"Baik," kata orang itu, "Saya telah menikahi seorang perempuan selama 50 tahun dan selama itu saya selalu setia padanya, sampai sedalam hatiku."
"Bagus sekali," kata Petrus, "Kamu memperoleh nilai tiga!"
"Cuma tiga?" kata orang itu. "Baik, saya selalu ke gereja dan melakukan pelayanan dan memberikan perpuluhan."
"Hebat!" kata Petrus, "ini bernilai satu."
"Satu nilai? Astaga. Bagaimana dengan yang ini: saya mendirikan asrama yatim piatu dan bekerja untuk melayani orang-orang miskin."
"Luar biasa, ini bernilai dua," katanya.
"DUA NILAI!!" orang itu berseru, "Bila cuma itu yang saya peroleh maka satu-satunya cara bagi saya untuk masuk sorga hanyalah dengan karunia Allah!"
"Bagus, masuklah!"
Tentu saja cerita di atas hanya sebuah ilustrasi, tetapi dapat menjelaskan perkataan Paulus (Efesus 2:8-9): "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. "
Ketika orang ditanya "Bila Anda meninggal dan Tuhan bertanya pada Anda 'Mengapa Aku harus mengizinkan engkau masuk ke sorga-Ku?'", kebanyakan orang menjawab karena telah berbuat ini dan itu. Jarang yang menjawab "Karena karunia Allah". Tentu saja perbuatan kita bukan tidak ada nilainya. Seperti dikatakan di Yakobus 2:26: "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati". Namun perbuatan kita tidak ada artinya bila dibandingkan dengan Karunia Allah itu sendiri. Bagi kita Karunia Allah adalah pasti, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
No comments:
Post a Comment