Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah desa kecil yang sederhana dan indah.
Disana ada seorang yang kaya raya yang baik, yang suka menolong orang lain.
Terkadang, tetangga rumah datang meminjam bahan pangan padanya. Namun karena tetangganya banyak yang miskin, maka ketika mereka hendak mengembalikan bahan pangan yang dipinjaminya itu, orang kaya itu tidak mau menerima.
Para tetangga merasa bahwa orang kaya ini sudah berbaik hati meminjamkan bahan pangan, itu sudah sangat membantu, mana boleh tidak mengembalikan? Tidak, harus dikembalikan kepadanya.
Lalu orang kaya ini memotong 2 bagian kendi besarnya, sebagian besar dan sebagian lagi kecil.
Ketika tetangga datang untuk meminjam bahan pangan, tuan Yang menimbang dengan centong besar, centong demi centong bahan pangan dipinjamkannya kepada tetangga.
Pada saat tetangga mengembalikan bahan pangan yang dipinjamnya itu, tuan Yang menimbangnya dengan centong kecil, hanya mengambil sedikit saja.
Diusianya yang ke-80 musim gugur tahun itu, tanaman gandum juga telah matang, orang kaya itu bermaksud hendak ke ladang untuk melihat sejenak gandumnya. Lalu, dengan terhuyung-huyung ia menopang tongkat pergi ke ladang gandumnya seorang diri.
Tiba-tiba, langit tertutup oleh awan hitam, petir bergemuruh di ladang. Melihat keadaan seperti ini, dalam benaknya dia berpikir , “Saya sudah tua, tidak bisa jalan lagi, lebih baik mati disini saja!”
Saat itulah, orang kaya itu mendengar satu suara keras bergema di ladangnya, “Dewa guntur, dewi petir dan naga laut, kalian dengar baik-baik, orang kaya yang baik saat ini berada di ladang rumahnya, setitik airpun tidak boleh kalian teteskan di atas gandumnya!”
Setelah lama berlalu, hujan yang disertai petir akhirnya berhenti, orang kaya itu bangun dari atas ladangnya dan begitu melihat, tidak ada setetes airpun membasahi ladang gandum tempat ia berbaring, sedangkan ladang gandum orang lain semuanya terbenam air.
Setelah orang kaya itu pulang ke rumah, ia menceritakan kepada putra-putrinya tentang peristiwa yang dialaminya itu, lantas dengan disertai putra-putrinya mereka berlutut menyembah, memanjatkan puji syukur dan terimakasih atas anugerah Yang Maha Kuasa.
______________________________
Mengapa kilatan petir tidak sampai melukai orang kaya yang baik hati itu?
Sebab seumur hidupnya ia memperlakukan orang dengan baik, selalu memikirkan kepentingan orang lain.
Kita harus selalu ingat prinsip bahwa baik dan jahat ada balasannya, percaya bahwa setiap hal yang dilakukan manusia, baik yang kecil maupun besar, Yang Maha Kuasa selalu melihatnya. Karena itu, semua orang berusaha berbuat hal yang baik, tidak melakukan perbuatan jahat.
No comments:
Post a Comment