Nama Saya Afen Hardianto. Saya tinggal di Malang bersama dengan istri dan 2 anak saya, yang perempuan 6 thn dan yang laki-laku 4 thn. Saya berpacaran dengan istri saya sejak duduk di bangku SMA. Pada masa kita masih pacaran hubungan kita ditentang oleh keluarga istri saya. Tetapi kita tetap berpacaran sampai akhirnya kita mendapatkan restu untuk menikah.
Tanpa saya sadari ternyata saya menyimpan kepahitan dari akibat hubungan kami yang dulunya ditentang. Dan kepahitan itu saya simpan dan pupuk dan saya bawa di pernikahan sampai menyebabkan hubungan saya dengan istri menjadi kurang harmonis di tahun-tahun awal dipernikahan kami. Kemudian masuklah pihak ketiga yang semakin memperkeruh keadaan rumah tangga kami.
Dan rumah tangga saya semakin amburadul. Saya menolak dan menganggap istri saya sebagai penghalang kebahagiaan saya’, sehingga saya membenci istri saya.! Rasa Cinta terhadap istri sudah tidak ada lagi, yang ada adalah kebencian yang menumpuk*.
Saya selalu menyakiti hati istri saya. Walaupun istri saya tidak membalas tetapi saya semakin menyakitinya. Saya tidak mempedulikan anak saya, dan saya pun sibuk dengan keegoisan saya sendiri. Yang dilakukan istri saya hanya “berdoa” dan “berpuasa”, bahkan saat ia mengandung anak kami yang ke 2, ia berpuasa Ester untuk saya. Istri saya menutupi segala keadaan yang terjadi dalam rumah tangga kami dari keluarganya. Ia berpegang pada Firman Tuhan di Amsal 21:1 : “Jika hati raja-raja ada di dalam genggaman tangan Tuhan, apalagi hati seorang [Afen].
Tetapi saya tetap tidak memperdulikannya sampai pada akhirnya saya menyuruh istri saya untuk pergi dan saya antarkan istri dan anak saya pulang ke rumah orang tua istri saya. Dan orang tua istri saya pun menerima mereka dan juga menghendaki perpisahan ini dan mengharapkan akan berujung pada perceraian. (*)
Saat itu istri saya berkata kepada saya, ini bukan akhir dari segalanya.
Setelah saya meninggalkan istri dan anak saya, saya berpikir saya akan menjalani hidup yang baru.
Tetapi pada suatu malam pada saat saya sendiri Tuhan mengingatkan saya pada anak saya yang pertama, saya tiba-tiba merasakan rindu dan kangen sekaliiiiii……, pada anak saya itu. Waktu itu anak saya masih berusia 1,5 Tahun. Hati saya hancur dan saya menangis. !
Saya berkata : “Tuhan apakah akhir dari hidupku akan seperti ini, saya yang dari dulu (SMP) sudah melayani Tuhan sebagai pemain music tetapi apakah rumah tanggaku akan berakhir dengan perceraian.
Di saat Merenung dan dalam kesepiaan itu. Akhirnya Afen :
Tiba-Tiba Tuhan memberikan melodi kepada saya lagu : “JanjiMu Seperti Fajar”, dimana rencana saya lagu ini akan saya simpan untuk saya pribadi.
Tetapi pada saat pendeta saya mau rekaman, pendeta saya kekurangan 1 lagu dan ia bertanya kepada saya, apa saya mempunyai lagu. Dengan malu-malu saya tunjukkan lagu JanjiMu Seperti Fajar kepadanya. Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadi berkat bagi banyak orang, termasuk saya dan keluarga.
Dan singkat cerita Tuhan memulihkan keluarga saya. Istri, dan anak-anak saya juga sudah kembali bersatu dengan “saya”. Bahkan anak ke 2 saya yang dulu saya tolak dan lahir secara premature tanpa saya damping juga lahir dalam keadaan yang normal dan sehat.! Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahui bahwa pada saat keluarga saya berantakan setiap hari istri saya menuliskan kata-kata iman di sebuah buku (Diary).
Di dalam tulisannya tersebut istri saya mengatakan :
“Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku”
“Keadaan ini adalah baik bagiku karena pasti ada anugerah besar bagiku”
“Suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan,”
“Suamiku Afen adalah syami yang mengasihiku”
Dan, sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakan di dalam hidupku, bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu “JanjiMu Seperti Fajar” menjadi lagu terbaik Indonesia Gospel Music Award 2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang sama, dan Tuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut.
Terima Kasih Tuhan Yesus.
No comments:
Post a Comment