Gilbert Tuhabonye mencintai lari. Tumbuh di Burundi, ia berlari di dataran Afrika dekat desanya setiap hari, dan sering ditantang oleh pelari lain yang ingin berlomba. "Mereka akan melihat debu," katanya, "karena aku akan berlari seperti angin."
Tuhabonye (36 tahun), tidak pernah bermimpi semangat mudanya untuk berlari itu suatu hari nanti akan menyelamatkan hidupnya, atau akan menjadi hadiah kehidupan bagi orang-orang di tempat yang jauh.
Berasal dari suku Tutsi, Tuhabonye adalah siswa sekolah menengah ketika perang saudara berkobar di negaranya, antara suku Tutsi dan Hutu. Suatu sore, orang-orang dari suku Hutu datang ke sekolah.
"Mereka menempatkan setiap orang Tutsi yang bisa mereka temukan di dalam gedung lalu membakar bangunan itu dengan api, dan mereka ingin melihat semua orang mati," katanya. Api membakar selama delapan jam yang menakutkan sebelum Tuhabonye keluar. "Saya terus mendengar suara yang mengatakan bahwa saya akan baik-baik saja," ujarnya. "Setelah sembilan jam saya berlari."
Meskipun terluka parah, Tuhabonye berlari meninggalkan pengejarnya. "Tuhan, Dialah yang memberi saya kekuatan untuk dapat pergi menjauhi orang-orang itu," katanya. Selama pemulihan yang panjang di rumah sakit, ia menjadi seorang Kristen. Saat ini, Tuhabonye tinggal di Austin, Texas, bersama istri dan dua anak perempuan, di mana ia melatih sebanyak 300 pelari seminggu yang menyebut diri mereka sendiri sebagai "Rusa Gilbert".
No comments:
Post a Comment