Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Saturday, April 18, 2009

3 pertanyaan


Leo Tolstoy menceritakan sebuah kisah indah tentang seorang raja yang ingin mengetahui jawaban atas 3 pertanyaan: Kapan waktu yang tepat untuk melakukan segala hal? Siapa yang terpenting? Dan apa hal terpenting yang harus dilakukan? Raja menjanjikan hadiah besar bagi mereka yang berhasil menjawab ketiga pertanyaan tersebut dengan tepat.

Untuk pertanyaan pertama, ada yang menasehatkan raja untuk membuat jadwal kerja dan berkonsentrasi. Yang lain menganjurkan supaya raja tidak membuang-buang waktu. Ada yang menganjurkan raja untuk mengangkat penasehat-penasihat yang bijak. Yang berikutnya menganjurkan supaya raja memakai juru ramal saja karena lebih cepat daripada mencari dan merekrut orang bijaksana.

Pertanyaan kedua, seseorang berkata bahwa raja perlu mempercayai pegawai-pegawainya, pendeta, dan ahli-ahli perang.

Pertanyaan ketiga, ada yang mengatakan ilmu pengetahuan, ada yang mengatakan agama atau ilmu kemiliteran.

Raja tidak puas dengan semua jawaban yang ada. Akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi seorang pertapa bijaksana yang hidup di puncak gunung. Raja kemudian menyamar menjadi seorang rakyat jelata dan pergi mengunjungi orang tersebut. Sampai di puncak gunung, ia mendapati sang pertapa sedang menggali beberapa lubang di kebunnya. Ketika raja menanyakan ketiga pertanyaannya, si pertapa hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak sang raja dan meneruskan pekerjaannya. Raja berkata, "Anda kelihatannya lelah mari saya bantu menggali." Pertapa itu mengucapkan terima kasih, dan memberikan sekopnya kepada raja. Ia duduk di bawah pohon untuk beristirahat.

Ketika raja telah menyelesaikan 2 lubang, kembali ia menanyakan 3 pertanyaannya kepada si pertapa. Pertapa itu tidak menjawabnya, malahan ia mengatakan hal lainnya, "Kenapa Anda tidak beristirahat dulu? Biarkan saya meneruskan pekerjaan itu lagi." Tetapi raja meneruskan pekerjaannya. Satu,dua jam pun berlalu. Akhirnya Matahari terbenam. Raja meletakkan sekop dan duduk di samping Si Pertapa. Raja menanyakan kembali pertanyaannya.

Tiba-tiba seorang laki-laki lari mendekati mereka dari dalam hutan. Ia meletakkan tangannya di perutnya yang terluka. Laki-laki itu pingsan di tanah. Seluruh tubuhnya berlumuran darah. Tak tahan melihatnya, raja membuka pakaian laki-laki itu dan membersihkan lukanya. Saat siuman, raja memberi ia minum. Berdua bersama Si Pertapa, ia menggendong laki-laki itu ke pondok karena hari mulai gelap. Raja merasa kelelahan, dan jatuh tertidur. Keesokan paginya, ketika raja membuka mata, laki-laki itu telah siuman. Ketika melihat raja, laki-laki itu berbisik, "Maafkan saya." "Mengapa saya harus memaafkanmu?" tanya raja. “Saya adalah musuh Anda, saya datang untuk membunuh Anda. Tetapi saya bertemu pengawal-pengawal istana, Mereka melukai saya. Untung saya bisa melarikan diri. Kalau saja Anda tidak menolong saya, pasti saat ini saya sudah mati. Anda telah menyelamatkan saya! Saya merasa malu dan saya ingin berterima kasih atas kebaikan Anda. Saya bersumpah, saya, anak dan cucu saya akan mengabdi kepada Anda? Maafkan saya."

Raja merasa sangat bersukacita karena begitu mudah ia didamaikan dengan musuhnya. Sebelum pulang, raja menemui Pertapa untuk berpamitan. Pertapa itu berkata, "Pertanyaan-pertanyaan Anda telah terjawab." Ketika Pertapa melihat raja kebingungan, ia segera melanjutkan pernyataannya. "Kemarin seandainya Anda tidak merasa kasihan kepada saya dan menolong saya di kebun, maka Anda sudah terbunuh di hutan. Maka Anda pasti akan menyesal mengapa tidak tinggal saja di sini. Jadi waktu yang tepat adalah saat Anda menggali lubang, orang yang terpenting adalah saya dan pekerjaan yang terpenting adalah menolong saya.

Kemudian saat laki-laki itu datang, waktu yang terpenting adalah saat Anda mengobati lukanya, karena bila tidak Anda lakukan ia akan mati dan Anda akan kehilangan kesempatan berdamai dengannya. Demikian juga, ia adalah orang yang terpenting. Sedangkan hal yang terpenting adalah mengobati lukanya."

Ingatlah bahwa waktu yang terpenting itu cuma satu dan waktu itu adalah “Sekarang”. “Sekarang” adalah satu-satunya waktu yang ada di tangan kita. Orang yang terpenting selalu adalah orang yang ada di sisi kita, di depan kita karena siapa yang tahu hubungan apa yang akan kita miliki dengannya di masa yang akan datang. Pekerjaan yang terpenting adalah membuat orang itu bahagia.

Sumber : www.erabaru.or.id

No comments: