Bob BUTLER adalah seorang pahlawan perang Vietnam,
namun sungguh naas, ia pulang dengan kehilangan kakinya.
Namun walaupun ia cacat,
sekembali ke negaranya ia sekali lagi membuktian kepahlawannya yang murni
berasal dari Lubuk Hatinya.
Pada suatu musim panas,
ketika Butler berada di garasi, sedang asyik memperbaiki perabot rumahnya di
kota kecil Arizona.
Ia mendengar jeritan seorang wanita. Suara itu berasal dari tetangganya.
Tanpa berpikir panjang,
Butler dengan cepat menggelindingkan kursi rodanya ke arah suara itu berasal.
Namun ketika hampir mendekati rumah tetangganya, kursi rodanya terhalang oleh
gundukan semak belukar yang tinggi.
Tanpa mempeduli semak belukar yang penuh tanaman berduri,
ia melompat turun merangkak dengan kedua tangannya.
Dengan penuh susah payah,
Butler berhasil tiba di rumah tetangga.
Ternyata Stephanie, 3 tahun, seorang anak perempuan cacat tanpa lengan tenggelam
dalam kolam rumah mereka.
Ibunya dengan histeris hanya bisa berteriak dan mematung disana saja. Butler
langsung menceburkan diri dan menyelam ke dasar kolam lalu menarik Stephanie
naik ke atas. Wajah anak itu telah membiru, denyut nadinya telah terhenti pula.
Butler segera melakukan pernafasan buatan pada Stephanie, sambil menekan
berulang-ulang perutnya. Sementara ibunya nangis terisak-isak sambil menelpon
ambulan datang membantu.
Sambil mengambil nafas, Butler dengan tenang meyakinkan sang ibu. “Jangan
cemas,” katanya.
“Saya menjadi tangannya untuk keluar dari kolam itu.
Ia akan baik-baik saja.
Sekarang saya akan menjadi paru-parunya.
Bersama-sama kita pasti bisa.”
Benar saja, beberapa saat kemudian Stephani siuman, setelah terbatuk-batuk,
memuntahkan banyak air.
Ia telah selamat.
Sang ibu sangat senang sekali, sangat berterima kasih pada Butler, bertanya
mengapa ia bisa tahu Stephanie masih bisa tertolong.
Butler menceritakan kembali peristiwa yang menimpanya.
“Ketika saya sedang bertugas di sebuah ladang di Vietnam,
kaki saya remuk saat menginjak ranjau.
Tidak seorang tentarapun berada di sekitar situ yang bisa menolong, kecuali
seorang gadis Vietnam yang masih kecil”
Butler berhenti sejenak, matanya memerah mengenang peristiwa itu, kemudian ia
lanjuti...
”Gadis kecil itu, dengan susah payah menyeret saya ke desa untuk minta bantuan,
sambil berbisik dalam bahasa Inggris terpatah-patah,
‘Tidak apa-apa, Tuan akan hidup. Saya akan menjadi kaki Anda. Bersama-sama kita
pasti bisa.”
“Ini kesempatan bagi saya untuk MEMBALAS yang pernah saya terima,”
katanya kepada ibu Stephanie.
Kita semua adalah MALAIKAT MALAIKAT BERSAYAP SEBELAH.
Hanya bila Kita SALING MEMBANTU maka Kita semua dapat TERBANG.
No comments:
Post a Comment