Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Thursday, February 19, 2009

Kalung kesayangan


Jenny, seorang gadis kecil, berumur lima tahun, pergi ke suatu toko bersama ibunya. Ia melihat sebuah kalung mutiara dalam kotak merah jambu. “Ma, bolehkah saya memilikinya. Ayo ma, ayo.” Ibunya melihat ke label harganya, $ 10. Ia mengatakan agar Jenny mau bersabar sedikit karena seminggu lagi ia akan berulang tahun. Mungkin nenek akan memberikan beberapa dolar untuknya hingga ia mempunyai uang cukup untuk membeli kalung mutiara itu. Selain itu Jenny juga harus menabung dari uang jajannya.

Ketika Jenny sampai di rumah ia membuka tabungannya, ternyata ia memiliki beberapa dolar. Setelah makan ia memetik beberapa bunga di halamannya dan pergi ke tetangganya. Ia bertanya apakah ibu tetangga itu mau membeli bunganya dengan $ 1. Ibu itu mau. Pada hari ulang tahunnya nenek memberikan $ 5 padanya. Kini ia mempunyai uang cukup untuk membeli kalung yang diidamkannya itu.

Jenny sangat menyayangi kalungnya itu. Ia mengenakannya kemana pun ia pergi – ke taman kanak-kanak, ke Sekolah Minggu – bahkan ketika tidur. Ia melepaskannya hanya ketika ia berenang atau mandi. Ibu mengatakan kalau terkena air mungkin warnanya akan berubah.

Jenny mempunyai ayah yang sangat menyayanginya. Setiap malam, sebelum ia tidur, ayahnya selalu membacakan cerita-cerita untuknya. Pada suatu malam setelah ia selesai membacakan sebuah cerita, ia bertanya pada Jenny, “Apakah kamu mencintai papa?”

“Tentu saja pa, papa tahu saya sayang papa.”

“Kalau begitu bolehkah papa minta kalung kamu?”

“O, pa, jangan kalung ini. Boneka ini saja untuk papa.”

“OK, sayang. Papa sayang kamu. Selamat malam.” Ia pun mencium pipi Jenny.

Kira-kira seminggu kemudian, setelah membacakan sebuah cerita, kembali ayah Jenny bertanya, “Apakah kamu mencintai papa?”

“Pa, papa tahu saya mencintai papa.”

“Kalau begitu papa ingin kalung kamu.”

“Pa, jangan kalung ini. Saya punya mainan bebek-bebekan. Ini saja untuk papa.”

“Tidak apa. Tidurlah nyenyak. Tuhan memberkati kamu. Papa sayang kamu.” Dan seperti biasa ia mencium pipi Jenny.

Beberapa malam berikutnya, Jenny duduk di tempat tidurnya ketika ayahnya masuk ke kamarnya. Ketika ia masuk, ia melihat dagu Jenny bergetar dan air mata membasahi pipinya.

“Ada apa Jenny? Apa yang terjadi?”

Jenny tidak mengatakan apa-apa tetapi ia mengangkat tangannya yang tergenggam pada ayahnya. Ia membuka genggamannya, di situ ada kalung mutiara kesayangannya. Dengan sedikit terbata-bata, ia berkata, “Pa, ini untuk papa.”

Dengan air mata tergenang di matanya, ayah Jenny memasukkan kalung mutiara imitasi itu ke sakunya, “Terima kasih Jenny”. Kemudian ia meraih saku yang satu lagi dan mengeluarkan sebuah kotak kecil beludru berwarna biru yang berisi kalung mutiara asli dan memberikannya pada Jenny. Ia selalu membawa kotak itu. Ia hanya menunggu sampai Jenny mau memberikan kalung imitasinya untuk diganti dengan harta yang sesungguhnya.

story by Alice Gray
More Stories for the Heart

No comments: