Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Wednesday, April 10, 2013

Belajar Dari Ashley

Dapat dibayangkan betapa berat dan memprihatikan hidupnya seorang anak yang
lahir dalam keluarga yang hidupnya tergantung dalam narkoba.

Ini terjadi pada Ashley Dawn Loogins, gadis kecil berkacamata yang mempunyai
orang tuanya pecandu narkoba.

Semasa kecilnya, gadis kecil ini sudah tidak mendapatkan hidup yang layak, orang
tuanya tidak pernah mempeduli sekolah, makannya, apalagi masa depannya. Bukan
kasih sayang didapatnya, tetapi malah sebaliknya, ia selalu diperlakukan kasar
dan kejam. Juga lingkungan hidupnya tidak sehat yang dipenuhi pengguna narkoba.

Ketika usianya baru 7 tahun, kedua orang tuanya membawa ke rumah neneknya, dan
pergi meninggalkannya begitu saja. Walaupun neneknya sangat miskin tapi sangat
menyayanginya.

Disini Ashley juga belum mendapati hidup yang layak. Karena kemiskinan neneknya,
air minum sudah diputus hubungan ke rumahnya, sehingga Ashley jarang sekali
mandi.  Untuk mendapatkan air yang gratis, ia harus berjalan ke taman kota yang
jaraknya jauh.

Gadis kecil yang malang ini, hanya memakai baju yang sama selama berbulan-bulan.
Tiada teman sekolah yang ingin bergaul dengannya, ia selalu diejek dengan
panggilan gelandangan jelek, bodoh dan bau. Tiada hari yang tanpa air mata saat
ia pulang dari sekolah.

Ketika duduk di bangku SMA. Terjadi sedikit perubahan dalam kehidupan Ashley,
penasehat sekolah,  Robyn Putman menyarankan Ashley mengejar ketinggalan
sekolahnya secara online, dan banyak baca di perpustakaan.

Agar bisa membiaya biaya hidupnya sehari-hari, Mr Putman memberinya pekerjaan
sebagai petugas kebersihan sekolah dan ia diijinkan tinggal di sekolah.

Pada awalnya ia merasa berat dan malu akan pekerjaannya, yang harus membersihkan
semua kelas, wc dan taman, namun secara perlahan ia bisa mengadaptasi dengan itu
semua.

Ejekan siswa sekolah tidak pernah usai, namun itu malah dijadikan pemompa
semangat belajarnya.

Benar saja, di saat siswa siswa lain sibuk bermain, Ashley selalu terlihat
berada di perpustakaan sekolah, malam harinya ia belajar secara online. Ini
membuat prestasi sekolahnya selalu mendapat nilai A.

Ketika menjelang tamat SMA, ia mencoba mendaftar di beberapa universitas, salah
satunya adalah Universitas Harvard. Dan tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini
dengan mendapat nilai tinggi. Awal tahun 2006, Universitas terbaik di dunia itu,
Harvard,  yang terkenal sangat bergensi dan paling mahal itu, siap menerimanya
dengan memberi beasiswa pada Ashley.

Ashley pantas dipuji, prestasinya di Harvard juga luar biasa, dan menjelang
tamat dari Harvard, beberapa posisi penting pekerjaan telah menunggunya.

Seorang gadis yang tadinya miskin, tunawisma, yang kerja keras bisa berhasil
mengubah hidupnya menuju sukses.

Ketika Ashley diwawancara bersama CNN, ia tidak henti-hentinya menyeka air
matanya, mengingat kembali masa lalunya yang demikian pahit, tetapi dengan
 rendah hati ia berkata Rasanya luar biasa karena saya telah menyelesaikan
semua ini dengan kerja keras dan bisa mencapainya. Terima kasih pada semua orang
yang telah membantu saya.

Ashley juga mengungkapkan pada CNN bahwa ia mempunyai cita cita ingin mendirikan
sebuah yayasan untuk membantu anak anak lain yang senasib atau lebih buruk
darinya untuk mendapatkan pendidikan, ia berkata :  Satu satunya cara untuk
keluar dari kemiskinan adalah dengan Pendidikan.

Selama setiap orang memiliki impian, mereka pasti bisa mewujudkannya.

Tidak alasan untuk tidak mewujudkan impian.

SEMUA INI TERGANTUNG PADA ANDA, BUKAN PADA ORANG LAIN” , demikian pesan Ashley
menutup wawancaranya.

No comments: