selalu berpikir positif dalam situasi yang negatif sekalipun.

Pada hari Natal, Pastor Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja untuk bbrp hari karena ia harus dirawat di rumah sakit. Gereja
tersebut untuk sementara dirawat dan dijaga oleh 4 orang wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang
lain perbuat. Merka juga selalu mengutuk orang2 yang menyinggung mereka. Suatu ketika 4orang wanita tua tersebut sedang berdoa,Andy tiba2 datang
seperti biasa untuk menyapa Sahabatnya itu. " Halo Tuhan, aku datang...." " Kurang ajar kamu bocah!!!Tidakkah kmu lihat kalau kami sedang berdoa??
Keluar kamu!!!!" Andy begitu terkejuta dan terpukul, dan ia berkata " dimana Bapa Pastur? Seharusnya dia membantuku menyebrangi jalan. Dia
menyuruhku untuk mampir setiap aku pulang dari sekolah. Aku juga harus menyapa Tuhan, karena hari ini hari ulangtahunNya, dan akupun punya hadiah
untuk Dia" Ketika Andy hendak mengambil hadiah itu dari tasnya, seorang dr 4 wanita tsb menariknya dari altar dan mendorongnya keluar gereja sambil
menghardiknya, "keluar kau bocah!"

Andy kecewa berat, tapi dia tidak punya pilihan lain, dia harus pulang dan menyebrangi jalan sendirian. Pada saat menyebrang jalan, tiba2 sebuah bus
datang melaju dengan kencangnya. Andy sedang ingin menyimpan hadiah yang dibawanya itu ke dalam saku bajunya, sehingga dia tidak sempat ,melihat bus
yang melaju cepat itu dan tentu saja tidak dapat menghindar dari bis tersebut, dan ia punTEWASseketika. Orang2 di sekitarnya langsung berlarian
mengerumuni bocah malang yang sudah tidak bernyawa lagi itu. Tiba-tiba, entah darimana datangnya, ada seorang pria mengenakan pakaian serba putih
dengan wajah yang halus dan lembut datang menghampiri jasad Andy. Dengan berlinangan air mata dia datang dan memeluk bocah malang tersebut. Dia
menangis sejadi-jadinya. Orang-orang penasaran dan bertanya kepada pria jubah putih tersebut, " Maaf tuan,apakah tuan mengenal anak ini?" " Tentu
saja, dia adalah sahabatku", balas pria tersebut. Dia mengambil bungkusan hadiah dari saku bocah tersebut dan menaruhnya di dadanya. Dia lalu
berdiri sambil menggendong bocah malang tersebut, kemudian keduanya menghilang dari pandangan orang2 tersebut. Orang2 yang berkerumun itu menjadi
semakin penasaran dan takjub melihat kejadian yang baru saja terjadi di depan mata mereka.

Beberapa hari kemudian, Pastor Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan. Dia segera berkunjung ke rumah orang tua Andy untuk memastikan kabar
kematian Andy sekaligus "berita aneh" yang berkembang di sekitaran gereja.

"Bagaimana anda mengetahui putra anda meninggal?" "seorang pria berjubah putih membawanya kepada kami" ucap ibu Andy sambil terisak. "Apa Katanya?",
ayah Andy berkata, " Dia tidak mengucapkan satu kata pun. Dia sangat berduka dan kehilangan,kami tidak mengenalnya, namun dia terlihat sangat
kehilangan, sepertinya dia begitu mengenal Andy dengan baik.Tapi ada suatu kedamaian yang sulit diungkapkan mengenai pria tersebut", lanjut ayah
Andy. " Dia menyibakkan rambut Andy dan mencium keningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu." "Apa katanya?",pastur Agaton menjadi semakin
penasaran. Dia berkata "terima kasih Andy buat kadonya, aku sangat menyukainya, Aku akan segera berjumpa denganmu, dan Engkau akan selalu bersamaku
sahabatku." " Anda tahu,aku kemudian merasa semuanya begitu indah,,,aku menangis tapi aku tak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu, aku
menangis karena ada perasaan bahagia,,,aku tidak dapat menjelaskannya Bapa pastor, tetapi ketika Dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang
memenuhi hati kami, aku merasakan kasih yang begitu mendalam di hatiku. Aku tahu Putraku sudah berada di surga sekarang ini".

"Tapi tolong kami Bapa Pastor, bisakah engkau memberitahu kami, siapakah pria yang sering diajak bicara oleh putraku di gereja? Anda pastinya tahu,
karena anda berada disana hampir setiap hari kecuali di saat Andy meninggal dimana engkau sedang dirawat di rumah sakit"...Seketika Pastor Agaton
menitikkan air mata, dan dengan lutut yang bergemetaran dia berkata, " Andy tidak berbicara dengan siapa2 di gereja,,,kecuali dengan TUHAN"....

Monday, November 15, 2010

Shi Sang Chi You Mama Hau


Cintailah Mama kita sebagai mana kita mencitai diri kita sendiri.

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tersebut. Sebagai orang yang terpandang di kota tersebut, latar belakang wanita tersebut akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tersebut bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orangtuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tersebut, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang orangtua mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tersebut untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang-orang tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan-lahan.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tersebut meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tersebut. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit?.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tersebut untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. “Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua”, kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan-penolakan akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah.

Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut. Sang wanita yang malang tersebut tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

Detik .. Menit …. Jam …. Hari …. Minggu ………Tahun …… Tak terasa Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki-laki. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat.

Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya. Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba-tiba sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tersebut harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tersebut akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tersebut terdiri dari obat-obatan herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat-obat herbal tersebut, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tersebut telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian. Diantara tangisannya, ia tiba-tiba mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?..

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu ………… .

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama-sama menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau” (terjemahannya “Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik”).

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari-hari mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas. Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tersebut, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tersebut, karena ia akan membelinya bulan depan. “Apakah kamu punya uang?” tanya sang pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan punya”, kata sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar-benar muncul untuk membeli jam tangan tersebut. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main-main. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya “Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?”. “Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah” kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tersebut.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tersebut. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba-tiba tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tersebut. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.

“Apakah kamu mencuri, Nak?” Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berklai-kali tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. “Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?” kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya. Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tersebut heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. “Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu tetangganya.

Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya. Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba-tiba sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

“Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba-tiba muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tersebut, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tersebut, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu.”Maafkan saya, Nak.”
“Tidak Bu, saya yang bersalah”

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang orangtua sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. Ketika sang ibu dan anaknya berjalan-jalan ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu-satunya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain-main di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau”, lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak. Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. “Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak” kata ibu. “Tidak apa-apa Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama-sama dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu”, kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta-ronta ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. “Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu”, teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata “Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.” “Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi”, sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tersebut tidak didengarkan anak kecil tersebut. Sang anak menangis tersedu-sedu “Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu”. Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan “Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini”, ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tersebut. Tampak anaknya meronta-ronta dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu-satunyanya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga……….

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan. Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari tersebut, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.

Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tersebut, menangis “Ibu benar-benar tidak menginginkan saya lagi.”

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tersebut. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan-tulisan imut anaknya dalam surat itu.

Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tersebut, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba-tiba ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tersebut. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tersebut untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling-guling jatuh ke bawah……….

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana-mana, tetapi hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tersebut terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah “Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?”. Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu “Shi Sang Ci You Mama Hau” dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tersebut saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru “Ibu? Ini saya ibu”.

Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba-raba muka sang anak, lalu bertanya, “Apakah kamu ??..(nama anak itu)?” “Benar bu, saya adalah anak ibu?”. Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi …………… .

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila.

Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama:

Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya.. Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :

1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.

Diantara orang-orang disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ………..

Tidak diragukan lagi “Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini”. Ingin bergabung dalam sebuah MISI MULIA ? Ada 2 tindakan yang dapat Anda lakukan :

1. Bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini), ajaklah ia untuk keluar makan atau jalan-jalan MALAM INI JUGA. Jangan ditunda2. Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan Anda, telponlah dia malam ini juga, just to say “hello”. Catatlah hari ulang tahunnya, rayakan, dan bahagiakanlah dia semampu Anda. Hidangkan makanan favoritnya, dan seterusnya.

2. Kirimkan kisah film ini kepada saudara/i Anda, teman2 Anda, maupun rekan-rekan kerja Anda (minimal 5, kalau 100 org lebih baik lagi). Bagi sebagian dari mereka, kisah ini mungkin akan seperti setetes embun yang menyegarkan jiwa mereka, yang terkadang terlalu sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Anda sungguh berjasa dalam hal ini??

Mom, my beloved. I love you Mom forever in my deep heart. I always missing you Mom ….

Aku Menciptakan Engkau


Seorang yang sedang melewati hutan melihat seekor serigala yang sudah lumpuh keempat kakinya. Ia ingin tahu bagaimana serigala itu dapat hidup terus.
Lalu ia melihat seekor harimau datang dengan membawa kijang hasil buruannya.
Harimau itu makan sepuasnya dan meninggalkan sisa bagi serigala.

Hari berikutnya, Tuhan memberikan makan serigala dengan perantara harimau yang sama.
Orang itu pun mulai mengagumi kebaikan Tuhan yang begitu besar dan berkata dalam hati, “Aku juga akan menganggur di rumah saja dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan karena Ia akan mencukupi segala kebutuhanku!”

Ia melakukan niatnya berhari-hari lama nya, tetapi tidak terjadi apa-apa.
Ketika orang yang malang itu sudah hampir mati, terdengarlah suara, “Hai, engkau orang yang sesat, bukalah matamu kepada kebenaran.
Ikutilah teladan harimau dan berhentilah meniru serigala yang lumpuh!”

Di jalan ia melihat seorang gadis menggigil kedinginan dalam pakaiannya yang tipis. Tiada harapan baginya untuk mendapatkan cukup makanan.
Ia menjadi marah dan berkata kepada Tuhan, “Mengapa hal ini Kau biarkan ? Mengapa engkau tidak berbuat sesuatu ?” Sementara waktu Tuhan tidak berkata apa-apa.
Malamnya Dia menjawab dengan sangat tiba-tiba, “Aku telah berbuat sesuatu. Aku menciptakan engkau! Dan membawa engkau kepada gadis itu, tapi engkau sama sekali tidak tergerak untuk menolong gadis malang itu”

-------------------

Sering kita mengharapkan segala sesuatu masalah, bencana, dan penderitaan, Tuhan yang harus turun tangan untuk menyelesaikan.
Tapi satu hal yang harus kita ketahui : kita juga diciptaan sebagai alatnya Tuhan, supaya ikut turun tangan dalam membantu permasalahan dan penderitaan orang lain serta menjadi berkat buat banyak orang.
Agar dalam hidup kita, nama TUHAN, di puji dan permuliakan.
-------------------

Tetap teguh dan berjuang dalam menjalani hidup yang telah dianugerahkan kepada kita dengan melakukan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama..

Harimau Dan Serigala


Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama
seekor harimau yang besar berbadan coklat keemasan. Luka yang di derita
serigala, terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang di kejar pemburu.
Sang serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang
telah di bidik malah mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan bermata liar itu tak
bisa berburu lagi bersama harimau, dan tinggal di sebuah gua, jauh dari
perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana membalas budi. Setiap selesai berburu, di
mulutnya selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walaupun sedikit,
sang serigala selalu mendapat bagian daging hewan buruan. Sang harimau paham,
bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati terpanah si pemburu. Sebagai
balasannya, sang serigala selalu berusaha menjaga keluarga sang harimau dari
gangguan hewan-hewan lainnya. Lolongan serigala selalu tampak mengerikan bagi
siapapun yang mendengar. Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya
duduk teronggok di pojok gua.

Rupanya, peristiwa itu telah sampai pula ke telinga seorang pertapa. Sang
pertapa, tergerak hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya. Ia
ingin memberikan pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak
didiknya. Ia juga ingin menguji keberanian mereka, sebelum mereka dapat lulus
dari semua pelajaran yang diberikan olehnya. Pada awalnya banyak yang takut,
namun setelah di tantang, mereka semua mau untuk ikut.

Di pagi hari, berangkatlah mereka semua. Semuanya tampak beriringan, dipandu
sang pertapa yang berjalan di depan rombongan. Setelah seharian berjalan,
sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala itu menetap.
Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari berburu, dan sedang memberikan
sebongkah daging kepada serigala. Melihat kejadian itu, sang pertapa bertanya
bertanya kepada murid-muridnya, "Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari
sana..?".Seorang murid tampak angkat bicara, "Guru, aku melihat kekuasaan dan
kebaikan Tuhan. Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya. Karena
itu, lebih baik aku berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu memberikan
rezekinya kepada ku lewat berbagai cara."

Sang pertapa tampak tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya, "Lihatlah
serigala itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan."
Selesai bicara, murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban darinya.
"Ya, kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta.
Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah
berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau."


Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula,
Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan
ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita
gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya,
ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan.
Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat
usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala
yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika disana
kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan. Dari sana
pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun,
ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu
sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu
adalah suatu keterpaksaan, bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin
membalas budi.

Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Disana akan
ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul
bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di
dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan
kalbu. Teman, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala
lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.

Saturday, November 13, 2010

Arti Melayani


Ada kisah tentang kebaikan dan kasih yang tercecer dari antara perayaan-perayaan Natal. Semacam kisah Orang Samaria yang Baik Hati.

Kisah tentang kasih yang indah ini sayangnya tidak terjadi di gereja, tetapi

di sebuah dept. store di Amerika Serikat.

Pada suatu hari seorang pengemis wanita yang dikenal dengan sebutan

“Bag Lady” (karena segala harta bendanya hanya termuat dalam sebuah tas

yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis) memasuki sebuah dept. store yang

mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal. Toko itu dihias

dengan indah sekali. Lantainya semua dilapisi karpet yang baru dan indah.

Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Bajunya kotor dan penuh lubang-lubang. Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu. Bau badan menyengat hidung.

Ketika itu seorang hamba Tuhan wanita mengikutinya dari belakang. Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu pikir sang hamba Tuhan wanita.

Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu.

Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya?! Padahal,

para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang

mewah dan mahal.

Di tengah dept. store itu ada piano besar (grand piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, mengiringi para penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu natal dengan gaun yang indah. Suasana di toko itu tidak cocok sekali bagi si pengemis wanita itu. Ia nampak seperti makhluk aneh di lingkungan gemerlapan itu. Tetapi sang ‘bag lady” jalan terus. Sang hamba Tuhan itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.

Rupanya pengemis itu mencari sesuatu diba gian ‘Gaun Wanita;. Ia

mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun mahal bermerek dengan

harga di atas puluhan juta. Baju-baju yang mahal dan mewah! Apa yang

dikerjakan pengemis ini?

Sang pelayan bertanya, “Apa yang dapat saya bantu bagi anda?”

“Saya ingin mencoba gaun merah muda itu?”

Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respon anda?

Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.

“Berapa ukuran yang anda perlukan?”

“Tidak tahu!”

“Baiklah, mari saya ukur dulu.”

Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya “OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya! Cobalah yang ini!” Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas. “Ah, yang ini kurang cocok untuk saya.

Apakah saya boleh mencoba yang lain?”

“Oh, tentu!”

Kurang lebih dua jam pelayan ini menghabiskan waktunya untuk melayani

Sang “bag lady”. Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang

dicobanya? Tentu saja tidak! Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh

dari jangkauan kemampuan keuangannya.

Pengemis itu kemudian berlalu begitu saja, tetapi dengan kepala tegak

Karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia. Biasanya ia

dipandang sebelah mata. Hari itu ada seorang pelayan toko yang

melayaninya,yang menganggapnya seperti orang penting, yang mau mendengarkan

permintaannya.

Tetapi mengapa pelayan toko itu repot-repot melayaninya? Bukankah

Kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan perlu biaya bagi toko itu?

Toko itu harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke Laundry, dicuci

Bersih agar kembali tampak indah dan tidak bau. Pertanyaan ini juga

Mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan apa yang terjadi di counter itu.

Kemudian hamba Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia

Selesai melayani tamu “istimewa”-nya.

“Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini?”

“Oh, memang tugas saya adalah melayani dan berbuat baik!” “Tetapi,

Anda ‘kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal

ini?”

“Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk menilai

atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah untuk melayani

dan berbuat baik.”

Hamba Tuhan ini tersentak kaget.

Di jaman yang penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang

Yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik, tanpa perlu menghakimi

Orang lain. Hamba Tuhan ini akhirnya memutuskan untuk membawakan khotbah

Pada hari Minggu berikutnya dengan thema “Injil Menurut Toko Serba Ada”.

Khotbah ini menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di

halaman-halaman surat kabar di kota itu. Berita itu menggugah banyak

orang sehingga mereka juga ingin dilayani di toko yang eksklusif ini.

Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi keuntungan apa-apa,

Tetapi akibat perlakuan istimewa toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu

meningkat drastis, sehingga pada bulan itu keuntungan naik 48 %!