Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Friday, April 15, 2011

Timothy dan Maura


Pada tahun 304 Masehi, tahun sebelum Dioklesia mundur sebagai penguasa Roma, penganiayaan terhadap orang Kristen mencapai tingkat yang benar-benar biadab. Timothy, seorang diaken gereja di provinsi Mauritania -- bagian dari wilayah kekuasaan Roma, adalah seseorang yang bertanggung jawab menjaga keberadaan kitab-kitab Injil dalam gerejanya.

Ia dan istrinya, Maura, menikah beberapa minggu sebelum mereka menghadapi penganiayaan. Mereka ditangkap karena menjadi orang Kristen dan dibawa ke hadapan gubernur provinsi, Arrianus, yang mengetahui peran Timothy di gerejanya. Ia memerintahkan Timothy untuk mengembalikan kepadanya Injil-Injil yang disimpan dalam gereja untuk dibakar.

Timothy kemudian menjawab bahwa jika ia memiliki anak, ia lebih baik menyerahkannya kepada Arrianus untuk dikorbankan daripada mengorbankan Firman Allah. Mendengar jawaban tersebut, Arrianus marah dan memerintahkan agar mata Timothy dibakar dengan besi panas, supaya ia tidak bisa lagi membaca Injil, sehingga nantinya Injil-Injil tersebut akan tidak berguna lagi baginya.

Namun, keberanian Timothy menghadapi kesakitan luar biasa yang dialaminya, membuat Arrianus benar-benar marah sehingga ia memerintahkan supaya Timothy digantung kakinya dengan sebuah pemberat yang diikatkan pada lehernya, dan mulutnya disumbat. Si gubernur berpikir hal tersebut dapat mengalahkan kegigihannya.

Maura, yang dipaksa menyaksikan penganiayaan suaminya, memohon suaminya untuk mengaku bersalah supaya ia tidak menyaksikan peristiwa itu lagi. Sumbat diambil dari mulut Timothy supaya ia dapat menjawab permohonan istrinya. Namun, terjadi hal yang sebaliknya, ia tidak menyetujui permohonan istrinya dan mengatakan kepadanya bahwa ia telah 'salah jalan'. Ia menyatakan keputusannya untuk mati adalah demi imannya kepada Kristus. Akhirnya, Maura menetapkan hati mengikuti keberanian suaminya dan menemaninya menuju kemuliaan.

Arrianus tidak dapat lagi mengalahkan ketetapan hati Maura sehingga ia memerintahkan agar Maura diberi penganiayaan paling kasar. Setelah penganiayaan mereka selesai, Timothy dan Maura di salib berdampingan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli buku: The Hidden Stones in Our Foundation

Judul buku: Batu-batu Tersembunyi dalam Fondasi Kita

Penulis: Tidak dicantumkan

Penerjemah: Ivan Haryanto

Penerbit: Kasih dalam Perbuatan, Surabaya 2005

Halaman: 27 -- 28

No comments: