Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Tuesday, July 07, 2015

Cucian Tetangga Yang Kotor


Sepasang suami istri, baru saja pindah rumah ke sebuah pemukiman. Mereka menempati sebuah rumah yang bersebelahan dengan rumah keluarga yang terlihat sangat sederhana.
Pada pagi hari, ketika suami istri tersebut sedang sarapan, si istri melihat tetangga sebelahnya menjemur pakaian, dan dia berkata pada suaminya,”Pak, lihat tetangga kita itu. Pakaian yang dia jemur masih kelihatan sangat kotor, mungkin dia perlu belajar mencuci”.
Suaminya hanya diam dan tetap menyantap sarapannya pagi itu.
Keesokan harinya, si istri kembali berkata pada suaminya ketika melihat tetangganya sedang menjemur pakaian,”Coba lihat lagi pak, tetangga kita benar-benar gak bisa mencuci, pakaian yang di cuci terlihat sangat kotor. Mungkin dia perlu belajar cara mencuci yang benar, dan perlu mengganti sabun cuci yang dia pakai”. Dan kembali suaminya hanya terdiam mendengarkan celoteh istrinya.
Begitulah, setiap pagi, ketika waktu sarapan tiba, si istri selalu berkata hal yang sama pada suaminya. Tapi, suaminya diam, hanya sesekali tersenyum melihat dan mendengar polah sang istri.
Sampai pada suatu pagi ketika hari libur tiba, seperti biasanya sepasang suami istri tersebut sarapan. Tapi aneh kali ini, si istri berkata pada suaminya,” Pak, lihat tetangga kita. Cuciannya bersih sekali, barangkali dia sudah belajar cara mencuci yang benar. Siapa ya yang kira-kira sudah mengajarinya?”.
Lalu suaminya tersenyum dan berkata,” Tadi pagi, bapak bangun agak pagi untuk membersihkan kaca jendela rumah kita. Bukan pakaian2 tetangga yang terlihat kotor di jemuran, tetapi kaca rumah kita yang terlalu kotor, bu”.
Si istri hanya menunduk dan merasa malu pada suaminya. Lalu sejak saat itu, dia tidak lagi berbicara tentang jemuran tetangganya yang kotor, melainkan dia lebih rajin membersihkan kaca-kaca di rumahnya. Dan tak terlihat lagi jemuran tetangga yang kotor, dan sejak itu juga semua terlihat sangat bersih.
Mungkin kita juga seperti si istri tersebut, menilai pakaian tetangga kotor, padahal kaca rumah kita yang lama tak di bersihkan. Seperti hati kita, mungkin alangkah baiknya di bersihkan dulu, jangan sampai menilai keburukan orang, sedang kenyataan mengatakan bahwa kita lebih buruk dari orang lain.

No comments: