Saya mendengarkan seorang wanita menelepon seorang pendeta dalam suatu siaran radio. Pendeta itu seorang yang bijaksana, kebapakan, dan suaranya tenang dan meyakinkan, dapat mencairkan semua kekuatiran. Wanita itu sambil menangis berkata, “Pendeta, saya dilahirkan buta, saya telah buta selama hidup saya. Saya menerima keadaan saya tetapi saya mempunyai teman yang selalu mengatakan kalau saya mau lebih beriman lagi, saya akan sembuh.”
Pendeta itu bertanya, “Apakah kamu selalu membawa tongkat putih kamu?”
“Ya,” jawabnya.
“Lain kali kalau dia bilang begitu lagi kepada kamu, pukullah kepalanya dengan tongkat kamu,” kata pendeta itu.
“Lalu bilanglah padanya, kalau kamu mau lebih beriman lagi, kamu tidak akan merasa sakit.”
No comments:
Post a Comment