Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Saturday, March 07, 2009

Buku telepon


Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu
percakapan yang menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak
menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara
itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.

"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah
di sini Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuatmu
bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari guru,
"Ya ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidupmu...".
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan guru
itu menunjuk pada seorang murid. "Nah, kamu yang berkacamata, adakah
hal besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu...".
Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu,
adalah masa yang sangat besar buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan
sebuah motor persis seperti yang aku impikan selama ini". Matanya
berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu.

"Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa
mengalahkan kebahagiaan itu!"
Sang guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka,terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada anak
yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat
melewatkan liburan di luar negeri. Sementara, ada murid yang
bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung. Semuanya bercerita
tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir
semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang.
"Pak Guru..Pak, aku belum bercerita". Rupanya, ada seorang anak di
pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama
seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua", ujar Pak Guru kepada
murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?", Pak Guru mengulang
pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah..saat
nama keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari
yang lalu"

Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi
ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu. Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha? aku sudah sejak lahir menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa menyedihkan...hahaha".

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain
yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?"
Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.
"Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya.
Silahkan teruskan, Nak...".

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.
"Ya. Memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah aku dapatkan.
Dulu, Ayahku bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering
berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu
merasa di kejar polisi". Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.
"Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia telah mau menjadi Ayah yang baik
buat keluargaku. Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha. Tak
pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah berhasil. Bukan hanya itu, Ayah juga membeli
sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah
lagi".

"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluargamu ada di buku
telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan ayah untuk terus berlari. Itu artinya, aku tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi. Itu juga berarti, aku tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya". Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. "Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang aku dapatkan nanti...".

Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk.
Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan. Mereka juga belajar satu hal :

"Bersyukurlah dan berbesar hatilah setiap kali mendengar
keberhasilan orang lain. Sekecil apapun. Sebesar apapun".

No comments: