Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Friday, June 03, 2011

Hati Nurani


Di sebuah desa ada sebuah kios yang menjual semangka, pemilik kios buah itu sangat ahli, dia pasti bisa dengan tepat mengatakan berat dari semangka tersebut tanpa harus menimbangnya.

Pada suatu hari seseorang yang tinggal disekitar daerah itu, datang untuk membeli semangka.

Tanpa ditimbang pemilik kios itu mengatakan berat semangka tersebut, “Yang ini 1.3 kg dan yang ini 1.5 kg.”

Pembeli itu tidak percaya kepada penjual semangka itu, lalu mengambil semangka itu dan ditimbangnya, benar saja berat semangka tersebut seperti yang dikatakan oleh penjualnya.

Kemudian, pembeli itu mengambil sebuah semangka yang besar, dan memberikannya kepada pemilik kios sambil berkata, "jika kamu dapat menebak berat semangka ini, aku akan memberikan segepok uang kepada kamu, uang tersebut cukup untuk membeli 2 kg semangka.

Pemilik kios dengan gembira menyetujui, lalu dengan hati-hati mengangkat melon itu, setelah ditimang-timang ditangannya dia malah berhenti sebentar, beberapa saat kemudian, semua orang yang mengelilingi kios semangka-nya, mendesaknya mengatakan berapa berat semangka tersebut?

Akhirnya pemilik kios menjawab, “1.3 kg”.

Namun ternyata salah, setelah ditimbang berat semangka itu adalah 1.5 kg.

________________________________

Kenapa bisa salah???

Segepok uang, dapat mengacaukan suasana pemilik kios itu, sehingga membuat dia kehilangan keterampilan dan bakat dasarnya yang biasanya sangat tepat.

Jika seseorang lebih mementingkan harta duniawi maka akan semakin mudah kehilangan hati nuraninya.

Hati manusia bagaikan air, namun, hanya ada sedikit desiran angin, akan menimbulkan riak permukaan air yang tenang tersebut.

Kehidupan dunia yang warna-warni penuh dengan godaan, seperti mobil mewah, uang, gadis cantik, ketenaran dan kekuasaan, selalu seperti badai yang menerjang ke dalam hati. Jika tidak berhati-hati, akan membuat kita kehilangan hati nurani, sehingga sulit untuk mengembalikan sifat dasar kita yang penuh kemurnian, kedamaian dan kebaikan.

Seseorang jika dapat hidup dengan tenang dengan kesederhanaan, ketulusan dan kedamaian, maka orang tersebut dapat menahan godaan duniawi yang penuh warna warni, dengan demikian dapat menjaga hati nurani ini tetap tenang dan baik.

Hati nurani, adalah modal dasar kita hidup didunia ini, didalam hati ini tersimpan kecerdasan dan bakat kita, juga tersimpan kualitas kita sebagai manusia.

Kita berkewajiban menjaga hati nurani kita dengan baik dan lurus.

Kita bisa mengenali siapa diri kita sebenarnya, dapat sebesar mungkin mengembangkan potensi kita, sehingga akhirnya dapat memenuhi cita-cita kita menjadi manusia yang baik dan berguna bagi masyarakat ini.

No comments: