Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Tuesday, April 09, 2013

Pendiam Dan Suka Menyendiri

John Wayne Gacy adalah seorang pemain badut yang tinggal di Chicago, Amerika.

Ia terkenal sangat ramah, lucu, dan pintar menghibur anak-anak.
John juga dikenal sangat dermawan yang suka membantu orang lain. Sifat positip
ini, membawa John Gacy selalu kebanjiran panggilan dimana ada pesta yang ada
hubungan dengan anak-anak.
Tentu anak anak sangat menyukainya.

Namun warga Chicago dan seluruh Amerika sangat terperanjat,
ketika foto John Gacy terpampang di halapan depan Newsweek terbitan 8 January
1979.

Tertulis dengan tulisan tebal

 Badut Penjagal, John Wayne Gacy.

Berita itu menulis, pada tahun 1972, sejumlah anak remaja yang dilaporkan
hilang,
kemudian tahun tahun berikutnya, jumlah anak yang hilang terus bertambah.

Hingga tahun akhir 1978, total kehilangan telah mencapai 33 orang. Para orang
tua di Chicago sangat cemas dengan berita kehilangan sejumlah anak ini,
mereka mendesak polisi segera mengungkap mysteri itu.

Polisi setempat tidak berhasil melacak kemana perginya semua anak remaja itu,
anak anak itu bagaikan ditelan bumi saja, tanpa ada sedikitpun meninggalkan
jejak.

Akhirnya polisi meminta bantuan FBI untuk mengungkap kasus ini.

FBI mulai menyimpulkan,
bahwa anak anak ini bukan melarikan diri dari rumah,
untuk mencari kehidupan sendiri.

Karena di Amerika sangat populer anak anak remaja telah dipaksa mandiri untuk
mencari kehidupan sendiri, apalagi tingginya perceraian yang sering
menelantarkan anak-anak.

Keyakinan FBI ini, karena sebagian anak yang hilang itu berasal dari keluarga
baik baik dan anak-anak yang mempunyai prestasi baik di sekolah.

FBI mulai bekerja siang malam, mencari siapa saja yang pernah berhubungan dengan
anak anak ini. Baik itu guru, tetangga, family bahkan teman teman mereka.

Dan mereka menyimpulkan bahwa semua anak anak itu pernah hadir dalam pesta yang
dimeriahkan oleh si badut John Gacy.  

Namun, ketika berkali-kali FBI memeriksa rumahnya, tiada terdapat satupun
petunjuk mengarah ke dirinya.


Untuk menghilangkan kecurigaan polisi, Gacy malah sengaja mengajak polisi untuk
makan malam di rumahnya.
Ia begitu yakin, bahwa makan malam itu akan menghilangkan kecurigaan pada
dirinya selanjutnya.

Kepiawaian menutup semua kejahatian itu berjalan mulus.

Namun ketika sedang makan malam itu, angin yang berhembus dari ventilasi terasa
berbau aneh,
amis bagaikan bau bangkai.

Angin itu berembus dari pekarangan belakangnya.

Keesok harinya FBI membongkar paksa pekarangannya,
terjejer rapi puluhan mayat, yang sebagaian telah tinggal tengkorak.

John Gary dinyatakan sebagai pembunuh tunggal.
Ia mengaku mengidap kelainan homoseksual.

Ia menyetubuhi semua anak anak remaja itu, sebelum membunuh untuk menutup
kelainan sexualitasnya .
Gacy dihukum mati pada 1994.

Di Indonesia, kejadian  serupa juga pernah terjadi.

Very Idham Henyaksyah yang sering dipanggil Ryan,

juga dikenal sebagai guru ..... ,
kalem dan modis.

Ryan dari Jombang itu, kemudian terungkap telah membunuh dan menguburkan
sejumlah korban dalam rumahnya.

Ryan juga didakwa mati dengan membunuh 11 korban.

Baik John dan Ryan, mempunyai kesamaan,
mereka sama sama pendiam dan suka menyendiri.

Tampang mereka jauh dari pembunuh darah dingin lainnya, mereka selalu mudah
senyum, pintar berbicara dan ramah.

Itu tentu adalah topeng dari manusia yang berwajah setan yang sangar.

Seorang pengajar terkemuka,
Ki Dong Kim menulis

......mereka yang suka menyendiri , memendam rasa dan pikirannya,
mudah kerasukan pikiran jahat, karena selalu terpaku pada pikiran sendiri.

Dan bila itu adalah pikiran negatip, lama kelamaan akan menjadi Kelainan
Jiwa.

Belajar dari kisah John dan Ryan,

kita harus selalu MENGISI pikiran
kita dengan hal HAL BAIK.

Berhati-hatilah untuk tidak memendam pemikiran kita,
dengan selalu menyendiri.
Itu bisa berbahaya.

No comments: