Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Wednesday, December 22, 2010

Cinta Seorang Ibu


Di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak
satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.

Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya
mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam
dan banyak lagi.

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering
berdoa memohon kepada Tuhan : "Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi,
supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia
bertobat sebelum aku mati"

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah
sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia
tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi
hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan
dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng
berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu. Dia menangis meratapi anak yang
dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan.

"Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung
dosanya"

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya
dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman.
Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya
anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam
mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong
manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan
anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang
sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan
tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dan suasana
mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang.

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara
dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali
lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana
lonceng itu diikat.

Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang
naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur
berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan
lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di
dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air
mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah
diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.

Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan
mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari
hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya. Betapapun jahat si
anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu,
karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.

Sesuatu untuk dijadikan renungan untuk kita... Agar kita selalu mencintai
sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.

No comments: